• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
Thursday, November 30, 2023
  • Login
  • Register
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong.id
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Sekeha Seni di Tulamben antara Ada dan Tiada

Redaksi BaleBengong by Redaksi BaleBengong
4 September 2015
in Berita Utama, Kabar Baru
0 0
0
rindik
Ilustrasi kesenian tradisional Bali.

Kenapa tidak banyak hotel di Tulamben menggunakan sekehaa seni?

Ketika liputan untuk pelatihan jurnalisme warga Agustus lalu, saya mewawancarai salah satu tokoh seni di Tulamben. Namanya I Gede Kompiang. Kebetulan dia bapak saya sendiri.

Ia memakai baju berwarna merah bergaris-garis hitam dipadu dengan celana jeans panjang. Saya menanyakan seputar kehidupan dan aktivitas seni di Tulamben. Dengan suasana santai dan embusan angin pelan, kami duduk ngobrol. Saya mulai bertanya seputar sekaha-sekaha yang bisa dibilang masih aktif di Desa Tulamben.

Dari pertanyaan saya seputar sekaha tersebut saya mendapat data yang bisa dibilang tidak terlalu menggembirakan. Sekaha-sekaha seni di Desa Tulamben bisa dihitung dengan jari.

Dari sekian desa pekraman di Desa Tulamben, hanya ada enam sekaha gong yang aktif yaitu Sekaha Gong dari Muntig, Batudawa, Tulamben, Beluhu Kaja, Beluhu Kangin dan Sekaha Angklung. Selain enam sekaha tersebut sebenarnya desa pekraman lain juga memiliki seperangkat gong namun tidak ada orang-orang yang memainkannya.

Dari enam sekaha tersebut, semuanya juga tidak bisa dibilang sering tampil. Sebab, pada dasarnya tujuan mereka mengikuti atau mendirikan sekaha seni tersebut adalah untuk tampil di Pura-Pura pada saat upacara keagamaan saja. Istilahnya ngayah. Upacara keagamaan hanya dilakukan pada waktu-waktu tertentu.

“Jadi, jika tidak ada upacara, maka tidak akan ada sekaha gong yang tampil,” jelasnya.

“Kenapa jarang ditampilkan di Tulamben? Bukannya daerah ini merupakan daerah pariwisata? Pasti banyak turis mengunjungi Tulamben dan ingin melihat seni-seni di Tulamben?” tanya saya heran.

Namun, pertanyaan tersebut tidak langsung dijawab oleh bapak saya.

Kemudian dia mengajak saya berjalan-jalan santai ke pantai untuk menikmati suasana. Pada saat berjalan santai kami bertemu seorang seniman Tulamben lainnya, I Nyoman Bogoh. Kebetulan beliau tinggal dekat dengan objek wisata Tulamben.

“Bagaimana aktivitas seni di Desa Tulamben ini terutama aktivitas sekaha dalam pentas seni di hotel-hotel sini?” saya memulai pertanyaan.

“Aktivitas seni di sini sudah sangat jarang. Bisa dibilang tidak aktif lagi karena beberapa alasan. Salah satunya karena sulitnya mencari pelatih seni dan tidak antusiasnya masyarakat untuk berlatih seni,” ujarnya.

“Apakah hotel-hotel di sini sering menyewa sekaha-sekaha untuk tampil di hotel?” tanya saya kembali.

“Hotel di sini jarang menyewa sekaha gong untuk tampil di hotel. Mereka cenderung memilih untuk menyewa seni tari dengan tidak diiringi sekaha gong melainkan menggunakan kaset,” ujar bapak dua anak ini.

Karena masih ada kegiatan lain, Nyoman Bogoh hanya dapat memberikan informasi sebatas itu.

Saya melanjutkan mencari info seputar seni lagi dengan pergi ke sebuah hotel. Tepatnya hotel bernama Touch Terminal. Saya bertemu salah satu staf hotel bernama I Gede Rana. Saya bertanya seputar progaram-progam atau jadwal yang berhubungan dengan petas seni di hotel tersebut.

“Hotel sudah memiliki program pentas seni namun tidak tetap tergantung dari pesanan atau permintaan tamu saja,” jawabnya.

Dia melanjutkan, dalam pementasan seni hotelnya lebih memilih seni tari tanpa sekaha gong. Alasannya biaya menyewa sekaha gong lebih besar daripada sekaha tari. “Selain itu, tamu hotel juga lebih tertarik dengan seni tari atau seni yang bisa mereka lihat dari pada seni tabuh yang mereka dengar,”ungkapnya.

Dari sana saya mengerti bahwa jarang tampilnya sekaha-sekaha seni yang ada di Tulamben karena beberapa faktor. Antara lain masyarakat yang tidak terlalu antusias dalam berkesenian mungkin karena pihak hotel selaku penyewa tidak terlalu tertarik. Di samping karena biayanya cukup menguras kantong, juga karena kurangnya permintaan dari tamu-tamu hotel.

Di sini kita tidak bisa salahkan siapa-siapa karena semua ini saling terkait satu sama lain. Mereka memiliki kepentingan sendiri-sendiri.

Sebagai solusi, menurut saya, sebaiknya pihak hotel memiliki progam yang tidak hanya mementaskan seni tari namun juga seni tabuh dan seni-seni lainnya. Dari pihak sekaha seninya juga jangan terlalu mematok tarif tinggi. Karena walaupun honor tidak terlalu tinggi namun jika itu membuat aktivitas seni komersial bisa hidup, kenapa tidak?

Dengan tarif yang tidak tinggi, maka pihak hotel tidak terbebani. Maka hotel pun akan sering menyewa sekaha seni tersebut. Sekaha seni juga akan memperoleh manfaatnya juga walaupun tidak seketika.

Kita tidak boleh memikirkan untuk hari ini saja karena semua ini adalah proyek jangka panjang. Tidak kita saja yang menikmatinya juga anak dan cucu kita. [I Gede Sagus SPN]

Tags: BudayaKarangasemPariwisataSosial
ShareTweetSendSend
Anugerah Jurnalisme Warga 2021
Redaksi BaleBengong

Redaksi BaleBengong

Menerima semua informasi tentang Bali. Teks, foto, video, atau apa saja yang bisa dibagi kepada warga. Untuk berkirim informasi silakan email ke kabar@balebengong.id

Related Posts

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

23 October 2023
TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

TPA Suwung yang Dibalut Asap: The Aftermath

19 October 2023
Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

13 September 2023
Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

Gemuruh di Bali Utara: Hulutara, Irama Utara, Beluluk (Bagian 1)

4 September 2023
Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

Sang Gunung Menyerahkan Jejaknya ke Laut, Alternatif Pengarsipan Sejarah

22 August 2023
Relief Bebitra, Situs Sejarah Tersembunyi di Gianyar

Relief Bebitra, Situs Sejarah Tersembunyi di Gianyar

17 August 2023
Next Post
Memilih antara Kesenangan dan Ketulusan

Memilih antara Kesenangan dan Ketulusan

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Melali Melali Melali

Temukan Kami

  • Trending
  • Comments
  • Latest
Suka Duka Queer di Bali

Mengenal Ruang Aman QLC Bali

29 November 2023
Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

Perjuangan Perempuan di Konsesi Lahan TWA Gunung Batur

24 November 2023

Kabar Terbaru

Suka Duka Queer di Bali

Mengenal Ruang Aman QLC Bali

29 November 2023
Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

Kebijakan Kendaraan Listrik, Sumber Bahan Bakarnya dari Mana?

27 November 2023
Begini Lho Cara Menjelajah Nusa Penida dengan Cara Berbeda

Sekolah Perempuan oleh Bali Sruti

26 November 2023
Difabel, Pandemi, dan Perjuangan Inklusi

Kampanye Hak Alat Bantu Disabilitas

25 November 2023
BaleBengong.id

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Arsip

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password? Sign Up

Create New Account!

Sign Up with Facebook
OR

Fill the forms below to register

All fields are required. Log In

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In