Sate kambing di Denpasar kadung identik dengan orang Madura. Makanya menyebut Sate Kambing, belum lengkap tanpa menyebut Madura. Jadilah nama warung itu warung sate kambing madura. Ada yang menulisnya lengkap dengan nama Madura ada pula yang tanpa menulis nama madura. Setahu saya, di Denpasar, hanya ada satu penjual sate kambing yang bukan orang madura yaitu di Jl Waturenggong, Panjer, Denpasar Selatan.
Sebenarnya orang madura di Denpasar tersebar di beberapa tempat. Tapi paling terkenal adalah Kampung Jawa di Jl Ahmad Yani Denpasar Utara. Sebutan Kampung Jawa bisa jadi karena tiap orang luar Bali di Bali disebut nak jawa. Jadi meski sebagian besar warga di kampung yang nama resminya Wanasari ini adalah keturunan Madura, tetap saja daerah ini disebut Kampung Jawa.
Dari kampung yang dibelah Jl Ahmad Yani selatan ini, hidup ratusan keluarga yang sudah turun temurun tinggal di Bali. Selain bahasa Indonesia, bahasa sehari-hari mereka pun campuran: bahasa Bali, bahasa Madura, dan bahasa Jawa. Kampung ini dikenal pula sebagai kampung kambing karena banyak warga sini yang jualan kambing, selain menjual satenya. Melewati Jl Maruti di kampung ini, maka bau kambing tercium menyengat sepanjang jalan. Tentu bukan bau orang setempat, tapi bau kambing yang mereka pelihara.
Bisa jadi, dari daerah inilah semua sate kambing di Denpasar berasal.
Saya membedakan warung sate kambing itu dua macam: kaki lima dan warung permanen. Dan, bagi saya, antara keduanya memang berbeda.
Warung kaki lima yang semi permanen, beratap tenda, pakai gerobak dorong, dan bisa pindah kapan saja adalah warung sate kambing kelas dua. Warung seperti ini tersebar di berbagai tempat. Hampir di tiap jalan utama di Denpasar ada warung seperti ini.
Secara umum, daging sate kambing warung ini kecil dan lebih banyak lemaknya. Bumbunya sama saja dengan warung lainnnya, termasuk warung yang permanen. Kualitas kelas dua ini juga sesuai dengan harganya, yang rata-rata di bawah Rp 10 ribu per porsi dengan sepuluh tusuk sate dan satu mangkuk gulai kambing. Tapi rasanya sama saja dengan warung kelas satu. Bedanya ya cuma di kenyamanan tempat dan kualitas daging.
Warung permanen, ya warung permanen. Mereka menetap di satu tempat yang berlantai semen atau malah keramik. Warung permanen hanya ada di tempat tertentu. Artinya belum tentu ada di tiap ruas jalan. Warung ini, bagi saya, adalah warung sate kelas satu. Tempatnya nyaman dan dagingnya lebih besar. Tapi ya dengan daging enak dan tempat nyaman itu, harganya pun lebih mahal. Rata-rata di atas Rp 15 ribu per porsi.
Dengan kriteria rasa, bagi saya warung sate kambing paling enak adalah warung sate Sudi Mampir di Jl Kaliasem Denpasar. Lokasinya persis di pusat kota, hanya sekitar 50 meter dari Lapangan Puputan Badung yang dikenal sebagai nol kilometernya Denpasar. Tempatnya di belakang kantor Telkom, di sebelah kantor Centrin Denpasar.
Besarnya ukuran daging kambing yang ditusuk di warung ini belum ada yang menggantikan di Denpasar. Selain besar juga empuk. Kita pun bisa memilih apakah semua satenya hanya daging atau campur dengan hati atau hati saja. Pilihan ini pun ada pada bumbu sate, apakah bumbu kacang atau bumbu kecap. Seperti halnya sate lain di Denpasar, makan di sini pun dilengkapi gulai kambing. Tapi ini pun opsional alias bisa memilih. Menariknya lagi, ada irisan timun di tiap sate yang disajikan. Inilah sajian paling menarik di warung sate ini. Dengan semua kualitas itu, kita harus bayar agak mahal, sekitar Rp 25 ribu termasuk minum es teh. Setahu saya ini harga sate termahal untuk warung sejenis di Denpasar.
Sate Sudi Mampir ini punya cabang di Jl Tukad Musi, tak jauh dari gereja Katedral Renon. Tapi, menurut saya, rasanya kalah jauh dibanding dengan warung yang di Jl Kaliasem. Bisa jadi karena ini warung cabang ini juga sepi. Padahal di Jl Kaliasem sampai harus antri kalau pas jam makan siang.
Warung sate kambing lain sih standar. Ada Warung Nikmat di Jl WR Supratman dekat dengan perempatan Jl Kecubung-Jl Kenyeri di kanan jalan dari Markas Polda Bali ke arah Gianyar dekat-dekat Jl Nusa Indah. Tapi daging di sini agak alot. Padahal setahu saya dulunya lembut banget. Warung dengan nama sama ada di Jl Sumatera. Tapi rasa dan harganya tak jauh beda.
Warung sate kambing yang unik adalah warung sate di Jl Imam Bonjol, sekitar Monang Maning. Dari penampilan luar saja warung ini sudah menarik. Dengan spanduk mencolok bertuliskan Warung Sate Kambing Muslim warung ini berada di sebuah bale banjar. Tentu saja menarik, karena bale banjar kan identik banget dengan adat. Meskipun adat adalah bahasa Arab, tapi di Bali adat identik dengan Hindu. Jadi ini warung muslim ada di ikon Hindu. Bingung ya. Intinya ini sudah mencerminkan multikultur, keanekaragaman.
Tampilan yang unik ini ditambah dengan banyaknya motor yang parkir di depan bale banjar Tegal Galer Geria tersebut. Kalau jam makan siang, motor yang antri banyak sekali. Ini menunjukkan bahwa pembeli di warung ini juga banyak, dan ini bisa jadi salah satu petunjuk bahwa warung itu enak.
Keanekaragaman itu bisa terlihat dari suasana di warung. Penjualnya berjilbab. Pembelinya ada yang pakai pakaian adat dengan bija (padi di kening tanda orang baru selesai sembahyang bagi orang Hindu Bali).
Rasa sate di sini termasuk biasa. Kualitasnya masih masuk kelas satu dibandingkan warung sate kambing semi permanen lain. Harga Rp 15 ribu per porsi termasuk satu piring gulai tergolong murah. Mungkin ini keistimewaan warung sate kambing ini. Rasa kelas satu, harga kelas satu setengah.
Masih ada warung sate kambing lain seperti di Jl Gunung Agung di kanan jalan tak jauh dari pertigaan ke arah Jl Gunung Sanghyang. Warung sate ini termasuk enak, terutama gulainya. Sayang, tempat parkirnya kecil dan agak turun. Tempatnya juga tidak terlalu nyaman. Tapi harganya terjangkau. Untuk yang tinggal di daerah Padangsambian, mungkin ini bisa masuk salah satu referensi tempat makan.
Selain warung-warung di atas, mungkin masih banyak warung lain yang enak, atau malah lebih enak di Denpasar. Di Jl Teuku Umar misalnya ada beberapa warung yang menjual sate. Tapi karena makanan di daerah ini terkenal mahal, saya hanya pernah sekali mencoba di salah satu warung. Saya lupa namanya. Rasanya sih biasa. Tapi penyajiannya yang pakai arang di bawah tungku tanah membuatnya menarik.
Persis di perempatan Jl Gatsu dan Jl WR Supratman di daerah Tohpati juga ada warung sate besar dengan tulisan mencolok. Sepertinya ramai. Tapi saya belum pernah mencobanya. Di daerah Denpasar Selatan pun saya kurang tahu. Jadi, kalau Anda punya tempat makan lain yang lebih enak, silakan bagi-bagi info. [b]
hati hati banyak makan sate nanti kamu bisa tambah mokoh
Ya info tempat sate itu betul sekali kami juga tadinya termasuk carnivora fanatik /sekarang sudah kapok yang juga punya info tambahan sederetan Sate yang enak dan ramai berikut sejarahnya…misalnya yang di sebelah timur Patung Kuda Airport,ada yang di pasar senggol Kuta,di Jalan pantai sindhu dan yang paling senior lebih dari 30 tahun di jalan bliton/Sumatra yang sudah disebut itu……Sekarang yang menjadi pertanyaan apakah itu benar benar sate kambing …? menurut kami tidak………sebagian besar mereka pasti mencampurnya dengan daging lain bahkan ada yang tidak mencampurnya tetapi murni semua daging sapi yang rasa dan aromanya sudah dihilangkan…?!!! Kami juga dapat bocorannya lho….
ha…ha…ha….enak? bener bagi yang suka! saya ada pengalaman disalah satu dagang sate yang disebutkan diatas, suatu pagi yang tanggalnya saya lupa, saya kepingin makan gulai (dibungkus alias makan dirumah ), begitu dibeliin, eh mendadak hilang niat makan gulai, kemudian gulai saya biarkan, dan sekitar jam 15 gulai tersebut saya lihat, alangkah terkejutnya saya karena permukaan kuah gulai mengkeras, ini menandakan lemak dalam gulai sangat padat, akhirnya sejak saat itu saya tidak doyan makan gulai. kalau yang seneng monggooooooo!!!
Ada satu lagi warung sate enak.d jalan jayagiri no 6 denpasar. Rasa Satenya empuk bgt. Banyak yang bilang rasa Satenya sudah ngalahin sate sudi mampir. Dan penjualannya pasang tulisan asli kambing. Gak kalah penting d sana kita bisa Internetan ria karna free wifi..Cobain aja.. top markotop