Bagi orang Bali, belum lengkap jika belum punya kalender Bali.
Tiap pergantian tahun, kalender Bali pun diburu meskipun warga sudah punya kalender umum. Nyaris semua toko buku di Bali menyediakan kalender yang yang mengombiansikan penanggalan umum dan pustaka wariga Hindu ini.
Kalender Bali merupakan inti sari dari pustaka wariga mempunyai tiga aspek. Pertama, perhitungan waktu, aspek ramalan tentang baik buruknya melakukan kegiatan tertentu, dan hari-hari peringatan upacara besar. Hari-hari peringatan ini, misalnya, untuk menentukan hari pernikahan, ngaben, ramalan sesuai waktu lahir penanggalan Bali, dan lainnya.
Bagi orang Bali, terutama yang bergama Hindu, kalender ini juga menjadi panduan jika mereka ingin melakukan kegiatan adat atau sembahyang. Maka, ketika ada kalender yang tak sama, maka hal tersebut akan jadi masalah besar.
I Made Suatjana, peneliti wariga di Bali mengatakan, beberapa tahun lalu ketika ada perbedaan susunan sasih beberapa kalender Bali yang beredar, masyarakat Bali Hindu pun resah.
Menurut Suatjana perbedaan itu terjadi karena aspek perhitungan waktu. “Kita memakai sistem perhitungan waktu dalam wariga yaitu system pawukon dan waktu saka Bali,” jelasnya.
Perhitungan waktu pewukon adalah sistem asli nusantara atau Jawa. Tapi, belum diketahui siklus alam apa yang mendasari pawukon itu. Sistem pawukon mulai dikenal di Bali sejak raja Bali Udayana Warmadewa menikah dengan putri Raja Jawa.
Sementara sistem perhitungan saka dikenal di Bali sejak abad ke-9, berdasar prasasti yang ditemukan. Sistem perhitungannya memakai siklus peredaran bulan terhadap bumi (lunar) dan siklus bumi terhadap matahari (solar) sebagai dasar perhitungannya. Siklus peredaran bulan terhadap bumi melahirkan sasih dengan tilem, purnama, penanggal, dan panglong yang umum terjadi dalam kalender Bali. Siklus peredaran bumi terhadap matahari menghasilkan sasih-sasih dan tahun-tahun.
Amunisi
Satu siklus bulan secara astronomi adalah 29,53 hari. Selain Bali juga Budha di Thailan, China, Korea, Jepang, Tibet dan lainnya memakai perhitungan bulan. Juga Islam dan Yahudi. Tiap kalender memiliki cara tersendiri menghitung panjang siklus bulan tersebut. Sasih mengikuti siklus peredaran bumi bumi mengelilingi matahari panjangnya 365, 24 hari. Sementara panjang sasih perhitungan saka Bali adalah 29,53 hari.
Sasih dalam penanggalan saka Bali dibuat beberapa patokan. Misalnya untuk menentukan jatuhnya Tilem Kasangan atau sehari sebelum tahun baru saka harus jatuh antara 3 dan 31 Maret.
“Orang Bali sangat sadar dengan ruang dan waktu ini,” kata Suatjana, salah satu pembuat kalender Bali ini.
Penyusun kalender terkenal di Bali adalah Bambang Gde Rawi dan Babang Gde Wisma. Selain versi cetak, kini sudah ada secara online di kalenderbali.org.
Salah satu yang harus dikuasai calon diksita dari pedanda nabenya adalah tentang wariga. Wariga terbagi dalam empat sub grup yakni wariga gemet, wariga batak, janantaka, dan panchakanda. Wariga dianggap penting karena dasar dari semua bahan-bahan bidang pelajara calon pendeta atau pemimpin spiritual Hindu di Bali. Sumber wariga adalah sejumlah lontar-lontar.
Anak Agung Kusuma Wardana, tokoh masayarakat Puri Kesiman mengatakan, salah satu amunisi Bali menghadapi globalisasi adalah kearifan-kearifan lokalnya. “Harta kekayaan terakhir yang kita punya dan harus diwariskan untuk menghadapi globalisasi adalah karya-karya lokal yang sudah teruji pemanfaatannya,” ujarnya.
Selain kalender Bali, ada juga aksara Bali, dan sistem subak. Mereka semua teknologi ala Bali yang masih terus berjalan hingga saat ini. [b]
Foto dari Mahameru Bali.