Oleh Anton Muhajir
Bersama lima temannya, Cok Cu Wan, menyiapkan penjor, umbul-umbul dari batang bambu melengkung dengan hiasan yang biasa dibuat umat Hindu Bali. Bedanya kalau umat Hindu Bali membuat penjor ketika merayakan upacara adat seperti Galungan dan Kuningan, Cwan kini menyiapkan penjor untuk merayakan Imlek, tahun baru Cina.
“Tiap Imlek kami selalu membuat penjor,” kata Wan.
Tradisi warga Tionghoa di Kuta memang sudah berakulturasi dengan budaya Bali, termasuk ketika Imlek. Warga setempat bahkan menyebut Imlek sebagai Galungan Cina, merujuk pada Galungan, salah satu hari raya terbesar dalam di Bali.
Seperti halnya pada saat Galungan, penjor pun menjadi salah satu dari hiasan yang disiapkan warga Kuta untuk yang merayakan Imlek. Hiasan ini melengkapi hiasan khas Tionghoa seperti lampion.
Vihara Dharmayana di jalan Padri Kuta menjadi pusat kegiatan perayaan Galungan Cina tersebut. Bau dupa harum tercium harum Kamis siang dua hari lalu di vihara ini. Beberapa pengunjung berdoa atau sekadar berfoto-foto di depan vihara yang hampir seluruhnya berwarna merah ini. Warga lain sedang sibuk membuat penjor, termasuk Wan dan teman-temannya.
Selain penjor, tempat ini juga dipenuhi lampion yang digantung di beberapa tempat di vihara seperti di wantilan, halaman depan, dan tempat parkir vihara.
Adhi Dharmaja, warga Kuta yang juga merayakan Imlek, mengatakan penjor hanya salah satu simbol akulturasi warga Tionghoa di Kuta saat Imlek. “Cap Go Meh (purnama pertama pada tahun baru Cina), juga kami sebut sebagai Kuningan Cina,” kata Adhi.
Simbol akulturasi yang lain, kata Adhi, adalah keterlibatan warga banjar lain –yang beragama Hindu- dalam rangkaian perayaan Imlek. Pada perayaan Cap Go Meh, sekaa gong dari banjar Pemamoran akan memainkan gong untuk warga Tionghoa yang merayakan Cap Go Meh tersebut.
Warga Tionghoa di Kuta sebagian besar tinggal di Banjar Dharma Semadhi Kuta. Semula banjar ini menjadi bagian dari banjar Temacun sebelum menjadi banjar tersendiri. Tak hanya sebagai tetangga, warga banjar Pemamoran dan Temacun pun terlibat dalam perayaan Imlek oleh warga Banjar Dharma Semadhi.
Pada saat Cap Go Meh, sekaa gong dari Banjar Pemamoran akan megamel (main gong) di wantilan Vihara Dharmayana. Selama hampir sehari suntuk, tempat ini akan dipenuhi atraksi barongsai dan liong, dua kegiatan yang sangat khas Tionghoa.
“Perayaan Imlek selalu jadi solidaritas antar-etnis di Kuta,” ujar Adhi.
Solidaritas antara banjar Dharma Semadhi dan dua banjar lain itu, menurut Adhi, sudah terjadi sejak ratusan tahun lalu ketika warga Tionghoa mulai datang ke Kuta. Menurut buku tentang sejarah warga Tionghoa di Kuta, warga Tionghoa mulai datang ke tempat ini sejak 1800an. Ini bisa dilihat pada papan peringatan di vihara Dharmayana.
Karena itu, beberapa tradisi Cina juga dengan mudah ditemukan di Kuta atau bahkan Bali pada umumnya. Salah satunya adalah tarian barong sebagai salah satu rangkaian upacara agama di Bali. Barong dan barongsai sangat mirip. Hanya beda penggunaan. Barong di kalangan warga Bali, sedangkan barongsai di kalangan warga Tionghoa.
Barongsai ini pula yang akan ditampilkan dalam rangkaian perayaan Imlek di Kuta untuk tahun baru Cina 2560 ini.
Menurut Adhi Dharmaja, yang juga Humas Vihara Dharmayana, pawai barongsai tersebut akan dilaksanakan pada Minggu, 25 Januari, sehari sebelum Imlek. Barongsai ini akan pawai berkeliling vihara melewati jalan Blambangan, jalan Kalianget, jalan Raya Kuta, lalu balik ke vihara.
Sebelum pawai digelar, warga Tionghoa sudah mengadakan berbagai persiapan perayaan Imlek seperti membersihkan lingkungan vihara dan altar serta menyiapkan penjor, lampion, dan umbul-umbul.
Semua rangkaian itu akan ditutup dengan perayaan Cap Go Meh pada 9 Februari. “Biasanya pada saat Cap Go Meh umat yang hadir akan lebih banyak lagi,” kata Adhi. Kalau pada Imlek sekitar 300 orang, maka pada saat Cap Go Meh bisa ribuan orang yang sembahyang di vihara.
Sebab, kata Adhi, saat Cap Go Meh juga ada ritual Ciong untuk menghilangkan kesialan terutama untuk pemilik shio yang dianggap akan sial pada tahun kerbau mendatang. “Umat akan berdoa agar rezekinya berlimpah, terhindar dari marabahaya, dan diberikan kemudahan dalam hidup. Itu kan doa siapa pun,” ujarnya. [b]
halo mas anton,saya amanda mahasiswi smstr 7 sastra china. skrg saya sdg mempersiapkan skripsi saya dgn tema etnis tionghoa kintamani dlm merayakan imlek. info ini berguna sekali untuk gambaran saya. terima kasih y mas. mhn info pustakanya jg y mas.thx