Pengguna Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) datang ke Puskesmas tentu beragam.
Namun, ada beberapa karakteristik tertentu para pengguna di fasilitas kesehatan tingkat pertama (FKTP). Berikut rangkuman hasil pemantauan di Puskesmas II Denpasar Timur pada 16 Februari 2017 lalu.
Peserta JKN Peralihan Jamkesmas
Puskesmas di wilayah peserta peralihan Jamkesmas otomatis menjadi fasilitas kesehatan tingkat pertama. Oleh karena itu cukup banyak peserta JKN yang menggunakan JKN yang dibayarkan oleh pemerintah pusat tersebut.
Jro Bunga, salah satu pengunjung Puskesmas hari itu. Warga yang tinggal di seputaran Jl. WR Supratman Denpasar ini mengatakan beberapa keluarganya menggunakan Jamkesmas. “Tapi yang urus biasanya suami,” jawabnya ketika ditanya pengalaman menggunakan JKN. Tetapi keluarga inti Jero Bunga sendiri menggunakan BPJS Kesehatan yang didaftarkan oleh tempat kerja suaminya.
Ada juga Nengah Sulastri. Dia dan keluarganya juga didaftarkan sebagai peserta Jamkesmas. “Pengalaman menggunakan di Puskesmas saja,” katanya. Menurutnya selama ini layanan yang dia dapatkan di Puskesmas sesuai dengan harapannya.
Kadek Arini juga menggunakan JKN-KIS peralihan dari Jamkesmas. “Sudah setahun punya Jamkesmas,” katanya. Dia juga merasa fasilitas kesehatan tingkat pertama yang sesuai tempat tinggalnya melayani sesuai harapan.
Arini sedang hamil dan belum tahu apakah perlu dirujuk, “belum tahu kalau dirujuk ke rumah sakit,” kata Arini. Dia tidak memiliki keluhan layanan, hanya saja katanya pernah ada obat kosong. “Obat penambah darah,” kata Arini.
Tetapi selain pengguna JKN peralihan Jamkesmas juga ada peserta pengguna peralihan dari Jaminan Kesehatan Bali Mandara (JKBM) atau Askes seperti Eddy Faizal. Dia mengatakan baru menggunakan JKN di fasilitas kesehatan (Faskes) tingkat pertama saja, di Puskesmas.
Pengalaman Dirujuk
Antrean di Puskesmas tidak sebanyak antrean di layanan tingkat lanjut seperti rumah sakit. Beberapa pengalaman peserta rujukan ke layanan tingkat lanjut (rumah sakit) seringkali tidak menyenangkan. Ini disebabkan karena antrean atau hal lainnya. Ada peserta yang dirujuk karena kondisi tertentu yang tidak bisa ditangani di Puskesmas ataupun kondisi darurat yang memang mengharuskan segera mendapatkan pelayanan.
Peserta yang dirujuk dalam keadaan darurat biasanya mengalami kerumitan mengurus lebih minimal. Jero Ketut Krami hari itu menemani anaknya mengatakan memiliki “lebih aman dan gampang,” katanya terkait manfaat JKN.
Anak laki-lakinya yang bernama Agung Yoga sebelumnya anaknya yang pernah menggunakan kartu JKN nya. “langsung ke UGD karena alergi,” katanya. Agung menceritakan kondisinya terjadi sore hari ketika Puskesmas tutup. Dia mengatakan di rumah sakit keluhannya hari itu Langsung ditangani.
Nyoman Sueca juga salah satu pengguna JKN. Dia terdaftar sebagai pengguna JKN yang didaftarkan dari perusahaan tempatnya bekerja. Sueca tampak sangat paham dengan kondisi-kondisi pasien mesti ke FKTP ataupun segera ke FKRTL sebagai pengguna JKN. Dia pernah memimiliki pengalaman menggunakan ke Puskesmas dan RSUD Wangaya.
Pengalamannya menggunakan di rujukan tingkat lanjut juga saat kondisi darurat sehingga langsung ditangani saat di RSUD Wangaya. “Sesuai harapan,” katanya.
Ada juga Wayan Sariasih. Pengalamannya menggunakan JKN peralihan Jamkesmas tahun 2015 lalu. Dia mengatakan pengalaman menggunakan JKN saat tangannya patah. “Langsung ke ugd dan tidak ada bayar lebih lagi,” kata Sariasih.
Pengalaman Ni Komang Maisari beda lagi. Ibu yang berasal dari Abang, Karangasem ini menggunakan JKN yang dibayarkan pemerintah. Dia menceritakan prosesnya menggunakan JKN, sebelumnya suaminya ada gangguan di saluran kencingnya.
Setelah dicek di RSUD Wangaya dan hasil laboratoriumnya negatif semua. Dia disuruh meminta rujukan di Puskesmas Abang sesuai alamat dalam kartu tanda penduduknya. Kemudian suaminya dirujuk ke RSUD Karangasem, disana mendapatkan perawatan. “Gratis semua, tapi antrenya lama,” komentar Ni Komang Maisari.
Penderita Penyakit Kronis
JKN memiliki program khusus untuk penanggulangan penyakit kronis yaitu program pengelolaan penyakit kronis (prolanis). peserta prolanis ini didaftar kemudian mendapatkan pemeliharaan kesehatan rutin. Tujuannya untuk meningkatkan kualitas hidup sebesar 75 persen dari para penderita penyakit kronis seperti, diabetes mellitus dan darah tinggi. Penderita penyakit kronis ini bisa mengikuti alur rujuk bolak-balik, ke faskes tingkat pertama ke rumah sakit sesuai tingkat pelayanan sesuai dalam JKN dan sebaliknya. Beberapa penyakit kronis seperti kanker atau ODGJ juga mendapat layanan serupa.
Gusti Ayu Rai warga di Jalan Gandapura adalah salah satu yang sering mengikuti alur layanan rujuk balik. Ayu Rai mendampingi suaminya yang menggunakan JKN peralihan Jamkesmas melakukan pengobatan diabetes. “sangat merasakan manfaatnya,” katanya. Dia mengantar suaminya menggunakan JKN di Puskesmas dan RSUD Wangaya. “Karena ada luka, jadi diperiksa setiap hari,” kata Ayu Rai.
Lainnya, banyak lagi pasien kronis lain seperti suami Ayu Rai yang mengakses layanan JKN di Puskesmas. [b]