Minggu pagi, tanggal 3 oktober 2021 saya dan teman-teman berada di Brahma Vihara Arama. Pertama kali saya memasuki vihara ini saya melihat patung Budha yang besar. Suasana vihara ini cukup sejuk. Banyak pepohonan mengelilingi wilayah vihara, bangunan dan stupa-stupa besar juga mencuri perhatian saya.
Oleh Dayu Muna, Foto: Dayu Ani
Lokasi Brahmavihara sebelumnya berada di dekat Pemandian Yeh Panes Banjar, dekat lokasi saat ini. Vihara tersebut didirikan pada tahun 1959 oleh kelompok yang ingin belajar lebih dalam tentang sifat ketuhanan yang relevan dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara. Tokoh yang mendirikan vihara ini adalah Ida Ketut Jelantik. Setelah beberapa tahun berdiri, Brahmavihara di Yeh Panes makin ramai pengunjung sehingga vihara itu terasa makin sempit.
Pada tahun 1971 pun pindah dan diresmikanlah Brahmavihara di lokasi yang baru. Terletak di Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, Buleleng, Bali. Saat itu kondisinya masih sederhana. Pada saat itu juga ditambahkanlah kata “Arama” tersebut. Kata tersebut berasal dari Bahasa Sanskerta yang berarti asrama untuk yang ingin belajar di Brahmavihara ini.
Brahmavihara artinya sifat-sifat ketuhanan, pertama, Maitri yaitu cinta kasih tanpa batas, Karuna rasa empati kepada semua makhluk, Simpati, dan Upeka yaitu keseimbangan batin. Tokoh-tokoh utama di balik berdirinya vihara ini yaitu Ida Ketut Jelantik dan Ida Bagus Giri (Biku Giri).
Kegiatan rutin yang dilakukan di Vihara ini yaitu 3 meditasi. Meditasi cinta kasih dilakukan untuk pemula, yang kedua meditasi Samata untuk mencari ketenangan, dan ketiga meditasi Wipasana yaitu kegiatan pembebasan total.
Vihara ini memiliki fasilitas seperti tempat tidur untuk orang yang menetap ingin belajar meditasi, tempat biku, tempat belajar meditasi, dan lainnya. Untuk bentuk bangunan dan tata letak diupayakan untuk menyokong belajar ketenangan, agar orang meditasi lebih konsentrasi. Untuk pengelolaan, vihara ini mandiri karena belum ada bantuan pemerintah.
Pada tahun 1982 ada kunjungan resmi dari Dalai Lama. Sebagai jejak perjalanan spriritual beliau di Vihara ini, Dalai Lama memberikan kenang-kenangan beberapa barang pribadinya untuk disimpan di Brahmavihara Arama. Barang-barang itu disimpan di Pagoda Kala Cakra.
Fenomena unik juga pernah terjadi di Brahmavihara Arama. Patung Dewi Kwam Im mengeluarkan air pada lubang kecil selama kurang lebih 2 minggu. Hal itu menyebabkan banyak orang berkunjung ke Vihara ini dan mengambil air dari Patung Dewi Kwam In ini.
Vihara ini sudah masuk dalam regulasi pariwisata Buleleng, jadi salah satu daya tarik wisata. Warga yang berkunjung juga dari luar negeri seperti dari Australia, Amerika, Asia, dan lainnya. “Corak buddhist tetapi sangat universal,” kata Ida Bagus Rahoela, pengelolanya saat ini. Karena tidak hanya untuk agama Budha tetapi semua agama.
Seperti saat kami berkunjung ke vihara, kami bertemu salah satu pengunjung yang sedang bermeditasi bernama Parida berasal dari Kyrgyztan. Dia menceritakan pengalamannya selama bermeditasi di Vihara ini menggunakan Bahasa Inggris. Parida membandingkan kondisinya sebelum dan sesuah ketika belajar meditasi di vihara ini.
Dia menyebutkan, sebelum meditasi dia sangat overthinking, dan setelah melakukan meditasi ini dia merasa ada perubahan dalam dirinya, jiwanya menjadi tenang, damai. Tak heran, ia kembali lagi. Di kedatangannya yang kedua ini dia ingin melanjutkan belajar meditasi di vihara ini untuk tahap berikutnya.