Jalan ini kalau tak salah sampai punya julukan Jalur Neraka.
Apa sebabnya? Karena hanya di ruas jalan ini begitu banyak kendaraan roda empat nyemplung ke sisi kanan atau kiri jalan saat dipaksakan untuk berpapasan dengan kendaraan roda empat lainnya.
Lebar jalan ini memang tidak cukup mampu menampung dua kendaraan roda empat berjajar. Maka, ketika dipaksa, salah satu dari mereka pun jadi korban.
Jalan ini kerap dikeluhkan warganet lokal, nasional, bahkan jadi topik warga internasional.
Ruas jalan ini adalah salah satu akses alternatif menghubungkan Desa Canggu dengan Desa Tibubeneng dari sisi selatan, yang bisa dicapai melalui jalur Jalan Nelayan tepatnya sebelum menuju pantai Batu Bolong di Desa Canggu, Kecamatan Kuta Utara, Badung.
Lantas, kenapa jalan kecil ini bisa mengakibatkan begitu banyak masalah, termasuk seringnya kecelakaan? Apakah Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Badung yang memang tidak peduli? Apakah mereka hanya diam dan tidak bertindak meskipun memiliki pendapatan asli daerah (PAD) tinggi?
Ataukah karena Pak Polisi yang tidak mau menjaga lalu lintas setempat?
Mereka yang belum pernah melewati jalan pintas Desa Canggu – Tibubeneng ini, yang menurut Google Maps dikenal dengan Jalan Echo Beach, kalau boleh saran, lebih baik jangan ikut-ikutan menyalahkan. Sebab, akan terlihat jelas bahwa sesungguhnya tidak paham fakta di lapangan.
Pertama, sudah jelas, masyarakat kita banyak yang buta huruf dan buta rambu.
Karena sudah jelas itu jalan satu arah. Kalau tidak salah hanya diizinkan dari arah Canggu ke Tibubeneng. Dari arah barat ke timur. Bukan sebaliknya.
Jadi kalaupun ada yang ngeyel ya jangan menyalahkan orang lain. Salahkan dulu diri sendiri yang tidak paham situasi, atau mereka yang melanggar rambu lalu lintas dari arah timur.
Ini saran saya kepada Dinas Pendidikan. Mari galakkan lagi program membaca dan memahami huruf maupun kalimat. Jika perlu sekalian dibantu Dinas Perhubungan agar masyarakat mampu membaca dan memahami arti rambu lalu lintas.
MAAF, saya bercanda.
Saya yakin, jika semua patuh pada rambu setempat, tidak akan ada mobil nyemplung lagi.
Kedua, kendala di lapangan terkait pelebaran jalan yaitu proses pembebasan lahan di kanan kiri jalan pintas Canggu – Tibubeneng.
Menurut informasi yang saya peroleh, di awal pelebaran jalan terdahulu, pemilik lahan sudah merelakan sebagian lahan untuk dimanfaatkan pelebaran tersebut. Masak kini dia harus merelakan lagi?
Namun, jika masuk ke proses pembebasan lahan, kendala lain saat ini adalah soal nilai jual tanah yang akan digunakan untuk maksud pelebaran tersebut. Apakah pemilik lahan rela menjual sebagian kecil lahannya kembali sesuai dengan nilai jual objek pajak (NJOP) yang telah ditetapkan pemerintah? Atau sebaliknya, apakah pemerintah mau membeli lahan dengan harga pasar atau kesepakatan yang rawan penggelembungan?
Ketiga, dugaan penundaan dari pemerintah ataupun pemilik lahan di kanan dan kiri jalan tersebut. Alasannya mungkin mereka khawatir akan perubahan alih fungsi lahan ketika jalan tersebut nantinya diperlebar dan diaspal hotmiks. Meskipun bisa bernilai jual tinggi, tetapi bukan tidak mungkin bakalan mengurangi lahan hijau yang kini masih tampak asri dipandang.
Masuk akal bukan?
Jalur Alternatif
Nah, bagi warga yang berdomisili di sekitaran Canggu, saya yakin pasti tahu, ada setidaknya empat jalur pintas lain semacam ruas Canggu – Tibubeneng yang bisa digunakan sebagai jalur alternatif khususnya kendaraan roda dua, bila akses di jalan utama dirasa cukup memusingkan.
Berikut di antaranya:
1. Jalan Pura Blulang Yeh
Jalan ini berada di Desa Canggu, lingkungan Padang Linjong, Kuta Utara, menuju Desa Pererenan. Medannya kurang lebih sama dengan jalan pintas Canggu – Tibubeneng di mana kanan kirinya masih berupa sawah. Jadi mohon berhati-hati.
2. Jalan Bantan Kangin
Jalan ini merupakan perbatasan Canggu dengan Desa Tibubeneng, Kuta Utara, menuju Jalan Raya Padonan, Kolibul Kawan Tibubeneng.
Status jalan ini merupakan aset Kabupaten Badung untuk memecah kemacetan yang terjadi di persimpangan Tibubeneng – Pantai Berawa. Jalan sudah diaspal hotmiks dan masih bisa dilalui dua kendaraan roda empat meskipun tak begitu leluasa.
Jadi, harap tetap berhati-hati.
3. Jalan Subak Daksina
Jalan ini masuk Desa Tibubeneng, terusan dari jalan Bantan Kangin masuk ke Gang Mangga. Menuju Canggu tembusan lingkungan Uma Buluh.
Jalan ini hanya cukup untuk papasan dua sepeda motor bebek. Bagi yang menggunakan XMax apalagi Harley, jangan coba-coba nekat kalau tidak mau nyemplung karena sisi kanan dan kiri jalan masih berupa sawah asri.
Jalan ini baru selesai ditangani dengan perkerasan paving merah.
4. Jalan Babakan Kubu
Jalan di Desa Canggu, Kuta Utara ini tembus ke ruas jalan milik kabupaten yaitu Jalan Raya Babakan Canggu.
Kondisi jalan masih berupa tanah, dengan sawah di kanan kirinya tetapi badan jalan sudah ada. Hingga kini belum ditangani dengan pengaspalan kalau tidak salah terkendala lahan.
Demikian yang bisa saya bagi. Semoga bisa jadi pilihan jalan agar tak tersesat apalagi tercebur gara-gara lewat “Jalur Neraka”. [b]