Sebelumnya, izinkan saya memberikan ucapan bela sungkawa.
Sebelum membahas apa yang terjadi, saya turut berbela sungkawa yang sedalam-dalamnya untuk korban pembunuhan di Batuan, Sukawati, Gianyar. Semoga arwahnya tenang dan bisa kembali ke swargaloka.
Dalam pemberitaan di media cetak maupun media online, saya membaca kalau yang terjadi di Batuan diasumsikan sebagai ulah anggota ormas. Bukti-bukti dan rilis resmi dari kepolisian masih belum ada.
Terlepas bahwa korban adalah anggota salah satu ormas yang bertikai dengan ormas yang lain pada Desember 2015 lalu, kita hendaknya lebih melihat kepada kronologi kenapa itu semua terjadi dengan bukti-bukti di lapangan. Peristiwa kekerasan dan ketegangan antarormas memang kerap terjadi di Bali, mulai dari kekerasan dengan tangan kosong maupun dengan senjata. Tapi tidak juga serta merta kita mengasumsikan semua itu adalah ulah ormas.
Spekulasi yang terlalu dini dengan mengatakan korban atau pelaku adalah ormas hanya akan menambah gaduh suasana yang tidak perlu untuk kondisi sosial dan politik Bali saat ini.
Mari kita telisik kronologi kejadian yang menjadi dasar saya berpandangan berpeda tentang kejadian di Batuan.
Korban bersama kelompok anggota ormas lainnya pulang dari melayat dan pelaku adalah tiga orang bercadar. Kalau boleh saya asumsikan sebagai tiga orang dengan pakaian ala ninja dan menghunus pedang. Korban berlari sendiri dikejar tiga orang masuk ke gang-gang hingga ke rumah warga.
Pertanyaannya, kemanakah teman korban yang lainnya? Kenapa dia bisa kebetulan sendiri dan dikejar tiga orang ninja? Dari sini saya berasumsi kalau korban adalah target yang sudah diteliti keseharian dan kebiasaannya. Korban memang direncanakan akan dibunuh ketika itu.
Tiga ninja ini sedang menunggu waktu tepat untuk mengeksekusi korban. Dan, hari itulah saat yang tepat, ketika korban sedang sendiri.
Terlepas dari kenapa korban menjadi target, mungkin di sinilah peran dari tim penyidik dari kepolisian untuk meneliti lebih dalam dari latar belakang masalah yang pernah terkait dengan korban hingga ke utang piutang atau kelakuan korban yang mungkin membuat orang lain tersinggung hingga itu terjadi.
Pelaku adalah tiga orang bercadar. Ini artinya pelaku adalah profesional dan sudah mempersiapkan semua kemungkinan yang terjadi. Bukankah aneh kalau pelaku adalah orang berpakaian ala ninja siang hari dalam lingkungan masyarakat yang ramai?
Asumsi saya mengenai pelaku yang bercadar lebih kepada pelaku yang profesional, entah itu bentuknya bayaran atau ada bentuk kepentingan lainnya. Pelaku juga sudah sering melakukan tindakan seperti itu sehingga sudah siap dengan kemungkinan yang terjadi, termasuk risiko pengeroyokan kalau ada masyarakat yang membantu korban.
Kalaupun pelakunya mengatas namakan ormas saya rasa kerugian ada di kedua belah pihak ormas yang bertikai. Risiko pembubaran sudah ada di depan mata. Asumsi saya mereka tidak akan melakukan perbuatan nekat di depan umum yang risikonya terlalu besar untuk kepentingan organisasinya masing-masing.
Ada yang masih ingat dengan hebohnya head hunter beberapa tahun lalu?
Dari sini bisa disimpulkan kalau profesi pembunuh itu memang ada dan oknum-oknum yang memanfaatkan jasa mereka juga memang ada. Terlebih lagi kepemilikan senjata sejenis samurai atau pedang sudah tidak bisa dikontrol lagi. Kebanyakan orang telah memiliki senjata tersebut, terlepas untuk koleksi pribadi atau motif lainnya. Kondisi ini yang membuat pada pelaku profesional lebih mudah untuk menyembunyikan keberadaannya.
Menyinggung mengenai motif, menurut analisis saya ini lebih kepada motif kepentingan pribadi. Dari kondisi yang terjadi saya tidak melihat ada kepentingan organinasional di dalamnya. Saya lebih melihat kepada kerugian secara organisasi dan keuntungan oknum pribadi.
Satu isu buruk saja mengenai kekerasan akan berdampak besar kepada ormas yang ada saat ini. Terlebih lagi setelah adanya perjanjian yang berujung pada pembubaran kedua ormas tersebut. Jangan lupa oknum pribadi yang saya singgung di sini bisa menjadi sangat luas dan diperlukan penyidikan yang mendalam dari pihak kepolisian untuk bisa menentukan siapa pelaku dan motif dari pelaku.
Saya di sini tidak berbicara sebagai pendukung ormas. Saya juga tidak berbicara sebagai penentang ormas. Sebab, keberadaan ormas selalu ada positif dan negatifnya tergantung dari mana kita memandang dan terlepas dari sisi apa yang ditonjolkan dari ormas masing-masing.
Saya di sini lebih menekankan kepada marilah kita menilai sesuatu lebih dalam sebelum menyimpulkan dan menyebarkan isu-isu tidak perlu yang justru membuat situasi semakin tidak baik untuk kondisi Bali saat ini.
Lebih baik kita semua bersikap lebih tenang dan menunggu rilis resmi kepolisian dan menarik kesimpulan setelah itu daripada menyimpulkan sendiri-sendiri. [b]