Bali adalah surga, jadilah inspirasi Bali.
Demikianlah penggalan sebuah iklan dalam stasiun TV lokal. Bali sangat identik dengan tujuan wisata dunia. Keindahan alam Bali telah lama menarik banyak orang untuk datang.
Masyarakat yang ramah, apolitis, bergelut dengan seni hampir setiap saat, dengan kebudayaan Hindu Bali yang masih kental terasa sampai hari ini.
Namun, kita belum paham bahwa itu semua adalah hasil bentukan masa kolonial dan kita semua seolah-olah hanyut dan percaya dengan semua “gambaran” itu.
Sangat sedikit catatan yang mengungkapkan Bali dari persepektif berbeda. Jika pun ada, biasanya pasti dicap perusak budaya Bali atau bukan orang Bali. Padahal, dari sedikitnya catatan tersebut, pernah dituliskan bahwa Bali di masa awal sejarah kerajaan Bali sering terjadi konflik antar raja-raja kecil dan pertentangan kelas. Bagaimana saat pemilu pertama tahun 1955 banyak antagonism orang Bali terlihat.
Puncaknya adalah saat tragedi 1965-1966 di mana hampir 80.000 nyawa orang Bali hilang saling baku bunuh sesama warga Bali.
Masuknya pariwisata telah mengubah tatanan kehidupan masyarakat Bali secara mendasar, dari masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Kepemilikan lahan-lahan produktif mendapat cobaan paling besar saat ini karena alih fungsi lahan pertanian menjadi belantara beton segala bentuk fisik penunjang sarana pariwisata lainya.
Generasi Bali sendiri yang dulunya menjadi pelaku utama dari sistem yang ada, salah satunya dengan menggarap tanah pertaniannya, saat ini malah lebih banyak memilih menjadi pekerja di sektor pariwisata saja.
Permasalahan baru muncul seiring pesatnya pertumbuhan ekonomi dan pembangun fisik yang tidak terkontrol. Kita tidak siap dengan perubahan radikal ini.
Permasalahan sosial dari pertikaian warga perebutan area kuburan sampai tapal batas desa, tidak meratanya pertumbuhan ekonomi bisa dilihat dari masih banyaknya anak putus sekolah dan harus membantu mencukupi ekonomi keluarga. Di satu sisi ada daerah yang demikin melimpah dalam penggunaan air bersih, di sisi lain di pulau ini ternyata ada masyarakatnya yang harus bersusah payah untuk mendapatkannya.
Rakusnya investor yang ingin membangun sarana wisata baru telah mengabaikan dampak sosial dan lingkungan Bali. Belum lagi permasalahan dan pengelolaan sampah yang sampai saat ini masih belum mendapatkan pemecahan.
Demikianlah kira-kira ide dari pameran ini, untuk melihat “perubahan” Bali dari sisi yang lain, bukan bermaksud untuk “menjelekkan” Bali namun sebagai sarana jeda dan refleksi diri masing-masing, sehingga ada ruang kita berfikir ulang tentang Bali dan Budaya Bali itu sendiri yang selama ini telah kita yakini bersama.
Pameran Bertajuk BALI ALERT! diselenggarakan oleh gabungan seniman rupa, foto, grafis dan street art independen yang selama ini eksis berkarya dalam mengkritisi dan merespon perubahan tanah air Bali.
Ada 15 seniman dalam pameran pada tanggal 19-23 Maret 2014 di Maha Art Gallery Denpasar ini.
Beberapa karya blak-blakan membahas isu Bali seperti Tolak Reklamasi, Bali Not For Sale, Penyelamatan Ekosistem Sawah, Sampah Plastik, kontradisksi Pariwisata dan lainnya. Dalam pameran kali ini salah satu karya yang akan ditampilkan adalah ikon fenomenal Bali Tolak Reklamasi yang saat ini meramaikan jagat sosial media dan menjadi ikon komunitas pecinta lingkungan.
Karya tersebut didownload khusus dari Jogja sebagai domisili sang empunya. Yang menarik juga Street artist yang saat ini berdomisili di Yunani, Wild Drawing juga turut berpartisipasi Pameran, karyanya merespon kebijakan Penguasa Bali yang digambarkan dengan monyet.
Pameran BALI ALERT! Kali ini mengusung tema “Partisipasi Seni Peringatkan Perubahan Bali”. Bagaimana peran seni bisa menjadi corong untuk memperingatkan dan mengedukasi masyarakat atas perubahan yang terjadi di lingkungannya. “Ide dari pameran ini adalah untuk melihat perubahan Bali dari sisi yang lain, sebagai sarana jeda dan refleksi diri masing-masing,” ungkap Made Bayak Koordinator dan penggagas pameran.
Pembukaan Pameran pada tanggal 19 Maret 2014 pukul 19.00 WITA. Pada kesempatan ini akan diramaikan juga dengan performance Band dari Nuansa Hijau, Patrix the Bastard, Krisna dan Rapist Antagonist. [b]