Peran penelitian dalam suatu program sangat penting.
Tidak hanya mengukur program yang sudah terlaksana, tetapi juga mengevaluasi hal-hal yang masih belum tercakup dalam suatu program. Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang baru dua tahun berjalan tidak bisa langsung sempurna.
Oleh karena itu saran dan masukan untuk program yang akan berlaku bagi seluruh masyarakat ini perlu dilakukan oleh pihak-pihak yang memiliki kompetensi di bidang terkait. Salah satu masukan tersebut melalui penelitian berjudul Pekerja Sektor Informal dan Peranannya dalam jaminan kesehatan Nasional di Kota Denpasar: Feasibility Model Pengumpulan Dana untuk Meningkatkan Cakupan Semesta.
Tim peneliti Program Studi Ilmu Kesehatan Masyarakat, Fakultas Kedokteran, Universitas Udayana terdiri dari Putu Ayu Indrayathi, SE. MPH, dr. Ni Made Sri Nopiyani, MPH, dan dr. I Ketut Suarjana, M.Kes.
Tujuan penelitian ini memberikan masukan program melalui model yang memungkinkan untuk pengumpulan dana bagi para pekerja sector informal tersebut. Peneliti ingin mengetahui persepsi dan tingkat pengetahuan tenaga kerja sektor informal terhadap penyelenggaraan JKN yang telah dimulai sejak 1 Januari 2014 di Kota Denpasar.
Selain itu, peneliti juga mengidentifikasi model pengumpulan dana jaminan kesehatan dari pekerja sector informal sehingga mereka dapat berpartisipasi secara aktif dalam program JKN. Demikian yang tercantum dalam tujuan penelitian tersebut.
Penelitian ini dilatarbelakangi rendahnya derajat kesehatan masyarakat salah satunya diakibatkan sulitnya akses terhadap pelayanan kesehatan. Baik karena faktor ekonomi, maupun faktor biaya kesehatan yang tidak terjangkau. Pembiayaan mandiri, dalam penelitian disebut biaya out of pocket yang tidak bisa menjadi upaya mendapatkan pelayanan secara merata, universal coverage. Sementara Negara menawarkan program pemerataan pelayanan kesehatan melalui JKN.
Meskipun demikian terdapat kendala dalam kepesertaan JKN yaitu kesulitan dalam menjangkau tenaga kerja sektor informal. “Mayoritas tenaga kerja sektor informal belum tersentuh program jaminan sosial ketenagakerjaan, hal tersebut bukan hanya disebabkan karena kurangnya program penyelenggara, melainkan karena berbagai kendala sosial yang berasal dari karakteristik pekerja itu sendiri,” seperti tercantum dalam penelitian tersebut.
Alasan lain adalah para tenaga kerja sector informal belum tercakup karena faktor internal tenaga kerja, kesulitan dalam menjangkau tenaga kerja sektor informal dalam kepesertaan jaminan kesehatan sosial disebabkan karena hal mendasar yaitu identifikasi tenaga kerja sektor informal saat ini belum jelas.
“Identifikasi yang dimaksud terkait jenis pekerjaan yang tergolong dalam pekerjaan sektor informal,” seperti tercantum dalam penelitian. Berdasarkan latar belakang tersebut, peneliti merasa diperlukan suatu identifikasi mengenai tenaga kerja sektor informal.
Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif deskriptif dengan desain cross sectional, yaitu penelitian yang mempelajari hubungan antara faktor-faktor terkait dengan pengaruhnya, dengan cara pendekatan, observasi atau pengumpulan data pada suatu saat. Sedangkan pengumpulan data sendiri menggunakan metode kombinasi kuantitatif dan kualitatif.
Pengumpulan data kuantitatif dilakukan melalui survey kuesioner kepada tenaga kerja sektor informal dilanjutkan dengan pengumpulan data kualitatif melalui wawancara mendalam. Data kuantitatif yang didapatkan dianalisis secara deskriptif dengan teknik analisis univariat dan data kualitatif dianalisis secara tematik. Populasi target dari penelitian ini adalah peserta Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) di Kota Denpasar. Peserta JKBM ini kedepan akan terintegrasi langsung dengan JKN juga.
Sementara yang menjadi populasi terjangkau dari penelitian ini adalah peserta JKBM di wilayah kerja Puskesmas I Denpasar Timur, Puskesmas I Denpasar Selatan, Puskesmas II Denpasar Barat, Puskesmas III Denpasar Utara selama kurun waktu penelitian. Dalam penelitian kuantitatif, besar sampel penelitian 106 orang, termasuk perkiraan untuk menghindari dropout, kemungkinan sampel tidak masuk kriteria dalam penelitian.
Adapun untuk populasi data kualitatif adalah hasil identifikasi tenaga kerja sektor informal yang diidentifikasi berdasarkan kriteria yang ditentukan oleh Badan Pusat Statistik (BPS). Berdasarkan asas kesesuaian dan kecukupan maka jumlah responden adalah 20 orang, seperti itu yang dituliskan dalam penelitian.
Pendidikan dan Informasi
Hal-hal yang diukur dalam penelitian ini antara lain tingkat pengetahuan masyarakat pengguna JKBM. Secara umum hasil analisis deskriptif menunjukkan 84,91 persen responden memiliki kategori pengetahuan kurang, 15,09 persen responden dikelompokkan dalam kategori pengetahuan cukup dan 0 persen responden masuk dalam kategori pengetahuan baik.
Dalam penelitian dituliskan hal tersebut karena pada masing-masing aspek tersebut sebagian besar responden menyatakan tidak tahu serta ada responden yang berasumsi jika penyelenggaran JKN serupa dengan JKBM. Sedangkan kurangnya pengetahuan tersebut disebabkan faktor kurang sosialisasi serta tidak banyaknya respoden yang memiliki tingkat pendidikan tinggi dalam penelitian ini.
Penelitian ini tidak hanya mengukur secara deskriptif, tetapi juga dengan uji statistik. Pertama untuk mengukur hubungan dua variable dilakukan uji bivariate, yaitu mengukur hubungan dua kategori pengukuran. Dalam hal ini yang diukur adalah pendidikan dan sumber memperoleh informasi mengenai JKN. Kedua hal tersebut ternyata memiliki hubungan bermakna. Setelah itu untuk menguji kuatnya hubungan tersebut, dilakukan uji statistik multivariat, pengukuran untuk lebih dari dua kategori penelitian.
Dari hasil uji multivariat diketahui bahwa hanya pendidikan yang memiliki hubungan yang bermakna dengan pengetahuan responden di mana nilai p value adalah 0,03 (lebih kecil dari nilai 0,05). Beberapa penelitian juga memiliki hasil sama, yaitu ada hubungan antara pendidikan dengan pengetahuan memiliki hubungan bermakna.
Dalam penelitian dituliskan beberapa penelitian yang menunjukkan hal tersebut. Antara lain penelitian hubungan Pendidikan dan Sumber Informasi Dengan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Perawatan Metode Kanguru (PMK) Di Wilayah Kerja Puskesmas Jeulingke Kota Banda Aceh, pendidikan dengan tingkat pengetahuan mengenai penyakit AIDS. Hasil ini menggambarkan semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka semakin baik pula tingkat pengetahuannya. Hal tersebut dapat terjadi karena menurut sumber dalam penelitian tersebut, semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan semakin mudah mereka dalam menerima dan mendapatkan informasi baru sehingga pada akhirnya pengetahuan yang didapatkan akan semakin banyak pula.
Meskipun begitu ada penelitian yang tidak menunjukkan hubungan tersebut, misalnya pengetahuan masyarakat mengenai pelayanan kesehatan mata (p = 0,176) pada penelitian Ifada (2010). Sumber dalam penelitian tersebut menyebutkan lingkungan dan pengaruh orang lain lebih mendominansi pembentukan pengetahuan dalam diri seseorang. “Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pengetahuan yang diterima oleh responden yang berpendidikan rendah dan sedang serta tidak menutup kemungkinan untuk yang berpendidikan tinggi, berasal dari lingkungan sekitarnya,” seperti disebutkan dalam penelitian.
Persepsi Tenaga Kerja Sektor Informal
Secara kualitatif, penelitian ini menggunakan pertanyaan terstruktur dengan metode wawancara. Adapun penyelenggaraan JKN, besaran iuran JKN, paket manfaat JKN, sosialisasi JKN, dan prosedur pendaftaran dan pembayaran iuran JKN yang digali lebih mendalam dalam penelitian ini. Untuk dapat mewakili subjek penelitian, wawancara dilakukan pada 15 tenaga kerja sector informal. Tenaga informal tersebut diambil dari tiga kelompok lapangan usaha terbesar menurut klasifikasi tim peneliti. Hasil penelitian secara mendalam melalui metode kualitatif menunjukkan persepsi positif ataupun negative dari para responden.
Terkait penyelenggaraan JKN secara umum, penyelenggaraan JKN dianggap meringankan biaya untuk mendapatkan pelayanan kesehatan. Keberadaan JKN yang akan menjadi perlindungan seluruh masyarakat Indonesia juga menjadi harapan baru untuk pekerja sector informal. Dituliskan dalam penelitian, mereka mengangap selama ini yang tercakup dalam JKN hanya pegawai, sementara melalui JKN pekerja sector informal juga tercakup. Persepsi terjaminnya kesehatan dengan adanya JKN juga menjadi sorotan dalam sub pertanyaan penyelenggaraan JKN, dari sub pertanyaan ini juga, peneliti menyimpulkan ada perbandingan lurus antara akses pelayanan kesehatan dan kemampuan membayar biaya pengobatan.
Selain itu juga ada persepsi mengenai JKN dibandingkan asuransi lain. Ada subyek wawancara yang menyatakan bahwa JKN tidak membatasi kepesertaan. Dalam penelitian dikutipkan seperti ini, “Saya sangat tertarik, sangat sangat tertarik lagi bahkan kan. Karena kelebihannya begini, JKN dibandingkan produk-produk yang lain. Ini yang dijadikan kata kunci dari JKN, dalam hal ini adalah jika insurance swasta lainnya itu melihat batas umur, orang tua itu lebih tinggi preminya pembayarannya, orang yang berisiko seperti perokok dan lain sebagainya lebih tinggi. Dan JKN itu tidak ada.”
Iuran menjadi sorotan negatif dalam penelitian tersebut. Salah satunya persepsi mengenai tumpang tindihnya jaminan kesehatan, untuk JKN ada iuran, sementara saat ini JKBM masih gratis di Bali. Masih terkait iuran ini, dituliskan dalam penelitian, ada responden yang menyatakan setuju terhadap JKN, tetapi tidak memiliki kepercayaan dalam hal pengelolaan dana iuran.
Pada penelitian ini juga mengukur kemampuan membayar iuran JKN pada sektor informal, “Kalau untuk wiraswasta ya gitu, terjangkau kok 25 ribu. Jadi, kalau masyarakat menengah ke bawah juga bisa ikut. Kalau untuk asuransi swasta, paling ngga ratusan ribu ke atas,” seperti yang dituliskan dalam penelitian. Peneliti menganggap penelitian terkait kemampuan membayar iuaran jaminan kesehatan masyarakat Bali tahun 2006 pada penelitian Muninjaya dan Trisna pada tahun 2007 relevan mendukung pernyataan tersebut. Dalam penelitian tersebut perkiraan kemampuan membayar iuran kesehatan masyarakat Bali saat itu sebesar Rp 22.800.
Berdasarkan paket manfaat, dituliskan dalam penelitian bahwa persepsi responden terhadap manfaat JKN sudah baik. “Berdasarkan pengalaman dengan jaminan kesehatan social sebelumnya, responden menginginkan teknis pemberian pelayanan kepada peserta JKN dilakukan secara cepat, tanggap, cekatan, ramah, sopan, serta tidak membeda-bedakan antara peserta yang kaya dengan peserta yang kurang mampu. Cepat dalam memberikan pertolongan serta memutus birokrasi yang panjang dan berbelit-belit, dengan harapan ketika menunjukkan kartu kepesertaan JKN, pasien segera ditangani,” seperti tertulis dalam artikel penelitian.
Terkait sosisalisasi JKN, ternyata program ini tidak populer di lingkungan subyek penelitian. Dikutipkan dalam penelitian, “beberapa responden menyatakan bahwa belum pernah mendengar atau belum paham mengenai program JKN dan merasa sosialisasi mengenai program JKN sangat penting dan perlu segera dilakukan.”
Terakhir mengenai persepsi prosedur pendaftaran dan pembayaran iuran JKN. Dituliskan bahwa ada responden yang setuju maupun tidak setuju terkait pendaftaran langsung ke kantor BPJS. Persepsi yang tidak setuju berharap bisa melalui lembaga yang lebih dekat dengan para responden. “Kendala JKN itu saya kira adalah pemerintah tidak mau menjemput bola. Jadinya menunggu aja masyarakat untuk datang mendaftar, jadi tidak mau datang, misalnya bekerjasama dengan aparat pemerintahan terbawah seperti misalnya kepala lingkungan, kelurahan… seperti itu, ini harus dilibatkan. Yaa.. memang anggaplah mereka ini sebagai tenaga operasional dari pemerintah… pemerintah untuk marketing-nya gitu ya. Nanti berapa mereka memang harus mendapatkan fee dan lain sebagainya diberikan, seperti itu.”
Serupa dengan pendaftaran, pada pembayaran iuran, responden ada yang menyatakan setuju melalui bank-bank yang menjadi perantara saat ini, tetapi ada juga yang menginginkan melalui lembaga yang lebih dekat, melalui LPD (Lembaga Perkreditan Desa).
Penelitian ini menghimpun masukan melalui pendapat yang menjadi pola tertentu dalam sub-sub pertanyaan peneliti tentang JKN. Pendapat para responden tersebut dikoding sedemikian rupa untuk mendukung “feasibility model pengumpulan dana” iuran pada kelompok pekerja sector informal. Didukung oleh sumber-sumber terpercaya dan penelitian yang terkait, baik oleh penelitian akademisi Universitas Udayana, seperti Prof. dr. AA. Gde Muninjaya, MPH ataupun peneliti bagian Administrasi dan Kebijakan Kesehatan PS IKM Udayana menjadikan penelitian ini tidak perlu diragukan lagi. Penelitian pendukung umumnya terkait penyelenggaraan jaminan kesehatan daerah di Bali ataupun pelaksanaan jaminan kesehatan nasional di Bali yang menjadikan penelitian pendukung tersebut sangat relevan dengan konteks penelitian.
Melalui penelitian ini pembaca juga diajak untuk kritis, ada kelompok pekerja sector informal yang seharusnya menjadi perhatian penyelenggaraan JKN ini. Seperti kesimpulan dari penelitian ini, “Pekerja sector informal pada umumnya ingin menjadi peserta JKN dan mampu membayar untuk kelas III perawatan, namun beberapa berharap agar prosedur pendaftaran peserta menggunakan system jemput bola atau bekerja sama dengan pihak desa misalnya LPD karena banyak yang tidak mengetahui dimana letak kantor BPJS dan banyak diantaranya tidak memiliki rekening tabungan di Bank yang telah bekerja sama dengan BPJS Kesehatan.” [b]