Teks dan Foto Dikirim Ema Sukarelawanto
Seniman asal Bandung Tisna Sanjaya akan membongkar ”kuburan” karyanya di Pantai Sanur, Denpasar dan memboyong ke Pantai Lepang bertepatan dengan pembukaan happening art ”Apa Ini, Apa Itu”, Selasa 29 Desember mendatang. Perhelatan seni kontemporer akhir tahun ini akan berlangsung 24 jam nonstop hingga 31 Desember 2009.
Ketua panitia Wayan Sujana Suklu menjelaskan Tisna, yang dikenal dengan performans dan karya seni instalasinya itu pada Agustus 2009 lalu mengubur karya di pantai ketika tampil dalam Sanur Village Festival. ”Dia menunggu ada kesempatan acara di Bali untuk menggali kembali karya tersebut dan menghidupkannya di acara baru ini,” kata Suklu di sela-sela persiapan di Lepang, Klungkung kemarin.
”Apa Ini, Apa Itu” rencananya dibuka Bupati Klungkung Wayan Candra yang ditandai dengan performance para penambang pasir (galian C) asal Klungkung pada Selasa 29 Desember 2009 mulai pukul 16.00 wita di Wantilan Subak Pantai Lepang. Orkestra beleganjur kontemporer turut memeriahkan acara yang berjalan sambung-menyambung selama tiga hari.
Terkait seni pertunjukan yang akan digelar, Tisna yang saat ini sedang berlibur bersama keluarga di Kuta, belum bersedia merinci apa yang akan dilakukan terhadap karnyanya itu. Yang jelas, dia ingin berkolaborasi dengan seniman Nyoman Erawan yang juga memiliki karakter kuat di seni rupa, instalasi dan performance. Kata Suklu, berbagai kemungkinan kolaborasi juga bakal terjadi di antara 27 seniman peserta ”Apa Ini, Apa Itu” bahkan dengan masyarakat penonton.
Sejumlah seniman telah melakukan persiapan di dua lokasi acara yakni di studio Suklu dan di pantai. Seniman Nyoman Sujana Kenyem hampir merampungkan karya instalasi bambu yang diberi judul ”Menunggu Angin”, sedangkan Wayan Sudiarta membangun kubangan lumpur untuk melengkapi atraksinya. Seniman nyentrik Welldo Wnophringgo juga telah dibuatkan rumah seni yang akan mengurungnya selama 53,5 jam untuk berkarya.
Made Djirna yang selama ini dikenal pendiam bakal membuat kejutan. Seniman asal Kedewatan Ubud itu meminta panitia menyiapkan sebuah eskavator (alat berat) yang akan melengkapi surprise performance-nya nanti. Tak kalah seru penampilan musik kontemporer Ngurah Mahardika, Wayan Pacet, dan Gusti Sudibia dengan 100 gendang jembe-nya. Ketut Suanda yang selama ini dikenal sebagai pelawak dengan nama Cedil akan tampil dalam format pertunjukan yang lain yakni gubahan musik yang jarang dipanggungkan, apalagi bersamaan dengan melawak.
Peserta dari Belanda Charlie Crooijmans kepada panitia meminta maaf karena baru mendapat tiket ke Bali pada 1 Januari.. Kendati begitu seniman ini telah mengirimkan karya video art yang akan diputar pada saat acara nanti. Seniman asal Malaysia Shoosie Sulaiman yang sedang pameran di Sidney akan hadir sehari setelah pembukaan, namun seniman yang kerap mengikuti berbagai ajang biennale internasional itu telah mengirim konsep karya dan dikerjakan oleh sejumlah warga.
Danuta Franzen dari Polandia sudah mengirimkan konsep dan kini sedang digarap secara bergorong royong dengan warga setempat. Daniel Kho salah seorang peserta dan penggagas acara ini menjelaskan acara ini memang ingin mendekatkan seni kontemporer dengan masyarakat. ”Karena itu kita melibatkan warga setempat dan mengajak para pengunjung nanti untuk ikut merespons pertunjukan yang ada,” kata Kho.
Beberapa penari kontemporer bakal unjuk kebolehan untuk merespons seni instalasi karya arsitek asal Yogyakarta Eko Prawoto dan beberapa karya seni lainnya. Penari yang dijadwalkan pentas adalah Nyoman Sura, Ni Kadek Diah Kristin, Jasmine Okubo (Jepang) dan Deasylina da Ary (Solo). Penampil lainnya adalah Agung Gunawan, I Gede Made Surya Darma, Wawan Setiawan Husin, dan Putu Satria Kusuma. Seniman lainnya yang masih sibuk menata karya adalah Daniel Zacharias (fotografi), dan Joko Dwi Afianto (instalasi).
Yang menarik, kolektor Adi Bachman asal Jerman akan memamerkan reproduksi karya seniman dunia seperti Andy Warhol, Francis Bacon, Marc Chagall, Max Ernst, Roy Lichtenstein, Pablo Picasso dan lain-lain. Repro sejumlah karya masterpiece dunia yang bisanya bisa dilihat di buku-buku dan museum, dihadirkan di studio Suklu untuk ikut mendorong apresiasi masyarakat bterhadap karya seni dunia.
Daniel Le-Claire, art director acara ini mengatakan ”Apa Ini, Apa Itu” yang digelar komunitas Djagad Art House dimaksudkan untuk memberi ruang seluas-luasnya bagi siapa saja yang setiap hari dikepung pertanyaan tentang berbagai hal di sekelilingnya. Pencarian jawaban tersebut tentu melalui proses panjang seperti halnya seniman melahirkan karya. Masyarakat diharapkan terlibat secara langsung dan bisa memahami hal-hal yang baru dilihatnya sambil terus mengasah pertanyaan ”Apa Ini, Apa Itu” hingga menemukan jawabnya sesuai versi masing-masing pribadi.
Bendesa Adat Lepang Nyoman Mudita mengatakan warganya sangat antusias terlibat dalam acara ini. Bahkan ketika mendampingi panitia beaudiensi dengan Bupati Klungkung, Mudita menyatakan dukungan terhadap acara yang dinilai ikut mendorong pembangunan seni budaya dan pariwisata setempat. Dia juga membantu panitia untuk mencarikan kamar di rumah penduduk untuk menginap seniman luar Bali dan kru-nya agar bisa berbaur dengan warga setempat. [b]
Mantap Siwo Welldo Wnophringgo