Teks dan foto dari Bentara Budaya Bali
Perempuan dengan segala kompleksitas persoalannya memang kerap dieksplorasi secara kreatif dalam karya sastra.
Selain mencoba mengangkat problematik perempuan sebagai sosok yang termajinalkan, tidak sedikit karya, baik puisi, cerpen maupun novel yang mengetengahkan pandangan kritis atas budaya patriarki. Salah satunya ialah novel The Sinden karya Halimah Munawir. Novel ini akan didialogkan di Bentara Budaya Bali, Kamis, 8 Maret 2012 pukul 18.00 wita. Diskusi ini menghadirkan Halimah Munawir dan I Made Sujaya.
Novel The Sinden yang diterbitkan oleh Gramedia Pustaka Utama ini bercerita tentang Waranggana, sosok gadis juru tembang yang mumpuni. Si tokoh utama mengalami kehidupan yang terbilang tragis, di mana kepiawiannya menembang dan kecantikannya justru mengundang aneka peristiwa yang tak terduga, antara hendak dijadikan tumbal sebuah jembatan dan incaran sebagai istri kesekian dari para lelaki hidung belang.
Oleh Halimah, Waranggana dituliskan bukan semata sebagai seorang perempuan yang teraniaya, namun juga pribadi yang kukuh menjaga dan melestarikan tradisinya, khususnya cita-citanya menjadi sinden.
Selain akan mengulas isi buku, diskusi ini juga mencoba membandingkan hadirnya sosok perempuan dalam berbagai karya sastra. Sebelumnya perempuan yang bergelut dengan kungkungan ketakadilan dalam lingkup budaya tertentu memang dihadirkan sedemikian rupa oleh penulis lelaki. Sebut saja sosok Nyai Ontosoroh dalam tetralogi Pramoedya Ananta Toer, kisah penari dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk karya Ahmad Tohari, Sukreni Gadis Bali dari Panji Tisna.
Kini kemunculan sastrawati dengan karya-karyanya yang luar biasa, semisal Saman dari Ayu Utami, tidak hanya mengetengahkan kompleksitas kehidupan perempuan yang tragis secara lebih jernih dan terus terang tetapi juga sebentuk perubahan yang patut dicermati. Hal tersebutlah yang akan diulas secara mendalam bersama kedua narasumber.
Halimah Munawir lahir di Cirebon, 18 Januari 1964. Sejak SMA aktif menulis dan kemudian terjun ke jurnalistik sambil menimba ilmu di Filsafat Driyarkara. Sejak menikah dan sampai anak kedua berusia 5 tahun, ia aktif di Harian Indonesia. Semasa mahasiswa tergabung dalam Kelompok Studi Proklamasi yang kerap mengadakan diskusi dan menerbitkan buku-buku perihal agama dan masalah-masalah pembangunan.
Pada tahun 1988, bersama suami, Munawir Anwar, meluncurkan buku Success Story Nilasari dan menerbitkan buku Fotobiografi Mbok Berek (2006). The Sinden adalah novelnya yang pertama, diselesaikan serta diterbitkan tahun 2011.
Pembicara lain dalam diskusi ini, I Made Sujaya, mengajar di Fakultas Sastra Universitas Udayana dan IKIP PGRI Bali. Bekerja pula sebagai jurnalis di Harian Denpost. Pengamat sosial budaya dan kesenian Bali ini telah menerbitkan berbagai buku, antara lain Kuta Berdaya, Perkawinan Terlarang, Sepotong Nurani Kuta, dan sebagainya.
Kami mengundang para sastrawan, budayawan serta anak-anak muda pecinta sastra untuk turut menguraikan kekuatan literer novel ini. “Selain itu, akan dibahas pula perihal keberadaan perempuan dalam perspektif sastra dan kenyataan sosial selama ini,” ujar Juwitta Lasut dari Bentara Budaya Bali. [b]
Perempuan dengan berbagai problematiknya, memang selalu menarik untuk diangkat dalam karya sastra, termasuk: “The Sinden” karya Halimah Munawir. Selamat ya, sukses selalu untuk penulisnya. Selamat juga untuk pemilik blog ini yang telah memberikan info yang sangat menarik. Salam kenal dari kami, semoga Anda selalu diberi kekuatan terus untuk memberikan info-info yang bagus…
Salam kompak:
Obyektif Cyber Magazine
(obyektif.com)