Inilah program baru CushCush Gallery (CCG).
Tujuannya mengangkat Denpasar dalam pemetaan pergerakan seni dan desain di Bali. Melalui pameran bersama yang akan dilakukan setiap tahun, DenPasar diharapkan mewakili aspirasi generasi kreatif di masa kini.
Sesuai dengan tujuan CCG yang aktif bergerak menggali potensi-potensi baru, merajut antar disiplin ilmu serta mewadahi seni kontemporer dan desain untuk berinteraksi dan berkolabrasi, CCG juga berharap memperkenalkan tidak hanya seniman, tapi juga komunitas/pekerja desain dan kreatif dari berbagai disiplin ilmu, yang berasal atau yang sudah menetap di Bali, untuk bergabung dan mengekspresikan kota Denpasar dalam bentuk karya kesenian.
CCG dan Denpasar
Denpasar merupakan Ibukota Provinsi Bali, pusat bisnis dan pemerintahan daerah. CushCush Gallery, yang terletak di Jalan Teuku Umar, salah satu kawasan bisnis Kota Denpasar, adalah galeri yang memiliki visi untuk menjadi wadah alternatif untuk seni dan desain kontemporer. Dengan berada di tengah hiruk pikuk kota Denpasar, galeri ini memiliki ketertarikan pada kata-kata pasar dan Denpasar.
Kota ini memiliki pesona berbeda. Masyarakatnya lebih beragam dari banyaknya pendatang yang menetap, memperkaya kehidupan di Denpasar. Kota ini juga secara etimologi berarti “Pasar Utara”. Mempertegas asal kota ini yang berkembang dari kuatnya peran pasar sehingga Denpasar menjadi besar seperti sekarang.
Untuk pameran DenPasar 2017, “Pasar” diangkat sebagai tema besarnya.
Bahasa Pasar
Tema besar DenPasar mengangkat “Pasar di Denpasar”, mengingat kota Denpasar dibangun dari kuatnya peran pasar. Denpasar juga memiliki banyak pasar-pasar yang punya karakter berbeda-beda dan menarik. Di setiap tahunnya DenPasar exhibition memiliki tema khusus, dan untuk tahun 2017 adalah “Bahasa Pasar”.
DenPasar 2017 akan dibuka pada 26 Mei sampai 25 Agustus 2017, seiringan dengan berlangsungnya Pesta Kesenian Bali di Denpasar. Mengajak seniman dan komunitas kreatif untuk mengobservasi, memahami, dan mempelajari kembali arti dari ‘Pasar’ dan Denpasar.
“DenPasar 2017 bertujuan untuk mengangkat sisi kreatif dari Kota Denpasar. Melalui interpretasi, pikiran-pikiran, resapan yang berbeda-beda dari para partisipan, diharapkan dapat memperkenalkan Denpasar lebih jauh lagi pada masyarakat luas dan juga generasi muda kita,” tutur Suriawati Qiu, Co-Founder of CushCush Gallery.
Partisipan DenPasar2017 mengajak seniman dan komunitas/pekerja kreatif muda untuk mempelajari, memahami dan mengolah kembali pemaknaan Pasar dan Denpasar, yang disajikan dalam bentuk karya seni dan desain 2 dimensi berukuran 60×40 cm. CCG telah melakukan open call di bulan Januari dan Februari 2017, mengajak komunitas seni dan kreatif bergabung dalam pameran ini. Dan sudah terpilih 17 peserta yang mempunyai latar belakang kreatifitas yang berbeda-beda.
Partisipan-partisipan tersebut adalah: Adhika Anissa (arsitek, penari, dan performing artist), Dian Suri (perancang perhiasan), Myra Juliarti (perancang busana), Farhan Adityasmawa (seniman dan dosen seni rupa), Mirah Rahmawati (seniman dan dosen seni rupa), I Gede Jaya Putra (seniman), Andre Yoga (ilustrator dan seniman mural), Soehartawan (seniman), I Wayan Martino (fotografer), Lugu Gumilar (barista dan ilustrator), Najma Ahmad (desain produk dan fotografer), Sidhi Vhisatya (illustrator dan seniman mural), Syaifudin Vifick (fotografer), Tri Haryoko Adi (seniman mural), Qomaruzzaman A. (komikus), Reevo Saulus (desain grafis), dan Yoga Wahyudi (perancang busana).
Melali ke Pasar
Untuk memfasilitasi peserta terpilih, CCG mengadakan acara “Melali ke Pasar” sebagai pembekalan peserta dalam eksplorasi tema. Dilaksanakan selama satu hari, terdiri dari dua bagian.
DenPasar Talk bersama pembicara yang merupakan pengamat-pengamat budaya yakni: Marlowe Bandem dan Arief ‘Ayip’ Budiman. Marlowe Bandem membahas pendokumentasian melalui seni sedangkan Ayip Budiman membahas tentang ‘sense of place’ dan Iconography’ (Sensori Tempat dan Ikonografi).
Lalu dilanjutkan dengan peserta ikut DenPasar Walk bersama-sama menaiki mobil angkutan sewaan melakukan perjalanan ke pasar-pasar di Denpasar dan menelusuri pasar-pasar tersebut secara langsung. Pasar-pasar tersebut adalah: eks-Pasar Badung, Pasar Kumbasari, Pasar Burung Satria, Pasar Bunga Mayjen Soetoyo, dan Pasar Kereneng.
“Kita semua ada karena Pasar, kami semua datang untuk terlibat pada Pasar ini, orang luar melakukan perjalanan jauh untuk berinteraksi, dan teman Bali yang keluar memiliki embodiment dan proses kreatif mentransformasi ide-ide Bali ke lebih sifat leluasa,” urai Marlowe Bandem, pengamat budaya.
“Setiap destinasi atau tempat memiliki karakter dan vibrasi yang berbeda. Ikonografi tergantung pada elemen kota public space (ruang publik) yang berbau publik dan merupakan simbol-simbol sense of place dimana kita bisa mendapatkan suatu kesan,” ujar Ayip Budiman.
DenPasar2017 sebagai Pergerakan
DenPasar2017 tidaklah hanya sebuah pameran seni rupa, melainkan mengambil langkah yang lebih jauh dan kita lihat sebagai pergerakan (a movement).
“DenPasar2017 ingin memberi ruang untuk literatur seni yang berbicara tentang Pasar dan Denpasar. Sebagai bentuk pendokumentasian dan penciptaan citra baru dari Denpasar di tahun 2017. Maka dari itu, CushCush Gallery ingin mengajak berbagai pihak bekerja sama dengan memberikan ruang untuk karya-karya seniman ini dan menjadikan semua sudut di kota Denpasar sebagai ruang pameran.
Sebagai pergerakan tersebut, DenPasar2017 telah mengundang beberapa tamu seniman dan komunitas kreatif yang telah mengangkat pasar dan Denpasar sebagai tema besar mereka dalam berkarya. Mereka menjadi kolaborasi yang lebih luas lagi terhadap pameran DenPasar2017 serta memberikan lapisan-lapisan baru yang menarik terhadap tema Bahasa Pasar. Tamu seniman dan komunitas kreatif tersebut adalah Urban Sketchers (komunitas sketsa), Swoofone (street artist), KitaPoleng (komunitas performance art), dan Masuria Sudjana (fotografer tiga generasi).
Sesi Meet The Artist akan kembali untuk DenPasar2017. Meet The Artist diadakan di pameran sebelumnya, Drawing Future, dimana para audiens bisa mendengarkan lebih tentang kolaborasi dan kontribusi para partisipan, dalam hal ini tentang kegiatan mereka masing-masing untuk DenPasar 2017. Ada pula talk dan workshop eksklusif dari para tamu seniman/komunitas kreatif serta pembicara sebelumnya selama DenPasar2017.
Tentang CushCush Gallery
CushCush Gallery sendiri adalah divisi terbaru dari keluarga CushCush. Gallery yang merangkul seniman dan komunitas/pekerja desain dan kreatif dari berbagai bidang untuk berekspresi, berinteraksi dan berkolaborasi dalam karya seni dan desain kontemporer.
CushCush Gallery dibuka di tahun 2016, dengan pameran tunggal “Crucible” yang adalah hasil residency designer asal Australia, Ross Mcleod, berbarengan dengan pameran “Future Canggu” yang adalah hasil magang mahasiswa dari RMIT (Royal Melbourne Institute of Technology) yang merespon sebidang area di Canggu. Bekerja sama dengan Lagi-Lagi, CushCush Gallery mengadakan beberapa workshop arang, “Charcoal for Children” yang melibatkan seniman-seniman Bali dan internasional untuk mengeksplor arang gambar bersama anak anak, dan “Make Your Own Charcoal” yang mengajarkan bagaimana membuat arang gambar sendiri.
Di tahun 2017, CushCush Gallery akan menghadirkan program-program berupa workshop dan pameran yang akan fokus dalam pengembangan seni dan desain di Denpasar dan di Bali, mengembangkan program residensi dan juga kolaborasi regional, nasional, dan internasional. [b]