Meski kotor, air sungai pun bisa menghasilkan uang.
Sungai yang bersih masih ditemukan di daerah pegunungan dekat pedesaan. Tetapi, sungai di daerah perkotaan bisa dikatakan sudah kotor dan tercemar. Di daerah Penatih, Denpasar Utara, ternyata buruh pasar masih memanfaatkan sungai untuk mencuci perabot dagangan.
Sepintas ibu-ibu ini tampak jorok karena mencuci perabot dagangan di aliran sungai pinggir jalan raya. Dari pengamatan, ibu-ibu ini bekerja sebagai buruh di pasar Agung Penatih. Salah satunya bernama Ni Made Purni. Tugas yang biasa dilakukannya seperti mengangkut barang dagangan dari kendaraan ke dalam pasar, menyiapkan perabot dan membersihkan perabot yang selesai dipakai.
Dengan bayaran Rp 20.000 per hari, setiap hari bu Made harus mencuci perabot dagangan di aliran sungai itu. Padahal berdasarkan kasat mata, aliran air itu sudah tidak bersih lagi. Limbah rumah tangga pun di buang ke aliran sungai itu. Ketika ditanya mengapa bu Made mencuci perabot di sana, menurutnya kalau hanya mencuci perabot itu tidak masalah.
Seorang petugas karcis bernama I Wayan Lodra menuturkan bahwa pihak pengelola pasar sudah menyiapkan kran air. Tetapi, untuk menghindari bau amis perabot dagangan itu, beberapa buruh memilih mencuci di aliran sungai tersebut. Jika masalah ini tidak segera diatasi, akan semakin banyak orang yang melintas di seputaran daerah Penatih melihat buruh yang mencuci perabot di sungai itu.
April 2011 lalu, Menteri Perdagangan Mari Elka Pangestu meninjau langsung Pasar Agung Penatih ini. Dia menetapkan pasar ini sebagai pasar percontohan.
Rencananya Agustus ini akan dilakukan renovasi bangunan dan saluran air. Semoga dengan terpilihnya sebagai pasar percontohan, pihak pengelola menyediakan tempat cuci perabot bagi penjual di Pasar Agung Penatih.
Comments 1