Bersua Made Liu di kebun pisang terakhirnya.
Made Liu, wanita paruh baya pemilik ratusan pohon pisang di Dusun Selasih, Desa Puhu, Kecamatan Payangan, Kabupaten Gianyar, kini hanya menghabiskan waktunya di rumah yang bisa jadi harus Ia tinggalkan. Tidak ada lagi aktifitas mencari daun pisang ke kebun, tidak ada juga buah pisang yang bisa dipanen karena induknya sudah habis dimakan alat berat.
Kasus sengketa tanah antara PT Ubud Resort dan puluhan Kepala Keluarga di Dusun Selasih seakan menjadi pukulan berat bagi Made dan para petani lainnya. Sebab kebun pisang yang selama ini telah menghidupinya hanya menyisakan tanah kosong, setelah susah payah ditanam kini terpaksa mati sia-sia.
Sore itu, Made menuturkan bagaimana saat alat berat masuk ke dalam lahan pisangnya, tidak ada perlawanan yang bisa Ia lakukan, tidak ada pilihan selain diam dan menonton para pekerja itu melakukan tugasnya. “Setelah pohon pisang ditebang, pohon yang masih bagus saya kumpulkan kembali, meski belum tahu akan ditanam dimana lagi,” ucapnya sambil menunjuk pohon pisang yang sempat terkumpul.
Sembari bercerita, Made menawarkan buah pisang yang sudah sempat dijadikan sebagai banten (sesajen), ditempatkan dalam anyaman sokasi. Pisang ini, katanya, merupakan jenis pisang raja yang ukuran buahnya besar serta rasanya manis. Namun perih yang harus Made terima karena pisang ini merupakan buah pisang terakhir yang bisa Ia panen dari kebun.
Made mengungkapkan saat pembongkaran pohon pisang, ada satu pohon yang berbuah dan sudah menguning. “Buah ini yang masih disisakan oleh alat berat itu,” tuturnya dengan tatapan kosong, seakan mengingat momen yang tidak akan pernah Ia lupakan.
Sebelum peristiwa sengketa tanah ini terjadi, biasanya setiap dua hari sekali Made akan menjual daun pisang (don biu batu) yang sudah dipanen sejak pagi hari. Hasil penjualan yang bisa Made peroleh sebesar Rp. 30.000,00 per ikat. Setiap berangkat Made bisa menjual 60 ikat sampai 70 ikat daun pisang. Daun pisang ini adalah jenis pisang batu yang memiliki daun lebar dan cenderung lebih kuat dibandingkan jenis pisang lainya, sehingga sangat digemari oleh masyarakat selaku konsumen.
Khusus di Pulau Bali, daun pisang banyak dimanfaatkan untuk membuat banten dan sebagai pembungkus nasi, sehingga setiap harinya kebutuhan akan daun pisang akan terus meningkat. Sisi lain, petani pisang di Dusun Selasih masih harus berjuang untuk tetap mempertahankan tanah yang sudah ditempatinya selama ini.
Meski kecil harapan, namun dalam setiap doa yang dipanjatkan ada harapan agar mereka bisa kembali menjadi petani pisang di Dusun Selasih.