• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Monday, November 10, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Riset: Sebagian Besar Warga Badung Tak Setuju Reklamasi

Ni Putu Ary Pratiwi by Ni Putu Ary Pratiwi
26 November 2014
in Berita Utama, Kabar Baru, Lingkungan
0 0
0

Vifick_04 Nov_Renon Dps_Parade Budaya Tolak Reklamasi-0

Sebanyak 64 persen responden menjawab tidak setuju terhadap reklamasi Teluk Benoa. Hanya 9 persen responden yang setuju dan 27 persen yang tidak memberikan tanggapan mereka.

Isu rencana reklamasi Teluk Benoa masih bergulir panas. Pro dan kontra masih mewarnai opini publik.

Sebagai akademisi, Kadek Dwita Apriani S.Sos, MIP mengambil peran. Peneliti yang juga Dosen FISIP Unud ini melakukan penelitian kuantitatif dengan metode multistage random sampling kepada 430 orang responden di Kabupaten Badung.

“Riset ini untuk menghadirkan cermin bagi kita semua terhadap bagaimana respon publik terkait reklamasi,” ujarnya saat acara diskusi publik Selasa kemarin.

Diskusi publik bertajuk Telisik Publik terhadap Rencana Reklamasi Teluk Benoa turut menghadirkan para akademisi lain yaitu Made Anom Wiranata, S.IP, MA dan Prof. Dr. A.A Ngurah Anom Kumbara, M.S.

Survei publik terkait isu reklamasi Teluk Benoa dilakukan Dwita dan timnya pada September 2014 lalu. Dengan menggunakan studi kuantitatif, mereka mengukur seberapa banyak yang pernah mendengar dan mengetahui soal rencana reklamasi Teluk Benoa.

“Karena menggunakan metode kuantitatif tidak ditanyakan alasan responden setuju ataupun tidak dengan reklamasi. Berbeda jika menggunakan metode kualitatif,” jelasnya.

Hasil Survei
Responden survei tersebar secara proporsional di 35 desa/kelurahan di Kabupaten Badung. Hasilnya, sebanyak 79 persen responden pernah mendengar isu reklamasi. Sementara 17 persen tidak pernah mendengar isu reklamasi dan 4 persen tidak menjawab.

Sumber utama terkait informasi sosial dan politik termasuk isu reklamasi, publik mengaku televisi sebagai sumber informasi yang paling besar. Ditunjukkan dengan prosentase 76,3 persen responden mengaku memperoleh informasi melalui televisi. Sedangkan obrolan dengan komunitas, koran, media online, sosial media, spanduk atau baliho, radio dan ceramah tokoh-tokoh politik menjadi sumber informasi lainnya.

Masalah reklamasi Teluk Benoa sepertinya belum menjadi masalah utama responden di Kabupaten Badung. Mahalnya harga kebutuhan pokok menjadi masalah utama yang dirasakan oleh 18,6 persen responden. Sementara posisi kedua masalah adalah sulitnya mencari lapangan pekerjaan (14,9 persen) dan ketimpangan Badung Utara dan Selatan (11,9 persen).

Ketika ditanya soal tanggapan terhadap isu reklamasi Teluk Benoa, 64 persen responden menjawab tidak setuju terhadap reklamasi Teluk Benoa. Hanya 9 persen responden yang setuju dan 27 persen yang tidak memberikan tanggapan mereka.

Demokrasi
Menurut Anom Wiranata, pro dan kontra merupakan hal yang biasa dalam demokrasi. “Yang menjadi soal kemudian bagaimana demokrasi menyelesaikan polemik pro dan kontra,” ungkapnya.

Anom memaparkan dua jenis model demokrasi yaitu model elitis dan model demokrasi deliberatif.

Isu rencana reklamasi semakin menyedot perhatian publik ketika Perpres No. 45 Tahun 2011 tentang Daerah Tanjung Benoa yang menjadi Kawasan Konservasi kemudian diubah oleh pembuat kebijakan dalam Perpres No. 51 Tahun 2014 yang menjadikan payung hukum Daerah Tanjung Benoa sah untuk direklamasi.

Menurut Anom, dalam model elitis, kebijakan dibuat oleh para pembuat kebijakan. Model ini membuat konsep partisipasi publik untuk stempel legitimasi. Bagaimana kemudian hak masyarakat dalam kontrol publik dan kesetaraan dalam public reasoning.

“Publik mengeluarkan akal sehat bukan akal yang dipaksakan,” jelas Anom Wiranata.

Dalam model demokrasi deliberatif, Anom menjelaskan bukan berarti semua orang sepakat. Melainkan ada argumen dari masyarakat sebagai bentuk partisipasi publik dalam demokrasi.

Partisipasi masyarakat dalam konteks membangun dari desa pernah dituliskan oleh David Korten. Korten menuliskan pemikiran pembangunan yang berpusat kepada rakyat yang merupakan perintis awal. Dan membongkar developmentalisme dan sentralisme di tahun 1970an, sekaligus mempromosikan cara pandang baru yang berpihak kepada masyarakat lokal.

Pilihan pendekatan pembangunan yang berorientasi pada pertumbuhan ekonomi menurut Korten dalam bukunya yang berjudul Community Management, bukan saja telah mengakibatkan berbagai bentuk ketimpangan sosial tetapi juga secara sistematis telah mematikan inisiatif masyarakat lokal untuk memecahkan masalah-masalan yang mereka hadapi.

Menurut Prof. Dr. A.A Ngurah Anom Kumbara, M.S yang juga hadir sebagai pembicara, terdapat perbedaan paradigma pembangunan dari kelompok organis dan kelompok intelektual. Pembangunan di Bali saat ini tak mengarah pada kaum marjinal. Seharusnya pembangunan yang berpihak dan melibatkan semua masyarakat.

“Pengembangan pariwisata Bali yang berkualitas. Dulu pariwisata budaya dan sekarang budaya pariwisata,” paparnya.

Menarik
Studi dilakukan di Kabupaten Badung karena rencana lokasi reklamasi adalah di Teluk Benoa. Selain itu pusat pariwisata Bali selama ini seakan didesak berada di Badung Selatan. Ketika tahun 1978, kawasan BTDC Nusa Dua dibangun sebagai pusat dari pariwisata Bali. Rencana reklamasi pun akan dilakukan di Badung bagian selatan.

Pembangunan pariwisata kian menjadi rima berulang seperti 36 tahun jika reklamasi dilaksanakan. Tentu saja mengesankan pembangunan pariwisata yang tidak berimbang dan condong di wilayah selatan Bali yang sudah semakin masif akan pembangunan.

Penelitian Kadek Dwita pun menemukan fakta menarik. Daya kritis pemuda Bali meningkat. Dibuktikan dengan 76,6 persen responden tidak setuju terhadap reklamasi walaupun lapangan kerja juga menjadi masalah utama di Kabupaten Badung. Lapangan kerja baru yang digadang akan tersedia dengan adanya reklamasi tidak lantas membuat pilihan responden dalam memandang perlunya reklamasi Teluk Benoa.

Menurut Prof. Anom, salah satu alternatif yang dapat dilakukan adalah pengembangan wilayah timur dan utara Pulau Bali. Selain itu menurutnya dalam persoalan argumentasi, tidak ada kebenaran yang mutlak.

“Yang ada hanya rasionalisasi,” ujarnya.

Kadek Dwita pun tidak menampik jika ada studi tandingan terhadap penelitian yang dilakukannya. Sah saja jika dengan cara yang sama. Namun harus jujur dipaparkan siapa responden, metodologi dan hasilnya. Selain itu peneliti harus bebas nilai.

“Tugas kami sebagai akademisi adalah ibarat pendeta yang memberi pencerahan,” tegasnya.

“Kenapa harus takut jika benar. Penelitian ini sebagai cermin untuk kita semua agar wcana publik tetap hidup,” tegasnya. [b]

Tags: BaliLingkunganTeluk Benoa
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Ni Putu Ary Pratiwi

Ni Putu Ary Pratiwi

Pegiat Pers Mahasiswa Akademika Universitas Udayana Bali. Belajar di Sloka Institute.

Related Posts

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

Ketika Pulau Menghangat: Urban Heat Island di Pulau Bali

3 November 2025
Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

Adakah Sistem Peringatan Dini Banjir di Bali? Ini Simulasinya

18 October 2025
Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

Beban Ekologi Bertambah karena Pariwisata yang Eksploitasi Hulu Bali

15 October 2025

Ancaman Kesehatan Pasca Banjir di Bali

8 October 2025
Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

20 September 2025
Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

17 September 2025
Next Post
Festival Sinema Prancis 2014 Sambangi Bali

Festival Sinema Prancis 2014 Sambangi Bali

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

Akses Medis Neurodiversitas: Perjuangan di tengah Minimnya Akses Layanan

10 November 2025
Ratusan Titik di Bali Alami Bencana

Memetakan Lokasi Banjir dari Media Sosial

9 November 2025
Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

Pemuliaan Sumber Air Ritual Melasti di Catur Desa Adat Dalem Tamblingan

8 November 2025
Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

Warisan Walter Spies dan Paradoks Bali Kini dalam Film Roots

7 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia