
Masyarakat Tionghoa di Indonesia merayakan Tahun Baru Imlek 2575 Kongzili pada tanggal 10 Februari 2024 di Vihara Satya Dharma, Benoa, Bali. Masyarakat Tionghoa di Indonesia yang sebagian besar pergi ke vihara adalah penganut agama Buddha dan Konghucu. Karena lokasi vihara ini dekat dengan bandara, wisatawan dari seluruh dunia turut mengunjungi vihara ini untuk menyaksikan dan merasakan perayaan Tahun Baru Imlek.
Vihara Satya Dharma salah satu vihara terbesar di Bali. Vihara ini menerapkan Tridharma–tiga ajaran agama Tionghoa, termasuk Taoisme, Konghucu, dan Buddha. Tridharma berarti vihara ini berfungsi sebagai tempat sembahyang bagi ketiga agama tersebut.
Setiap vihara atau kongco memiliki cheng beng atau tuan rumah. Cheng beng di Vihara Satya Dharma adalah Nacha. Ketika kamu masuk lebih dalam ke dalam vihara, kamu akan melihat altar Tridharma, yang meliputi altar untuk patung-patung dewa dewi Taoisme, Konghucu, dan Buddha atau rupang di dalam bangunan. Kongco ini juga menyediakan altar untuk Dewi Kwan Im.

Masyarakat Tionghoa di Indonesia akan mengunjungi kongco untuk berdoa sebagai bagian dari perayaan Tahun Baru Imlek. Membakar dupa atau hio adalah salah satu media yang mereka gunakan dalam berdoa. Warna hio adalah merah. Sebelum kamu berdoa kepada para dewa dewi, kamu harus membakar hio. Ada banyak lilin merah dengan berbagai ukuran yang tersedia di dalam kongco. Lilin-lilin tersebut digunakan sebagai media untuk membakar hio.
Selain hio, ada juga persembahan atau sajen seperti makanan dan buah-buahan. Menariknya, setiap dewa dewi memiliki beberapa larangan dalam sajennya. Misalnya, sajen untuk Thian Kong tidak boleh ada daging karena Thian Kong adalah seorang vegetarian.
Sebagai bagian dari perayaan, seluruh area Vihara Satya Dharma dihiasi dengan dekorasi khas Tahun Baru Imlek, termasuk lampion, lilin, dan hio sebagai simbol penerangan. Kongco ini tidak hanya dikunjungi oleh masyarakat Tionghoa dari Indonesia saja, tetapi juga oleh turis asing dan lokal untuk bersembahyang.
