Teks dan Foto Anton Muhajir
Kabupaten Karangasem adalah salah satu wilayah di Bali yang terkenal sebagai kawasan kering. Tak heran jika sebagian kabupaten ini sering mengalami kekeringan pada musim kemarau. Bulan Oktober ini pun gerahnya Karangasem, termasuk di kotanya, masih sangat terasa.
Namun panasnya kabupaten di bagian timur Bali ini langsung hilang ketika saya memasuki kawasan pemandian Tirtagangga, Kecamatan Abang, Karangsem. Air mengalir jernih sampai bisa dipakai untuk berkaca. Dasar kolam pun terlihat jelas. Ikan tawar seperti mas menambah suasana segarnya kolam ini.
Tirtagangga sendiri adalah kolam pemandian seluas 1,2 hektar. Pemandian ini terbagi dalam tiga bagian. Bagian paling selatan adalah kolam teratai. Kolam paling luas ini sepertinya hanya berfungsi untuk pemandangan. Makanya tidak dipakai untuk mandi sama sekali. Anggap saja ini adalah kolam air sisa.
Di salah satu kolam di bagian selatan ini terdapat patung-patung pewayangan yang ditata berbentuk melingkar di sisi dalam kolam. Ada pijakan-pijakan di tengah kolam dengan jarak selangkah orang dewasa. Pijakan-pijakan ini juga ditata mengelilingi kolam. Jadi kalau jalan-jalan di atasnya pengunjung akan mengelilingi seolah-olah berdiri di atas air. Apalagi warna pijakan ini juga senada dengan dasar kolam.
Hal paling menyenangkan di dua kolam ini adalah ikan-ikannya yang segede gaban. Ikan berwarna merah muda, jadi terlihat segar di jernihnya air kolam, besarnya sama dengan paha orang dewasa. Jumlah mungkin ribuan karena saking banyaknya. Ketika ponakan saya, Dek Bayu, melemparkan roti ke air, ikan-ikan berebutan melahapnya. Asik banget..
Di sisi barat dari kolam dengan puluhan patung ini terdapat patung bunga teratai berukuran besar. Tingginya sekitar 5 meter dengan mahkota yang mengelilinginya.
Bagian paling menyenangkan dari pemandian ini ada di sisi barat daya. Inilah kolam di mana pengunjung bisa mandi sepuasnya. Kolam ini sama beningnya dengan kolam lain. Di kolam ini terlihat anak-anak sedang berenang. Sebagian menggunakan ban dalam sebagai alat untuk mengapung.
Untuk mandi pengunjung dewasa membayar Rp 5000. Sedangkan anak-anak Rp 4000. Tiket ini di luar tiket masuk kawasan Rp 2.500 per orang. Untuk sewa ban pelampung, pengunjung harus bayar Rp 5000.
Kolam pemandian ini sendiri ada dua. Di bagian bawah kolamnya lebih luas. Ada patung singa besar di bagian ini. Kolam ini tidak sedalam kolam di atasnya yang ukurannya lebih kecil. Kalau kolam yang lebih luas dipakai banyak orang, maka kolam yang lebih tinggi jauh lebih sepi.
Sabtu kemarin saya ke sana sebenarnya hanya berniat mengantar anak dan ponakan. Tapi pas melihat jernihnya air, saya kok tidak tahan juga. Akhirnya saya pun ikut nyebur. Kami pilih kolam di bagian paling atas yang lebih sepi. Jadi kami bisa lebih puas berenang di sini. Salah satunya adalah dengan loncat ke air seenaknya. Apalagi sepasang turis dari Perancis di kolam ini juga berada di ujung lain kolam ini. Jadi kami bisa mandi sesuka-suka. Kapan lagi kami bisa seolah-olah raja di kolam sendiri.
Maka, nyeburlah saya ke air dengan cara meloncat. Byur!! Airnya seger banget. Air tersebut benar-benar segar di tengah teriknya Karangasem. Hal yang membuat saya agak heran adalah karena air tersebut lumayan dingin. Padahal suasana di kawasan itu agak panas. Maksudnya tidak sejuk seperti di Kintamani atau Bedugul.
Selama sekitar 30 menit, kami berenang dan berendam di air sejuk tersebut. Benar-benar pilihan yang tepat untuk menyegarkan diri.
Usai mandi kami berkeliling ke bagian paling atas dari kolam yang dibangung pada tahun 1948 oleh Raja Karangasem Anak Agung Anglurah Ketut Karangasem ini. Kami melewati tempat peristirahatan raja. Di bagian ini terdapat pula pura yang pada hari raya Kuningan kemarin dikunjungi banyak orang untuk sembahyang.
Fasilitas lain di bagian paling atas ini adalah restoran yang pada awalnya memang dipakai raja Karangasem untuk bersantap. Restoran ini dibuka untuk umum. Jadi pengunjung yang punya cukup uang dan kehendak makan ala raja mungkin bisa menikmatinya. Saya sendiri tidak makan siang di sana meski perut sudah keroncongan. Uangnya sih ada. Kehendak untuk makan ala raja itu yang belum ada. Hehe..
Menikmati segarnya Tirtagangga saja sudah sesuatu yang luar biasa.. [b]