Dulu manusia hidup dekat supaya hangat, kini manusia hidup dekat dalam sekat.
Begitulah spesies dalam film Urbanis Apartementus. Kelompok manusia urban yang tinggal di apartemen. Urbanis Apartementus adalah film panjang pertama karya Lingkar Alumni Indie Movie atau LAIM (laindiemovie.com). Mereka menggabungkan empat segmen cerita yang berbeda ke dalam sebuah lokasi yaitu apartemen. Sebuah film multiplot yang digarap oleh 4 sutradara sekaligus dengan beragam konflik namun akhirnya menyatu.
Cerita Urbanis Apartementus bermula dari @Apartemen1203. Segmen ini merepresentasikan Rindra (Abie Jie Assegaf) yang memang tinggal di apartemen kamar nomor 1203. Rindra tak banyak omong dalam kesehariannya, tapi banyak mengeluh di dunia maya. Kisah percintaan yang tragis menarik simpati para followers. Rindra pun terkenal sebagai seleb twit, walaupun tak dikenal di apartemennya sendiri. Dalam film ini, Rindra menjadi story teller yang mengamati perilaku orang-orang yang tinggal seapartemen dengannya.
Pada bagian apartemen yang lain ada Sepasang Pintu. Syeril (Poppy Sovia), seorang DJ yang meninggalkan rumah karena tak sepaham dengan orang tuanya. Di seberang kamarnya, Oma Puspa (Tuti Kembang) tinggal seorang diri karena tak ada keluarga yang punya waktu untuk merawatnya. Syeril dan Oma Puspa banyak memiliki kesamaan, sama-sama jauh dari keluarga dan lahir di tanggal 14 Februari. Meski bukan dari generasi dan keturunan yang sama, mereka sangat dekat layaknya keluarga.
Segmen berikutnya, Perawan Dangdut yang mengisahkan penyanyi dangdut bernama Kartika (Intan Sakura). Popularitasnya sedang naik daun dengan goyang greget (gogret). Kartika menjalin hubungan dengan Rama (Zendhy Zaen). Sayangnya ditentang oleh Ayah Rama (Joshua Pandelaki) karena stigma penyanyi dangdut yang tinggal di apartemen. Terlebih lagi, ayah kekasihnya adalah seorang politikus yang kontroversial dengan aturan tes keperawanan. Demi restu sang calon mertua, Kartika harus membuktikan diri sebagai wanita baik-baik melalui tes itu.
Cerita lain muncul dari Night Shift. Willy (Trisa Triandesa), seorang pengangguran yang kini bebannya semakin bertambah karena kehadiran Lisa di apartemennya. Lisa adalah sepupu Willy yang kecanduan narkoba. Sementara itu, Ricky (M. Wafy) berambisi untuk menyelesaikan film horor untuk ikut festival. Apartemen ini pun tak lengkap tanpa pengamanan dari satpam kocak, Herman (Aditya Lakon) dan Joned (Indra Birowo).
Semua penghuni apartemen punya cerita yang berbeda namun bersatu dalam akhir yang indah. Meski tinggal di dalam sekat, ternyata ada harapan, cinta dan keluarga dalam apartemen. Empat segmen cerita yang berbeda mampu bersatu tanpa membuat penontonnya kebingungan. Keseluruhan cerita menjadi utuh dalam latar apartemen. Apalagi masing-masing segmen memiliki bumbu komedi. Sepakat jika film ini disebut drama komedi.
Alur film yang berjalan cukup apik, sayangnya tak dibarengi dengan penutup yang melegakan penonton. Hampir semua segmen berakhir bahagia, hanya Night Shift yang tampaknya belum selesai. Penampilan zombie yang mengejutkan satpam di malam hari memang menjadi bagian seru dari film. Setelah itu, tak diceritakan lagi padahal mereka berada dalam satu frame pada akhir film. Bisa jadi, ini memang disengaja agar tak mempengaruhi penutup dari segmen yang lain.
Tayang Perdana di Bali
Film Urbanis Apartementus tayang perdana pada 17 Oktober 2014 di Beachwalk XXI Bali. Film ini menjadi salah satu dari 60 film yang tayang dalam Balinale International Film Festival 2014. Kursi studio 1 penuh diisi oleh para mahasiswa yang menonton film ini. Usai penayangan film, para sutradara pun meluangkan waktu untuk ngobrol dengan penonton. Mereka bercerita tentang pengalaman dan tantangan dalam film multiplot ini.
Proses syuting film Urbanis Apartementus memakan waktu 20 hari dan proses editing sekitar 8 bulan. Jadi film ini baru saja rampung bulan September 2014. Catra Wardhana, sutradara Night Shift menuturkan soal proses pemilihan ide cerita. “Ide cerita dari dropbox. Tapi tidak semata-mata berbentuk cerita utuh. Pengembangan ceritanya dibuat oleh script writer. Segmen aku awalnya cuma zombie dan satpam. Kemudian ada tambahan pasangan remaja pengguna narkoba,” kata Catra.
Dimas Prasetyo, sutradara @Apartemen1203 mengangkat tema yang ngepop dibanding segmen lainnya. Dimas memberikan efek visual berupa animasi dan sosial media bernama Switter. Segmen ini pun diwarnai dengan animasi interaksi Rindra dan pengikutnya di Switter. “Yang paling sulit di segmen aku adalah sedikitnya dialog. Gimana caranya pesan yang pengen aku tampilkan sampai ke penonton. Seleb twit biasanya pendiam dan aktifnya di sosial media. Makanya aku bikin (Rindra) diem dan main ekspresi aja. Nah di situ tantangannya,” ungkap Rindra.
Indah Harahap bertindak sebagai sutradara sekaligus penulis skenario segmen Perawan Dangdut. Bahkan, Indah turut menciptakan lagu dan goyangan untuk karakter Kartika. Indah mengaku senang menjalani selama proses syuting selama 20 hari. “Yang paling susah dalam segmen aku adalah flash mob. Meskipun itu rame-rame tapi kan itu bagian aku banget, ada dangdutan, gerobak dangdut. Segmen ini paling banyak printilannya dan mesti koordinasi ke semua cabang,” tutur Indah.
Vanny Rantini memilih Sepasang Pintu menjadi segmen garapannya. Pada awalnya segmen ini menceritakan persahabatan Syeril dan Oma Puspa. Setelah proses pembedahan naskah, ceritanya dimulai dari Syeril. Film bukanlah hal yang baru bagi Vanny dan kawan-kawan, tapi inilah film layar lebar pertama yang mereka garap. Urbanis Apartementus memang mewakili realita kehidupan masa kini. “Hal yang sering aku lihat sekarang, mereka sibuk dan nggak peduli dengan orang-orang yang ada di sekitarnya. Sebenarnya kedekatan tidak menjamin kualitas komunikasi,” jelas Vanny.
Urbanis Apartementus adalah film yang sesuai dengan kenyataan. Film ini menggambarkan pola interaksi manusia yang baru. Selain itu, film seolah menyadarkan penontonnya bahwa kepedulian manusia sudah menurun. Padahal manusia kini tinggal semakin berdekatan. Film berdurasi 80 menit ini cukup nikmat sekaligus sarat pesan moral. Tim LAIM merasa bangga film mereka dapat tayang di sebuah festival sebesar Balinale. Selepas Balinale, mereka juga sedang mengajukan film ini ke festival film lainnya.