Setelah sebelumnya menghadirkan film-film karya komunitas Film Dokumenter Yogyakarta di penghujung tahun 2013, kali ini Bentara Budaya Bali (BBB) mengetengahkan Anti-Corruption Film Festival (ACFFest). Festival ini diadakan bekerja sama dengan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Management Systems International (MSI).
Pemutaran film-film anti-korupsi ini berlangsung Kamis (23/01) dan Jumat (24/01) di Jalan Prof. Ida Bagus Mantra no. 88A (by pass) Ketewel-Gianyar.
Program yang juga didukung oleh Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Udayana Science Club Universitas Udayana ini sepenuhnya bersifat nirlaba. Tujuannya untuk menumbuhkan budaya anti korupsi di kalangan masyarakat maupun generasi muda melalui pendekatan seni budaya (film).
KPK menilai, pendekatan seni budaya, khususnya film, dalam kampanye antikorupsi merupakan medium kreatif yang sangat strategis, karena film dapat menyentuh langsung masyarakat. Film mampu menghadirkan berbagai pencitraan, narasi, kisah dan impresi dramatik yang menyentuh dan menggugah kesadaran penonton.
Melalui film, nilai-nilai antikorupsi lebih cepat dan mudah dipahami oleh masyarakat.
ACFFest 2013 merupakan rangkaian kegiatan festival film antikorupsi yang menjadi wadah sekaligus membuka kesempatan seluas-seluasnya kepada masyarakat dan film-maker di seluruh Indonesia untuk mengikutsertakan karya filmnya yang diproduksi pada rentang 1 Januari 2000 – 22 November 2013. Film yang dapat diikutsertakan dalam festival ini adalah film yang bertemakan kejujuran, integritas dan transparansi maupun perlawanan terhadap korupsi.
Adnan Pandu Praja, Wakil Ketua KPK menyampaikan apresiasi tinggi kepada masyarakat yang telah berpartisipasi aktif mendukung upaya pemberantasan korupsi dengan mempersembahkan karya-karya terbaik anak bangsa melalui film dan mengikutsertakannya dalam festival film antikorupsi 2013.
Menurutnya, sungguh membanggakan dan di luar ekspektasi bahwa panitia menerima total 181 film dari 7 (tujuh) kategori film yang dilombakan, yakni film fiksi panjang, film fiksi pendek, film dokumenter panjang, film dokumenter pendek, film animasi, games animasi dan kategori khusus/citizen journalism.
Lanjut Adnan, sebanyak 45 film dinyatakan lolos penjurian tahap pertama, yaitu 6 film untuk kategori film fiksi pendek umum, 4 film fiksi pendek pelajar, 3 film fiksi panjang umum, 5 film dokumenter pendek pelajar, 4 film dokumenter pendek umum, 4 film dokumenter panjang umum, 5 film pendek animasi pelajar, 6 film pendek animasi mahasiswa/umum, 4 games animasi umum/mahasiswa, dan 4 games animasi pelajar.
Menurut Putu Aryastawa, staff budaya BBB, pemutaran film-film ACFFest di Bali ini merupakan yang pertama kalinya. Sebelumnya pada tahun 2013 lalu festival tersebut telah diselenggarakan di beberapa kota antara lain Jakarta, Malang, Padangpanjang, Balikpapan dan Palu sejalan dengan peringatan Hari Anti Korupsi Internasional (HAKI).
Beberapa film yang akan diputar adalah pemenang dan nominasi ACFFest 2013 serta film-film anti korupsi terpilih lain produksi KPK, antara lain: Cheat Chat Bingo (Jason Iskandar); c (Steve Pillar Setiabudi); Faces of Everyday Corruption in Indonesia (Lexy Rambadeta); Langka Receh (Miftahun dan Eka Susilawati); Rumah Perkara (Emil Heradi); Aku Padamu (Lasja F. Susanto); Selamat Siang Risa (Ine Febrianti); pSttt jangan bilang siapa-siapa.. (Khairunnisa); Animasi Sahabat Pemberani (Sally Anom Sari); Dokumenter Muda=Anti Korupsi (Ani Ema Susanti); Dokumenter Piagam Warga (Rosniawanti dan Fikri Tahir); Money Talks (Muhammad Arief); Boncengan (Senoaji Julius); Penghulu (Destri Tsuraya Istiqomah); Jadi Jagoan ala Ahok (Amelia Hapsari).
Selain pemutaran film ACFFest 2013, akan diselenggarakan pula sesi diskusi bersama narasumber Putu Wirata Dwikora, Ketua Bali Corruption Watch (BCW), Jumat (24/01). Diskusi akan membincangkan lebih mendalam seputar upaya menumbuhkan budaya anti korupsi melalui pendekatan kultural, sekaligus bagaimana meningkatkan pemahaman dan kesadaran masyarakat, utamanya generasi muda mengenai gerakan anti-korupsi.
Ir. Putu Wirata Dwikora, SH, (54) adalah Ketua Bali Corruption Watch (BCW) yang juga Ketua Sabha Walaka PHDI Pusat. Aktif dalam gerakan anti korupsi dan menulis berbagai artikel, juga esai di media massa. Menerima penghargaan Tasrif Awards dari Aliansi Jurnalis Independen (AJI) tahun 2004. Bukunya yang diterbitkan antara lain, Peradilan Dagelan : Catatan Hasil Eksaminasi Publik Dalam Perkara Korupsi Yayasan Bali Dwipa (2003). Putu Wirata juga merupakan budayawan Bali, kritikus seni dan kurator seni rupa. [b]
Teks dan foto dari Bentara Budaya Bali.