Keriuhan dan keheningan bertemu di Pasar Mentigi.
Lokasinya hanya beberapa meter dari dermaga darurat Sampalan, Nusa Penida, Klungkung. Pasar ini berdampingan dengan laut. Riuh suasana orang bertransaksi di pasar pun berpadu dengan heningnya lautan dan anggunnya gunung di seberang.
Perahu cepat bolak-balik Sanur-Nusa Penida tiap hari mengangkut penumpang dan barang dari Sampalan. Jalur logistik lebih pendek untuk distribusi barang ke pasar induk di Nusa Penida ini.
Ada beberapa dermaga darurat lain di Nusa Penida. Tergantung lokasi penyeberangan. Ada dari Sanur, Kusamba-Klungkung, dan Padangbai-Karangasem.
Bupati Klungkung saat ini, Nyoman Suwirta, berasal dari Nusa Ceningan, Kecamatan Nusa Penida. Ini membuat pembangunan di Nusa Penida terasa lebih cepat termasuk renovasi Pasar Mentigi.
Pasar Mentigi baru usai direnovasi. Pemerintah baru membuatkan gedung bagi pedagang di dalam. Sementara pedagang emperan masih nyaman menggelar dagangan di tepi jalan.
Para pedagang unggas seperti ayam dan itik mengawali pagi di Mentigi. Suara kokok ayam jantan, ayam kampung, dan bebek memberi salam. Para pedagang unggas ini berderet rapi di area parkir, menyandarkan punggung mereka di beton pembatas pesisir.
Mentari pagi menyeruak ketika awan mulai menipis. Cahayanya menghangatkan para orang tua yang sedari dini hari berusaha menarik perhatian pembeli. Di depan rombongan pedagang unggas ada penjaja ikan laut. Pedagang ikan segar paling ramai pembeli, sementara penjualnya bisa dihitung dengan jari.
Tapi, saat ini cuaca kurang bersahabat bagi nelayan. Ombak sangat tinggi di hampir pesisir nusantara. Nelayan yang memberanikan diri melaut sangat sedikit, lebih banyak perahu diparkir di pesisir.
Petualangan Kuliner
Hampir tiap hari Pasar Mentigi sesak dengan aktivitas. Warga banyak membeli keperluan sembahyang seperti bunga, janur, buah, dan lainnya. Suasana di dalam pasar sangat ramai. Pembeli berdesakan. Nenek-nenek tua yang tak menyewa kios mengambil celah menjajakan hasil ladang seperti papaya dan pisang.
Mereka sebagian dari desa-desa yang cukup jauh dari pasar Mentigi. Pasar tradisional memberi ruang untuk mereka menjual hasil kebun. Pisang kapok Odah Sirni enak sekali, matang di pohon. Ia juga membawa kacang-kacangan dan papaya. Harganya Rp 1000 per biji.
Selain buah lokal, di pasar ini juga banyak dijual buah impor seperti anggur hijau, merah, pir, apel merah, dan lainnya. Mayoritas komoditas diseberangkan dari Pulau Bali. Termasuk beras yang kini jadi bahan makanan utama. Menggantikan ubi dan jagung yang dibudidayakan warga di masa lalu.
Jejak jagung Nusa yang manis dan nyangluh masih ada di pasar ini. Seorang nenek, Ni Nengah Rincig menjual penganan Jagung Komboran. Jagung berwarna putih kekuningan ini direbus lalu disisir untuk mendapat bijinya. Teman duet jagung urab dengan parutan kelapa ini adalah uli ubi.
Uli dari ubi yang diparut kemudian dikukus ini diiris-iris dengan benang. Menggantikan pisau. Cara lama dan praktis yang masih digunakan odah Rincig. “Saya sudah lama sekali jualan di sini, ini jagung dan ubi di desa saya,” katanya sambil melayani pelanggan.
Ia perempuan tua yang ramah dan sangat cekatan. Duduk di atas bangku, ia berjualan di emperan pasar, di lorong yang sempit berdesakkan dengan pedagang lain.
Untungnya saya melihat pedagang ini. Sungguh beruntung. Sebungkus jagung dan uli ubi dijual Rp 2000 saja. Rasanya nikmat, teman kopi dan dinikmati sambil duduk di pinggiran pasar. Memandang laut dan hilir mudik speedboat dari kejauhan. Berteman dengan suara ayam dan bebek serta riuh tawar menawar harga. [b]
jadi kangen pulang ke kelungkung,
maju terus baliku