
Buleleng, Bali-Akulturasi adalah gabungan dua atau lebih kebudayaan yang berbeda dan saling memengaruhi tanpa menghilangkan ciri khas masing-masing, contohnya Candi Borobudur. Ternyata, candi tersebut adalah hasil akulturasi antara kebudayaan Buddha dan kebudayaan asli Indonesia. Di Bali, ada bangunan alkulturasi antara kebudayaan hindu dan budha letaknya di Bali Utara. Bangunan ini dikenal dengan nama Brahma Vihara Arama.
Brahma Wihara Arama, sebuah wihara Buddha, terletak di Desa Banjar Tegeha, Kecamatan Banjar, dengan jarak sekitar 19 Km ke arah Barat dari kota Singaraja. Tempat ini dapat diakses dengan kendaraan bermotor dalam waktu sekitar 40± menit, berkat kondisi jalan yang memadai. Terletak di dataran tinggi atau perbukitan, ketinggian diperkirakan mencapai sekitar 300 meter di atas permukaan laut. Luas tanah wihara ini sekitar 1,5 Hektar, dengan area khusus untuk bangunan Brahma Wihara Arama sekitar 35 Are, sementara sisanya merupakan lahan perkebunan yang mengelilingi wihara, dan dikelola oleh yayasan Giriakkhito Mahathera.
Nama vihara ini terdiri dari tiga kata yaitu Brahma, Vihara, dan Arama. Nama tersebut memiliki arti tersendiri. Brahma memiliki arti mulia, luhur, teruji, dan agung. Vihara memiliki arti cara hidup, sedangkan Arama memiliki arti tempat. Sehingga jika digabungkan ketiga kata tersebut memiliki makna sebuah tempat yang digunakan untuk melatih diri serta menempa perilaku mulia dan luhur. Biaya konstruksi wihara ini diperoleh melalui sumbangan dan pembinaan yang dilakukan oleh Bikku Giri, yang berperan sebagai Bikku Darma Duta, kepada umat di seluruh Indonesia. Umat-umat mengakui bahwa Wihara Buddha di Banjar Tegeha ini difungsikan sebagai tempat meditasi, di mana umat dapat mengembangkan pandangan terang selama 7 hingga 17 hari.
Latihan meditasi mencakup duduk bersila, berjalan seimbang, dan acara kebaktian. Tujuan dari latihan meditasi tersebut adalah untuk mengenal dan mengerti pikiran, mengendalikan pikiran, membersihkan pikiran, dan mencapai kebijaksanaan sesuai dengan ajaran Buddha, yang pada akhirnya membantu melepaskan diri dari kehidupan keduniawian. Sehingga tidak salah jika vihara ini menjadi tempat atau pusat meditasi terbaik di Indonesia. Brahma Vihara Arama tidak bernaung di bawah organisasi tertentu, karena memang sifatnya yang universal dan tidak dibatasi oleh suku, ras, agama, dan budaya.
Jadi, tak hanya umat budha, banyak juga umat lain yang yang melaksanakn meditasi ditempat ini. Tangga-tangga yang menuju candi bentar mempunyai filosofi bahwa ada banyak jalan menuju kedamaian, terkadang manusia sering berfikir bahwa ajaran mereka lah yang paling benar, padahal sejatinya kita memiliki satu tujuan, dan membangun karakter agar terbebas dari keserakahan, kebencian, dan kekeliruan pandangan.
Ada beberapa bangunan yang paling sering dikunjungin oleh orang-orang yang ingin melakukan meditasi, namanya dharmasala 1 dan dharmasala 2. “Fungsi dari kedua ruangan itu adalah sama-sama tempat untuk bermeditasi, dharmasala 1 di fokuskan untuk meditasi karena tempatnya yang lebih luas, sedangkan dharmasala 2 digunakan untuk melaksanakan puja bhakti dalam umat Budha”, ujar Doni (38) selaku pengurus Brahma Wihara Arama.
Doni (38) mengatakan “bangunan Brahma Viara Arama ini merupakan alkulturasi dari berbagai gaya bangunan, seperti gaya bangunan di Bali dan gaya Tibet. Sedangkan untuk patung patung yang ada disana bergaya Thailand”. Tak banyak yang tahu keberadaan wihara yang berdiri sejak tahun 1970 ini, mungkin itu pula yang menyebabkan wihara ini tak begitu ramai dikunjungi wisatawan. Desa Banjar Tegeha, Kabupaten Buleleng tak jauh dari Pantai Lovina.
Dalam ajaran budha kita diajarkan nilai perdamaian dimana ada 4 dasar rasa yang terkandung didalamnya yaitu Cinta kasih, welas asih, rasa gembira, dan ketenangan batin. Ada bangunan yang berbentuk genta yang disimbolkan untuk menggentakan ajaran budha mirip dengan hindu tetapi dalam budha disebut dengan stupa.
Dari keunikan beberapa bentuk bangunan ini menjadikan wisatawan tertarik untuk mengeksplore keindahan wihara. Terlebih bagi mereka yang menyukai wisata rohani, pasti akan menyukai tempat ini. Semenjak pandemi covid 19 (2019), para tourist yang datang dan terjebak di Bali, kemungkinan karena perbedaan orientasi, mereka ingin mencoba hal baru untuk menenangkan pikiran, para tourist yang dulunya hanya sebagai tourism kemudian mengenal diri lebih dalam dan melakukan meditasi di Brahma Wihara Arama ini, kebanyakan tourist yang berkunjung yaitu tourist yang berasal dari Eropa.
Perputaran ekonomi dikawasan sekitar vihara ini, biasanya berputar di bagian wisata, dimana orang-orang yang dipekerjakan dibidang wisata religi ini adalah penduduk sekitar vihara, yang dimana mereka berasal dari berbagai macam suku di Indonesia, ada suku Jawa, Bali, dan lain-lain. Jadi, jika memiliki agenda tour ke wilayah Bali Utara, sangat disayangkan jika tidak mengunjungi wisata Brahma Vihara Arama.
situs mahjong