Perempuan-perempuan ini mengenalkan Bali sebagai destinasi baru, wisata kuliner.
Perempuan Bali memainkan peranan penting dalam meningkatkan citra Bali sebagai destinasi wisata kuliner. Pusat-pusat kuliner di Bali yang memikat wisatawan domestic dan internasional kebanyakan merupakan hasil inovasi dan kreativitas perempuan Bali.
Demikian disampaikan Prof I Nyoman Darma Putra dalam seminar Pariwisata Berkelanjutan di Denpasar hari ini. Seminar diselenggarakan Program Doktor Kajian Pariwisata Universitas Udayana sekaligus untuk merayakan Hari Pendidikan Nasional.
Dalam makalahnya “Peranan Perempuan Bali dalam Pembangunan Pariwisata Berkelanjutan: Kisah Empat Pahlawan Kuliner Bali”, Darma Putra membahas peran perempuan Bali dalam pembangunan pariwisata berkelanjutan, dengan secara khusus mengangkat kisah pahlawan atau srikandi-srikandi kuliner Bali yaitu Made Mash (Made’s Warung), Bu Agung Oka (babi guling Ubud), Ny Warti (pengusaha jasa boga kuliner Bali), dan Men Tempeh (perintis ayam betutu Gilimanuk).
Di luar nama-nama itu, masih ada figur perempuan Bali lain yang mengembangkan usaha boga yang juga terkenal, seperti Ibu Mangku (nasi ayam Kedewatan), Mak Beng (ikan goreng di Sanur), Men Weti (nasi ayam di pantai Sanur), dan Ibu Wardhani (nasi Bali di Denpasar). Sajian kuliner mereka memikat banyak wisatawan dan atau penduduk lokal.
Menurut Darma Putra, usaha srikandi-srikandi kuliner Bali itu berhasil memanfaatkan kemajuan pariwisata untuk mengangkat citra dan eksistensi kuliner Bali, atau mendukung pembangunan pariwisata Bali lewat pengenalan kuliner Bali kepada wisatawan. Walaupun dalam sekala kecil-menengah, usaha kuliner empat srikandi kuliner Bali di atas mampu menyiapkan cukup banyak lapangan kerja dan peluang usaha baru seperti pemasok bahan baku.
Keberhasilan perempuan Bali mengembangkan kuliner daerahnya, menurut Darma Putra, tidak saja mesti dihargai dalam penyiapan lapangan kerja tetapi yang tak kalah pentingnya adalah pada prestasi mereka untuk membuat kuliner Bali go-nasional dan go-global. “Mereka membantu menghapus ketakutan akan homogenisasi kuliner global yang dibawa masuk oleh kapitalisme dan industri pariwisata,” ujar Darma Putra.
Darma Putra menyebutkan, usaha Men Tempeh mengangkat menu ayam betutu di daerag Gilimanuk, Bali Barat, dalam waktu 35 tahun terakhir, sampai-sampai ayam betutu yang semula merupakan menu ‘kampung’, pelan-pelan menjadi menu restoran dan merk dagang rumah makan yang beroperasi di Bandara Ngurah Rai, di Denpasar, Jakarta, dan Jogyakarta.
Popularitas kuliner babi-guling, menurut Darma Putra, tak hanya memikat wisatawan local dan domestic tetapi juga wisatawan mancanegara. Selebritis presenter TV international seperti Anthony Bourdain (Travel Channel) dan Rick Stein (BBC Food) ikut mempromosikan kuliner Bali ke masyarakat internasional sehingga turis-turis kian banyak mencari dan menikmati masakan asli Bali. Pada saat yang sama, kebanggaan masyarakat Bali akan kekayaan kuliner daerahnya semakin tumbuh dan dikonstruksi sebagai identitas.
Terangkatnya sejumlah kekayaan kuliner Bali dalam konteks perkembangan pariwisata, menurut Darma Putra, bisa dijadikan argumentasi untuk mengatakan bahwa pemanfaatan kekayaan budaya untuk pengembangan kepariwisataan tidaklah melindas kebudayaan itu sendiri tetapi justru ikut melestarikannya. [b]