Oleh Mei Rismawati
Kelas VII SMP PGRI 9 Denpasar
Waktu hari Minggu sore (3/2), aku dan teman-teman pentas teater dalam rangka menyambut kakak-kakak dari Pusat Pendidikan Lingkungan Hidup (PPLH) Bali. Mereka mengajari kami bagaimana cara mengolah sampah.
Kami dibimbing oleh dua orang kakak yaitu Gusman dan Kak Tut Nartha. Kedua kakak itu memberi tahu apa yang disebut dengan sampah. Sampah adalah barang bekas atau kotoran yang telah dipakai manusia.
Sumber-sumber sampah adalah hewan, tumbuhan, dan manusia. Sampah dibedakan menjadi dua yaitu sampah organik dan sampah anorganik. Contoh sampah organik kulit telur, sisa nasi, tusuk sate, ranting pohon, kepala ikan, daging ayam, dan sisa sayur. Sedangkan anorganik misalnya botol, baterai, kaleng larutan, kresek, plastik, bungkus mi, dan kertas.
Sampah anorganik dapat didaur ulang atau bisa dijual. Sampah organik dapat dibuat pupuk kompos, yang terbuat dari alam dan daun-daun kering. Kita tidak boleh mmebuang sampah di sungai, karena bisa banjir. Kalau sampah dibakar, menimbulkan asap mengandung racun (dioksin).
Jika menghirup asap dari sampah plastik yang dibakar kita bisa batuk dan sesak nafas. Ketika kecil, penyakitnya tidak kelihatan. Nanti kalau sudah tua, sudah lemah, baru ketahuan penyakitnya.
Nah, kalau buang sampah ke tempat pembuangan akhir (TPA), nanti TPA-nya bisa kepenuhan isi smapah. Agar TPA tidak cepat penuh kita harus buang sedikit, sisanya bisa di daur ulang agar menjadi berguna. Sampah organik dapat dijadikan pupuk ompos dan pakan ternak.
Mari kita lihat bagaimana proses pembuatan kompos. Prosesnya adalah:
1. Sampah organik dan anorganik dipisahkan
2. Sampah organik dipotong-potong agar bentuknya kecil dan mudah terurai
3. Potongan sampah organik dicampur dengan stater (misalnya kompos jadi) untuk memancing saja
4. Lalu diisi air secukupnya, tidak sampai menggenang
5. Sediakan keranjang, bagian bawahnya diisi sekam atau kulit padi
6. Di atas kulit padi itulah diisi sampah organik itu
7. Di atas sampah organik yang telah diisi stater dan air, ditutup dengan sekam lagi biar tidak bau
8. Tunggu sampai 30 hari
9. Buka tutup sekamnya, lalu jadi deh pupuk kompos buatan sendiri
Kalau pupuknya kelebihan, bisa juga dijual ke kebun bunga. Mari kita jaga agar Indonesia terbebas dari sampah.