Proyek jalan tol pertama di Bali ini masih jadi perbincangan hangat.
Menurut jadwal, proyek yang mulai digarap pada akhir Desember 2011 lalu ini ditargetkan akan selesai pada awal bulan Juli 2013 mendatang.
Sehubungan dengan terpilihnya Bali sebagai tuan rumah dalam penyelenggaraan Konferensi Tingkat Tinggi Asia Pasific Economic Cooperation (KTT APEC) Oktober 2013 mendatang, Pemerintah Bali menggarap proyek jalan di atas air pertama di Indonesia. Jalan tol pertama di Bali ini mulai digarap pada 21 Desember 2011 silam.
Proyek jalan tol ini dikelola oleh PT Jasamarga Bali Tol yang merupakan perusahaan konsorsium BUMN yang terdiri dari PT Jasa Marga (Persero) Tbk, PT Pelindo III (Persero), PT Angkasa Pura I (Persero), PT Pengembangan Pariwisata Bali (Persero), PT Wijaya Karya (Persero) Tbk, PT Adhi Karya (Persero) Tbk, dan PT Hutama Karya (Persero).
Proyek yang diprediksi menelan dana hingga Rp 1,7 Miliar ini merupakan proyek besar-besaran namun memiliki jangka waktu pengerjaan yang cukup terbatas. Karena waktu pengerjaan yang terbatas, maka tahap pengerjaan jalan tol dengan total panjang 16,4 kilometer dan lebar 14 meter ini dibagi menjadi empat paket.
Penunjang
Perkembangan dari tiap paketnya sudah sangat jelas terlihat. Jika dipersentasekan, tahap pengerjaannya sudah mencapai 92 persen. Hanya tinggal melakukan beberapa finishing di beberapa paket.
Selain untuk penyelenggaraan KTT APEC 2013, jalan tol ini juga digunakan sebagai penunjang prasarana di Bali untuk waktu ke depan. Kawasan Bali Selatan seperti Kuta dan Nusa Dua saat ini adalah pusat pariwisata di Bali. Tentu saja terdapat banyak wisatawan, baik lokal maupun asing yang berkunjung serta melewati kawasan ini. Ini menjadi pemicu utama terjadinya kemacetan. Terlebih lagi diseputaran Sunset Road menuju Bandara Ngurah Rai.
Untuk mengantisipasi kemacetan, maka jalan tol ini merupakan solusi yang terbaik. Jalan tol ini nantinya akan menghubungkan kawasan Nusa Dua yang berada di selatan Pulau Bali dengan kawasan Pelabuhan Benoa di wilayah Kecamatan Denpasar Selatan.
Selain menghubungkan kawasan Nusa Dua dan Pelabuhan Benoa, jalan tol pesimpangan pesanggaran ini juga diberikan akses menuju ke Bandara Internasional Ngurah Rai. Menurut asas kemanfaatan, pembangunan harus memiliki manfaat yang tersirat. Jalan tol ini nantinya akan menjadi jalan peralihan bagi para pengendara bermotor maupun wisatawan yang melewati kawasan Benoa – Ngurah Rai – Nusa Dua agar tidak terjebak macet yang saat ini sudah menjalar disekitar kawasan tersebut.
Jalan tol di atas air ini nantinya bukan hanya diperuntukkan bagi kendaraan roda empat saja. Kendaraan roda dua juga diperbolehkan melewati jalan tol ini melalui jalur berbeda. Tarif untuk melewati jalan tol nantinya sudah termasuk murah. Tarif perdana yang direncanakan bagi pengendara roda dua adalah sebesar Rp 4 ribu, sedangkan bagi roda empat sebesar Rp 10 ribu.
Dampak
Proyek jalan tol ini merupakan investasi jangka panjang yang dilakukan oleh pemeritah Bali. Dana yang sudah dikeluarkan untuk pembangunan jalan tol ini nantinya akan kembali dan selebihnya dapat digunakan untuk program pemerintahan.
Dengan adanya jalan tol ini otomatis akan menaikkan tingkat kenyamanan bagi para pengendara karena akan terhindar dari kemacetan. Namun pemerintah tidak boleh langsung melupakan pihak-pihak yang telah dirugikan selama pembangunan berlangsung. Proses pembangunan jalan tol ini memberikan dampak negatif bagi lingkungan di sekitar hutan mangrove kelompok nelayan Wanasari Tuban. Selama proses pembangunan terlihat jelas lahan melaut para nelayan menjadi semakin sempit akibat adanya alat-alat berat dan penimbunan tanah.
Ini tentu saja sangat merugikan para nelayan yang menjadikan laut di sekitar hutan mangrove terbebut sebagai mata pencaharian mereka sehari-hari. Selain nelayan, kelangsungan hidup ekosistem serta biota laut di kawasan hutan mangrove menjadi terancam. Kepiting-kepiting yang dibudidayakan oleh kelompok nelayan wanasari ini diprediksi mengalami stress. Belum lagi pesawat yang melintasi jalan tol ini.
Ini akan membuat struktur bangunan jalan tol lebih cepat rusak akibat getaran yang dihasilkan oleh pesawat yang mengudara.
Mengesampingkan pada fakta bahwa ketika dalam tahap pengerjaannya jalan tol ini memberikan dampak negatif pada pengguna jalan dan lingkungan di sekitarnya, jika tidak dari sekarang proyek ini dibuat, maka kepadatan yang selama ini dikhawatirkan akan telanjur parah.
Bali saat ini sudah semakin mengepakkan sayapnya di bidang pariwisata. Tentu saja semua sarana dan prasarana yang ada harus menunjang. Dengan adanya jalan tol ini nantinya, maka akses menuju kawasan wisata seperti Sanur, Nusa Dua, Kuta, dan Bandara Ngurah Rai akan lancar.
Fokus pemerintah Bali setelah pembangunan jalan tol ini selesai adalah penghijauan kembali lingkungan kawasan hutan mangrove Wanasari Tuban. Menurut asas pembangunan, pembangunan berkelanjutan tidak boleh mengesampingkan dampak lingkungan. Maka, setelah proses pembangunan ini selesai, tidak ada lagi pihak-pihak yang merasa dirugikan.
Jalan tol Bali ini juga akan menjadi jalan tol yang berdiri kokoh dan dapat mensejahterakan semua kalangan maupun lingkungan hidup di sekitarnya. [b]
Saya kok kurang sependapat kalau dikatakan bahwa jalan Tol ini merupakan solusi terbaik untuk mengatasi kemacetan. Solusi terbaik mengatasi kemacetan adalah menyediakan sarana transportasi umum yang bagus.
Maaf apa ga salah ketik ya, “Proyek yang diprediksi menelan dana hingga Rp 1,7 Miliar ini merupakan proyek besar-besaran namun memiliki jangka waktu pengerjaan yang cukup terbatas. Karena waktu pengerjaan yang terbatas, maka tahap pengerjaan jalan tol dengan total panjang 16,4 kilometer dan lebar 14 meter ini dibagi menjadi empat paket.”
1,7 Miliar rupiah saja?