Desa Pejeng cukup terkenal karena memiliki banyak cagar budaya. Apa hanya itu?
Ternyata banyak hal yang dapat dilihat di Pejeng, tetangga Ubud ini. Itulah yang ditemukan oleh para peserta Kelas Jurnalisme Warga, Minggu hari ini.
Sembilan warga desa Pejeng mengikuti kelas ini. Ada yang masih berstatus pelajar hingga pekerja lepas. Kelas Jurnalisme Warga hari ini merupakan kerja sama antara Sloka Institute dan LITE Institute. Tujuannya untuk membangun media berbasis warga di Pejeng.
Sebelum mengadakan kelas ini, beberapa warga desa telah aktif menulis. Salah satunya Dewa Suamba yang mengelola blog www.warta-pejeng.blogspot.com. Berawal dari iseng dan hobi menulis, Dewa mendokumentasikan berita-berita di seputar Desa Pejeng ke dalam blognya. Harapannya, Desa Pejeng akan lebih dikenal.
“Desa Pejeng jarang dilirik media, maka saya iseng membuat media ini supaya bisa memberitakan desa saya,” ungkap Dewa.
Kelas Jurnalisme Warga mulai pukul 09.30 Wita bertempat di pekarangan merdeka, Desa Pejeng, Kecamatan Tampaksiring, Kabupaten Gianyar. Setelah perkenalan, agenda kelas dilanjutkan dengan melali atau jalan-jalan. Ada beberapa alternatif tempat, antara lain Tugu Taman Makam Pahlawan Sapta Dharma, relief Candi Klebutan, kincir air Tukad Bubung, pertanian sekitar desa.
Setelah melali, rupanya banyak topik yang menarik. Misalnya, relief Candi Klebutan. Jalan menuju tempat ini sudah rusak. Reliefnya pun kurang terawat. Padahal, kawasan alamnya indah sehingga cocok untuk treking.
Pejeng juga memiliki pemakaman pahlawan bernama Tugu Taman Makam Pahlawan Sapta Dharma. Tempat ini merupakan pemakaman 7 pahlawan asal Pejeng yang gugur dalam perang melawan PPN/NICA. Suasana pemakaman tampak rapi sebab baru dipugar sekitar setahun lalu.
Sayangnya belum ada papan informasi tentang sejarah keberadaan tugu pemakaman ini. Hanya ada sedikit informasi dari internet.
Ada pula kincir air di Tukad Bubung yang baru saja dibangun awal tahun ini. Letaknya di desa Pejeng Tengah.
Pengolahan air ini digunakan untuk memasok kebutuhan air ke rumah-rumah warga. Selama ini, warga kesulitan air dari PDAM. Kemunculan kincir air ini sangat membantu kebutuhan warga sehari-hari.
Saat ini kincir air ini masih dalam masa percobaan. Sehingga, airnya baru mengalir di dua banjar, yaitu Banjar Puseh dan Pande.
“Hebatnya jurnalisme warga, kita bisa menceritakan pengalaman sendiri di dalam tulisan. Karena kita dekat secara geografis dan emosional,” tutur Luh De Suriyani, pemateri Kelas Jurnalisme Warga hari ini.
Pembangunan desa tak hanya soal perhatian pemerintah. Warga desa lah yang perlu aktif memproduksi informasi hingga mampu menyebarluaskan kekurangan desanya. Hal ini yang ingin dicapai jurnalisme warga. Perubahan yang dimulai dari warga. [b]