
Acara tahunan BaleBengong, yaitu Anugerah Jurnalisme Warga kembali diadakan tahun 2025 ini. Anugerah Jurnalisme Warga (AJW) telah diselenggarakan sejak tahun 2016 untuk memberikan penghargaan kepada karya pewarta warga dalam bentuk beasiswa liputan.
Tahun ini, AJW mengangkat tema Anak Muda Bicara Kota-kota di Bali. Berakar dari minimnya keterlibatan anak muda dalam pembangunan kota, padahal anak muda memiliki peran penting dalam menyumbangkan gagasan maupun inovasi baru untuk perencanaan dan pembangunan kota. Kerap kali perspektif anak muda dapat menjadi potensi menangani permasalahan kota yang tengah terjadi.
Dalam memvisualisasikan tema tahun ini, BaleBengong merangkul seorang seniman mural, Bryan Eka (Instagram: varkoiivark). Bryan merupakan seniman yang cukup lama beraktivitas di Bali. Ia aktif mengisi kegiatan kolektif dan live mural yang diadakan oleh komunitas.

Bryan menuangkan gagasannya tentang Anak Muda Bicara Kota-kota di Bali di atas kanvas dengan cat berwarna-warni. Sekilas tampak anak muda yang memegang kepala, seperti menggambarkan pusingnya melihat laju kendaraan. Di hadapannya terdapat dua anak muda lain yang memandang dirinya.
Penuturan Bryan dari gambar yang tampak sekilas ternyata dimaknai lebih dalam. Di tengah-tengah sekitar gambar hidung anak muda yang sedang memegang kepalanya, tampak garis warna-warni keluar masuk. Bryan menjelaskan bahwa garis-garis tersebut adalah asap dari kendaraan besar. “Jadi hidungnya itu mencium (asap) knalpot-knalpot kendaraan besar, seperti mobil,” jelas Bryan.
Makin hari, asap kendaraan memang semakin memenuhi jalanan. Tidak ada lagi ruang untuk menghirup udara segar. Demi membangun trotoar dan memperluas jalan pun pohon-pohon ditebang. Akhirnya, udara yang dihirup ketika bernapas bukan lagi udara segar yang dihasilkan oleh tumbuhan hijau, melainkan polusi asap kendaraan.
Melihat gambar Bryan lebih teliti lagi, tampak tiga kendaraan yang sedang melaju di jalanan. Ada kendaraan berwarna merah, hijau, dan mobil berwarna biru. Pesan yang ingin disampaikan Bryan melalui iringan kendaraan tersebut adalah beberapa kendaraan yang semakin melambat di jalan ketika ada iring-iringan mobil kementerian maupun tamu-tamu besar lainnya.
Bali memang kerap menjadi tuan rumah acara-acara skala nasional dan internasional. Dampak yang ditimbulkan dari acara tersebut adalah kemacetan dan penutupan jalan di mana-mana. Belum lagi ketika ada iring-iringan tamu besar lewat beberapa ruas jalan ditutup. Bryan menambahkan bahwa dirinya tidak pernah melihat ada truk sampah dan ambulans yang berjalan bersamaan dengan mobil iringan tersebut. “Apa sudah di-setting? Itu yang menjadi pertanyaan,” ujarnya.

Di atas gambar mobil biru terdapat gedung-gedung tinggi hingga ke atas awan. Gambar tersebut mencerminkan keresahannya terhadap munculnya gedung-gedung tinggi di Bali yang melebihi batas aturan. “Kalau di Bali kan biasanya batasnya 15 meter,” ujar Bryan. Meski mengantongi izin, ada beberapa tinggi bangunan yang melebihi batas.

Pembangunan yang masif pun berdampak pada kualitas udara. Bryan berkaca dari kondisi cuaca di Jakarta. Awan gelap di Jakarta nyatanya bukan berasal dari mendung, melainkan asap kendaraan yang lari ke awan. Bukan hanya asap kendaraan, ada pula asap-asap pembangunan dan industri.

Sementara itu, bukit-bukit hijau serta pemukiman yang berada paling bawah menggambarkan pembangunan kota yang dilakukan di atas ruang hijau. Sedikit demi sedikit, ruang hijau tersebut menghilang, digantikan dengan bangunan dan ruas jalan.
Dua orang yang menghadap ke depan merepresentasikan anak muda yang melihat masa depan perkotaan. Mungkin saja ilustrasi yang digambarkan oleh Bryan dapat terjadi di masa depan, jika akar permasalahannya tidak diatasi.
slot gacor