Pelajar di Denpasar menyampaikan lima tuntutan. Apa saja itu?
Apresiasi Sineas dan Jurnalis (PRESSLIST), agenda tahunan Madyapadma Journalistic Park SMA 3 Denpasar, diadakan untuk ke delapan kalinya. Beragam kegiatan digelar, seperti lomba kording dan petisi.
Dengan menghadirkan konsep “siaran televisi”, acara ini resmi dibuka setelah diputar video opening Presslist 8 pada Jumat kemarin di SMAN 3 Denpasar.
Presslist 8 kali ini memakai konsep “siaran televisi” berkaitan dengan peluncuran Konvergensi Media yang dilakukan seluruh media di bawah naungan Madyapadma Journalistic Park. Di antaranya bidang media cetak (MP News), media online (www.madyapadma-online.com), media film dan televisi (MPTV Online), bidang penyiaran radio (Radio Online Voice of Trisma), serta media feature radio (Kantor Berita Radio Feature).
Seluruh bidang tersebut akan berintegrasi untuk mengulas secara mendalam sebuah fenomena. “Ini dilakukan untuk memudahkan masyarakat mengakses berita melalui banyak media kita,” tutur Vira Niyatasya Shiva Duarsa (16), Pemimpin Umum Madyapadma Journalistic Park.
Tak hanya itu, Madyapadma juga menyelenggarakan deklarasi petisi bertajuk “Reformasi Pendidikan Indonesia: Pendidikan yang Membebaskan Menuju Manusia Merdeka!”. Mengenai latar belakang terselenggaranya petisi, Galuh Sri Wedari (16), Koordinator Bidang Petisi mengungkapkan, “tidak ada yang tahu, bahwa selama ini siswa itu resah akan sistem pendidikannya sendiri.” Petisi ini dijalankan melalui website https://www.change.org.
Diluncurkan pula 17 (tujuh belas) buku karya tim Madyapadma, diantaranya “Bali Punya Nilai”, “Indonesia Tanah Apiku”, “Tombak Tumpul Pendidikan Indonesia”, “Kumpulan Foto Jurnalistik, Human Interest dan Essay Foto: Potret Bali Kini”, “Mencari Sekolah Manusia”, “Jejak Bahari Orang Bali”, “Research Series: Madyapadma Goes to International”, dan sebagainya. Bahkan buku “Research Series: Madyapadma Goes to International” merupakan buku terbitan Madyapadma pertama yang menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa pengantar.
Ada juga peluncuran Album Kompilasi Berita Radio Features Volume 2 bertajuk “17”, yang di dalamnya terdapat 17 berita radio feature hasil karya tim Madyapadma. Dan pameran buku bertajuk “Madyapadma Bookfair” yang mengundang berbagai penerbit buku se-Bali. Madyapadma juga menghidupkan kembali website Madyapadma Digital Library (Digilib) yang akan menampilkan buku-buku dan jurnal penelitian karya tim Madyapadma secara elektronik.
Ketut Suyastra (56), Kepala Sekolah SMAN 3 Denpasar mengatakan bahwa acara ini patut dibanggakan, “Saya ingin acara ini terus dilakukan setiap tahunnya mengingat membludaknya peserta dan dampak positif yang didapat dari acara ini,” ungkapnya.
Apresiasi berdatangan tidak hanya dari Suyastra semata. Walikota Denpasar, IB Rai Dharmawijaya Mantra mengungkapkan di balik terselenggaranya Presslist 8, terdapat proses pembelajaran yang sangat berharga.
“Percayalah, kelak semua proses yang kalian lewati dapat menjadi berkah ke depannya. Terus berkreativitas hingga akhir hayat,” ujarnya melalui pesan singkat saat acara berlangsung.
Pada hari pertama Presslist 8 telah diselenggarakan pengumuman Anugerah Blog/Web Madyapadma tingkat Pelajar/Mahasiswa/Umum se-Bali dan Lomba Resensi Buku tingkat SMP, SMA/SMK, dan Mahasiswa se-Bali.
Putu Gede Semara Pura (SMAN 1 Denpasar) meraih gelar Most Educative Blog dan I Made Wisnu Adi Wiryawan (SMK Rekayasa Denpasar) meraih gelar Most Helpful Blog.
Sementara itu, Putu Ayu Mandalay (SMPN 9 Denpasar) meraih gelar Resensi Terbaik tingkat SMP dengan judul resensi “Perhatian Pada Tanah Bali Lewat Teluk Benoa”. Resensi Terbaik tingkat SMA/SMK diraih oleh Felisia Putri Natalie (SMA CHIS Denpasar) dengan judul “Teluk Benua, di Antara Modernisasi dan Kontroversi”, dan Resensi Terbaik tingkat Mahasiswa diraih oleh Ni Putu Sri Utami Dewi (Politeknik Negeri Bali) dengan judul “Menentang Reklamasi Lewat Riset dan Ekspedisi”.
Kemarin juga diadakan Lomba Koran Dinding (Kording) tingkat SMA/SMK se-Bali. Peserta membuat Kording secara on the spot dengan durasi waktu 6 (enam) jam di SMAN 3 Denpasar.
Berikut adalah materi petisi “Reformasi Pendidikan Indonesia:
Pendidikan yang Membebaskan Menuju Manusia Merdeka!”
Dunia pendidikan Indonesia carut marut. Sehari-hari di sekolah mayoritas siswa menyontek. Bagi siswa menyontek adalah hal yang lumrah. Guru pun sebagian seolah melakukan pembiaran jika menyontek. Bahkan saat ujian yang pengawasannya dilakukan lintas sekolah, seolah ada kesepakatan antar pengawasan juga melakukan pembiaran.
Di sisi lain kebijakan Dinas Pendidikan di masing-masing daerah mentarget sekolah dengan nilai tinggi. Jadilah sekolah berlomba menaikan atau mengkatrol nilai siswa. Jadinya nilai-nilai yang ada di raport ataupun ijasah tidak menjamin kemampuan siswa seperti nilai yang tercantum. Kurikulum pun ikut carut marut. Materi sangat padat dan menjadi beban siswa. Ada juga sertifikasi guru, tujuannya baik tetapi nyatanya berbeda. Sertifikasi tidak menjamin kualitas guru sebagai PENDIDIK.
Beragam kebijakan dikeluarkan pemerintah pusat maupun daerah, nyatanya kebijakan reaktif. Misalnya soal Ujian Nasional yang arahnya menyimpang dari UU Sistem Pendidikan Nasional itu sendiri. Dan banyak lagi kebijakan pemerintah yang tidak menyelesaikan masalah utama pendidikan Indonesia. Selama ini kebijakan Pendidikan Indonesia semakin menjauh dari amanat pembukaan UUD 1945: Mencerdaskan Kehidupan Bangsa!
Padahal, hakikat pendidikan adalah memanusiakan manusia. Dimana pendidikan adalah untuk membantu manusia muda untuk mencapai kedewasaan atau menemukan jati dirinya yang berlangsung seumur hidup. Maka, pendidikan bukanlah hanya sebatas doktrin semata, bukan hanya mencakup semua yang mungkin diketahui dari aneka materi yang diajarkan, sebab dalam pendidikan tak hanya mengenal soal cipta, namun juga rasa dan karsa (kognitif, afektif, psikomotorik) yang kelak berguna bagi tumbuh kembang menuju MANUSIA SEUTUHNYA. Bahkan bapak pendidikan Indonesia, Ki Hadjar Dewantara, mengajarkan bahwa setiap anak memiliki tumbuh dan perkembangan kodratnya sendiri, dan pendidikan hanyalah berfungsi untuk merawat dan menuntun sesuai dengan kodratnya. Yang diutamakan adalah kompetensi siswa, bukan hanya nilai semata!
Berdasar dari kenyataan tersebut, menyimpulkan bahwa penerapan dan hakikat pendidikan kita masih ada kesenjangan. Maka dari itu, kami menuntut kepada Presiden Republik Indonesia Joko Widodo dan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Muhadjir Effendy serta Pemerintah di daerah masing-masing (Gubernur, Bupati/Walikota) untuk membenahi pendidikan. Kelima tuntutan kami selaku siswa dan masyarakat yang peduli pendidikan adalah:
1. Kembalikan sistem pendidikan Indonesia pada hakikat pendidikan yang mencerdaskan dan memanusiakan manusia.
2. Mendesak pemerintah agar menerapkan kurikulum pendidikan Indonesia yang berorientasi pada proses pembelajaran dengan pendekatan prinsip menemukan dan mengembangkan keberagaman potensi siswa.
3. Mendorong kemerdekaan dan kebebasan guru dalam MENDIDIK siswa sesuai hakikat pendidikan yang mencerdaskan dan memanusiakan manusia.
4. Hapus Ujian Nasional (UN) dan kembalikan evaluasi pendidikan siswa kepada guru dan sekolah sesuai amanat hakikat pendidikan dan UU RI NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional serta pisahkan evaluasi pendidikan siswa dengan pemetaan pendidikan yang dilakukan pemerintah.
5. Pengalokasian dana pendidikan sebesar 20% dari APBN sesuai amanat Amandemen UUD 1945 dan 20% dari APBD sesuai UU RI NO. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional digunakan secara murni dan konsekuen untuk dunia pendidikan yang sesungguhnya. [b]
sebenarnya problem yang dimuat dalam petisi.org ini apa ?