• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, May 20, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Rumah Singgah untuk Odha Terlantar

Luh De Suriyani by Luh De Suriyani
2 October 2009
in Kabar Baru
0 0
2

DSCN6696

Oleh Luh De Suriyani

Ni Putu Ayu, sebut saja demikian, bayi perempuan 18 bulan itu bersama ibunya telah dianggap meninggal oleh keluarga. Dua perempuan dengan HIV ini oleh balian atau “orang pintar” disebut tidak bisa sembuh dan memang dikorbankan untuk Pura Dalem di desanya di Karangasem.

“Biarkan saya mati, tapi jangan anak saya satu-satunya ini,” rintih Wati sebut saja demikian, ibu Ayu, dalam Bahasa Bali, Selasa (16/9).

Ayu kini 1,5 tahun dan tergolek lemah di dipan kecil bersprei putih ruang anak Rumah Sakit Sanglah Denpasar ketika ditemui. Ia masih tak bisa duduk sendiri, jadi ibunya nyaris sepanjang hari menemani. Ayu sudah dua bulan di ruangan kecil khusus pasien kelas III, kelas termurah karena ibunya mengandalkan surat miskin.

Ihwal “kutukan” tak bertanggung jawab ini didapat Wati dan Ayu karena suaminya mendadak sakit kemudian meninggal. Disusul sakitnya Ayu, yang saat itu berusia 10 bulan.

Di mulut bayi kecil itu tumbuh jamur (candida), batuk-batuk, dan sesak nafas. Rumah sakit daerah Karangasem kemudian merujuk ke RS Sanglah karena tak mampu merawat.

“Anak ini tuberkulosis dan terus mengalami penurunan daya tubuh sehingga sangat lemah,” ujar dokter Ni Ketut Dewi Putri, dokternya di RS Sanglah. Di papan penunjuk identitas pasien, ditulis immunodefisiensi sekunder. Ayu sudah dalam kondisi AIDS.

Sementara Wati hingga kini belum pernah memeriksa CD4, karena baru tes HIV saja. “Saya tidak peduli, sekarang ngurus anak saja dulu. Saya hanya ingin memastikan ada yang mengasuh kalau saya meninggal,” seru Wati.

Padahal, kondisi Ayu lebih kritis. Bocah ini tak bisa minum susu dari botol. Berbulan-bulan air susu dialiri melalui sonde, pipa kecil yang menghubungkan wadah susu dan hidungnya. Berat badannya kurang dari tujuh kilogram.

Wati memiliki harapan besar untuk Ayu. Ia kini mengaku lebih tegar dan lupa telah dibuang keluarganya. “Saya juga tak bisa merawat Ayu di rumah neneknya di Karangasem. Rumah saja tidak punya, mandi pakai air hujan,” katanya.

Dokter di RS Sanglah telah memperbolehkan Ayu rawat jalan. Situasi rumah sakit tak terlalu baik bagi Ayu untuk memulihkan berat badan demikian juga secara psikologis.
Wati ingin memulai merajut masa depan bersama anaknya. “Saya pernah bekerja di garmen. Namun saya harus bekerja di rumah karena tak mungkin meninggalkan anak,” ujarnya sambil terbatuk-batuk. Kondisinya bisa jadi makin memburuk kalau tak segera mulai terapi antiretroviral.

Prof dr. Dewa Nyoman Wirawan, Direktur Yayasan Kerti Praja (YKP) dan Istina Dewi dari Yayasan Bali+ berdiskusi untuk menyokong semangat Wati. Bali+, lembaga pendampingan Odha di Bali akan menyiapkan sebuah kamar untuk Wati dan Ayu.

Sementara YKP mencarikan peluang pekerjaan. “Terlalu banyak tantangan penanggulangan AIDS di Bali. Persoalan non medis dan masa depan Odha, selalu menjadi masalah yang sulit diadvokasi,” ujar Wirawan.

Koordinator Pokja Perencanaan, Monitoring dan Evaluasi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Bali ini menyebut sedikitnya ada 150 anak yatim atau piatu terdampak HIV/AIDS di Bali. “Kami tidak punya data akurat, jumlah anak yang tercatat baru 70 orang di seluruh Bali,” ujarnya.

Menurut data Dinas Kesehatan Bali, hingga Mei ini kasus HIV dan AIDS sebanyak 2829 orang. Sebanyak 54 anak dengan HIV/AIDS berusia di bawah 14 tahun. Sebagian besar, yakni 50 orang anak tercatat terinfeksi sejak dilahirkan (perintal).

Wirawan mengatakan secara sosial ekonomi, sebagian besar dari 70 anak yatim atau piatu itu miskin dan tersebar di pelosok desa. Beberapa program bantuan pangan diberikan, tapi parsial.

“Bali membutuhkan rumah singgah,” ujar Wirawan. Menurutnya wajah AIDS harus diperlihatkan apa adanya, tanpa prasangka agar warga dan pemerintah melihat banyak yang tak berdosa jadi korban.

Ketika rumah singgah penuh dengan anak-anak korban HIV, barangkali baru warga tersentak dan tak lagi memalingkan wajah.

http://www.thejakartapost.com/news/2009/09/25/bali-needs-refuge-abandoned-plwha.html-0

Tags: HIV/AIDS di BaliODHArumah singgah
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Luh De Suriyani

Luh De Suriyani

Ibu dua anak lelaki, tinggal di pinggiran Denpasar Utara. Anak dagang soto karangasem ini alumni Pers Mahasiswa Akademika dan Fakultas Ekonomi Universitas Udayana. Pernah jadi pemimpin redaksi media advokasi HIV/AIDS dan narkoba Kulkul. Menulis lepas untuk Mongabay.

Related Posts

Kisah Perempuan Pecandu di Tengah Pandemi

Jangan Melupakan Epidemi HIV AIDS karena COVID-19

3 November 2020
Menyebarnya Penularan, Jauhnya Layanan Kesehatan

Kisah Perempuan Pecandu di Tengah Pandemi

2 November 2020
Mendampingi ODHA Mengakses Layanan Kesehatan

Pasien Itu pun Pergi di Masa Pandemi

2 November 2020
Bali Diamond, Perempuan ODHA Bercahaya

Bali Diamond, Perempuan ODHA Bercahaya

23 July 2015
Agus, Menendang Bola untuk Mendukung yang Papa

Agus, Menendang Bola untuk Mendukung yang Papa

27 August 2013

Buka Mata tentang Diskriminasi Odha

1 September 2009
Next Post
Daratan, Sang Penghibur di Pura

Daratan, Sang Penghibur di Pura

Comments 2

  1. Cahya says:
    16 years ago

    Fenoma seperti ini seakan semakin mewajar di sekitar kita. Saya menjadi sungguh prihatin.

    Reply
  2. wira says:
    16 years ago

    semoga saja pemerintah bisa membuat rumah singgah ini, dan masyarakat jadi lebih peduli dan mengerti informasi apa itu HIV/AIDS

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

Warisan Kuliner dan Talenta Lokal dalam Ubud Food Festival 2025

20 May 2025
Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
[Ilustrasi] Wacana Bali Mandiri Energi Bersih

[Ilustrasi] Wacana Bali Mandiri Energi Bersih

18 May 2025
Kampanye 2 Anak Dihentikan, Ini Instruksi KB Krama Bali

Kampanye 2 Anak Dihentikan, Ini Instruksi KB Krama Bali

17 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia