Teks dan Foto Anton Muhajir
Sebagai penggemar menu masakan ikan laut, warung ini sebenarnya jadi salah satu langganan saya. Namun karena lokasinya yang relatif jauh dari rumah maupun tempat kerja saya, maka saya agak jarang makan di tempat ini. Untungnya hari ini saya lewat warung ini sehingga bisa menikmati kesegarannya kembali.
Warung Ibad, nama tempat bersantap ini, berlokasi di Jalan Pulau Maluku. Masuknya dari Jalan Diponegoro, setelah Ramayana belok kiri. Warung ini ngemper di depan toko, persis di belakang pos polisi. Dia tersembunyi di antara banyaknya mobil yang parkir di kawasan pertokoan ini.
Bagian paling terlihat dari warung ini adalah spanduk nama dan tenda yang dipakainya. Warung ini memang berupa warung tenda bongkar pasang, bukan bangunan permanen.
Meski demikian, pengunjung di warung ini tiap hari berjubel. Hari ini ketika ke sini, saya harus menunggu sebentar sebelum akhirnya dapat tempat duduk. Padahal itu sudah hampir pukul 2, saat di mana jam makan siang sudah lewat.
Menu andalan warung ini adalah olahan ikan laut. Biasanya ikan kakap. Ada tiga jenis olahan yaitu garangasem, sup, dan ikan goreng. Nah, menu garangasem itulah yang paling saya suka. Menu ini mengingatkan saya akan masakan rumah di kampuang nan jauh di mato. Menu segar pakai ikan laut dengan kuah berminyak, karena salah satu tahapan dalam memasaknya adalah dengan menggoreng bumbu, ini memang jadi menu favorit.
Saya belum menemukannya di warung lain di Bali
Maka, kalau makan di Warung Ibad, menu ini hampir selalu jadi pilihan saya. Begitu pula hari ini. Menu garangasem ini sekilas memang mirip sup ikan. Cuma, setahu saya, ya pada proses masaknya itu tadi. Garangasem melewati tahapan digoreng bumbunya sehingga berminyak. Kalau sup kan tidak.
Di Warung Ibad, seporsi garangasem disajikan dengan potongan kepala ikan. Biasanya sih kepala itu dipotong dalam beberapa bagian. Tapi tumben hari ini kok saya diberi sajian menu ini dengan kepala ikan utuh. Terlihat agak aneh tapi ya tidak ada salahnya dicoba.
Semangkuk besar garangasem ini tentu saja dilengkapi sepiring nasi putih dengan taburan bawang goreng dan sepotong ikan goreng di atasnya. Ikan goreng ini besarnya tak lebih dari jempol kaki orang dewasa. Kecil.
Ikan goreng ini terlihat agak coklat akibat digoreng. Teksturnya agak alot di luar tapi di dalam lunak. Rasanya gurih.
Gurihnya ikan goreng ini berpadu dengan segarnya kuah garangasem. Kuah ini memang terasa gurih dan agak pedas. Sayangnya hari ini rasanya tak senikmat yang biasa saya rasakan di warung ini. Tampilannya juga tak seperti menu sama yang saya santap terakhir kali di warung ini. Menu hari ini terasa lebih datar. Begitu pula tampilannya. Kurang menggairahkan seperti biasanya. Toh tetap saja menu ini enak disantap.
Kepala ikan di dalam garangasem itu terlalu besar tulangnya. Dagingnya hanya di tiga bagian: atas, samping kanan, dan samping kiri. Sangat sedikit dibanding ukuran kepala yang besar itu. Tekstur daging ini sangat lembut. Tinggal dicolek dengan sendok lalu biarkan lidah yang meneruskan urusan selanjutnya. Tak perlu dikunyah.
Garangasem ini sebenarnya sudah dilengkapi dengan sepotong ikan goreng kecil itu tadi. Tapi kalau ikan goreng itu tidak cukup, silakan pesan ikan goreng lagi. Sepiring ikan goreng dalam bentuk potongan-potongan kecil itu akan segera datang.
Satu porsi garangasem ditambah dua botol teh seharga Rp 18.000. Kok mahal ya? Perasaan terakhir kali ke sini saya cuma perlu bayar Rp 15.000 untuk seporsi garangasem dan tambah sepiring ikan goreng deh.
Mahalnya harga ini bisa jadi salah satu masalah kalau makan di sini. Masalah lain adalah tempat yang relatif bising. Maklum lokasinya memang di antara pertokoan dan perkantoran. Juga dekat salah satu jalan tersibuk di Denpasar, Jalan Diponegoro. Masalah lain juga kalau makan di sini adalah banyaknya lalat. Bisa dimaklumi karena menu itu memang dimasak langsung di warung itu. Ikan segar yang disajikan, kadang-kadang juga mengundang lalat hijau yang besar-besar itu.
Terakhir, masalah yang hampir selalu saya temui di warung ini adalah penuhnya tempat, terutama saat jam makan siang. Tiga meja yang masing-masing cukup untuk sekitar delapan orang itu hampir selalu penuh. Artinya harus antri. Arti lainnya, warung ini memang layak dikunjungi. Buktinya pengunjung toh masih tak kunjung henti meski harus antri. [b]
Warung Ibad
Jl Pulau Maluku No 1
Belakang pos polisi Jl Diponegoro Denpasar
Telp (0361) 7419868, 081234797584
Buka pukul 9 pagi sampai 4 sore
walah, ternyata dari tadi salah baca, kirain Karangasem 😀
ini pindah y?
ada yg tw g ini pndah kmn?denger2 daerah renon