• Tanya Jawab
  • Mengenal Kami
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Kontributor
    • Log In
    • Register
    • Edit Profile
BaleBengong
Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Berita Utama
  • Opini
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Mendalam
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Gaya Hidup Travel

Minggu Memang Libur, tetapi Dunia Telanjur Kelam di Dalamnya

Savitri Sastrawan by Savitri Sastrawan
12 January 2020
in Travel
0
Presentasi saat program Emerging Arts Professionals Workshop di Para Site, Hong Kong. Foto Savitri Sastrawan.

“Ada rasa melankolia secara kolektif di antara kita,” kata Cusson Cheng.

Chen, yang berasal dari Hong Kong, salah satu partisipan Emerging Arts Professionals Workshop di Para Site, Hong Kong. Pernyataan itu dia sampaikan saat mempresentasikan proposal pamerannya yang tidak sengaja masih relevan dengan keadaan Hong Kong awal bulan Oktober tahun 2019 itu.

Baru saja memasuki hari ketiga di kota ini rasanya perbincangan demonstrasi yang dikenal telah berbulan-bulan berlanjut itu tidak akan berhenti.

Rasa cemas memang ada terutama saat sampai di negara itu tiga hari sebelumnya pada hari Minggu. Hong Kong yang saya kenal dulu, karena sempat tinggal beberapa tahun di sini, selalu ramai. Riuh. Tidak ada kesepian di antara jalan untuk kendaraan bermotor maupun pejalan kaki.

Namun, Minggu itu beda. Para keluarga maupun teman yang ingin menjemput tidak diizinkan masuk sampai di dalam bandara. Kafe-kafe di dalam seakan tidak ada yang bisa menikmati sambil menunggu yang di jemput. Semua dibatasi gerak-geriknya seakan kejadian terorisme baru saja terjadi. 

Para demonstran berjalan bersama menuju Victoria Park Hong Kong. Foto Savitri Sastrawan.

Umbrella Movement

Pembatasan itu terjadi karena bandara Chep Lap Kok sempat diduduki para demonstran. Di hari Minggu itu demonstrasi berpusat di bagian kota yang vital, Victoria Park. Di tempat yang saya sempat tulis sebagai tempat nongkrongnya para tenaga kerja wanita Indonesia di hari Minggu.

Saat perjalanan ke kota dari bandara, bisa dirasakan keadaan kota yang hening di jalanan dan di pinggir lautnya. Akses utama jalan untuk ke kota pun ditutup. Jadi, kita harus memutar jauh untuk masuk ke dalamnya. 

Saat mendekati pusat kota itu, terlihat sudah penduduk lokal berpakaian hitam-hitam, memakai masker, membawa payung. Umbrella movement sangatlah menginspirasi dan siasat yang selalu dibawa oleh para demonstran tersebut. Masker tidaklah untuk melindunginya dari gas air mata ataupun asap yang mendatangi dirinya saja, tetapi identitas mukanya juga.

Saat kita berhasil memasuki pusat kota, terlihat mobil-mobil polisi berjejer di pinggir jalan. Pedestrian dipenuhi para demonstran berjalan menuju Victoria Park. Semua toko tutup, bahkan Seven Eleven yang terkenal menjadi mini supermarket 24 jam pun tutup.  

Keesokan harinya, Senin merupakan tanggal merah. Ada hari libur ekstra setelah porak poranda kemarin. Keadaan terasa lebih kondusif, saya pun langsung bergegas berbelanja keperluan karena dikatakan akan tutup lebih awal. Di sekitar masih banyak peninggalan amukan kemarin. Grafiti ada di mana-mana: tembok, jembatan, zebra cross. Begitu juga dengan stiker-stiker dari para demonstran. Pagar-pagar pembatas trotoar dan jalan raya banyak yang copot dan diganti dengan tali plastik. Tali-tali itu pun telah putus.

Suasana sepi di Hong Kong akibat demonstrasi. Foto Savitri Sastrawan.

Melankolia Kolektif

Lalu saya mencoba rute ke tempat workshop menggunakan transportasi termurah di sana yaitu tram (kereta listrik satu jalan dengan jalan raya). Saat naik, sepertinya saya dikerumuni ibu-ibu Indonesia. Waktu ada tempat duduk, mereka pun menawarkan menggunakan bahasa Indonesia ke saya.

Saya mendengar perjalanan mereka kemarin di hari Minggu yang harusnya hari libur mereka. Mereka stuck tiga jam dalam perjalanan, tidak bisa menelusuri kota dengan tenang, dan seterusnya. Terlihat stasiun-stasiun MTR (kereta bawah tanah) ditutup. Beberapa terlihat porak poranda.

Saat malam hari akan makan malam dengan seorang teman, kota itu masih sepi sekali. , bahkan beberapa restoran pun tetap tutup. Sungguh kota yang dinamis ini berasa mati.

Kata-kata, “Ada rasa melankolia secara kolektif di antara kita,” sepertinya tidak bohong. Keadaan itu benar apa adanya dan kata-kata partisipan itu hanya awal dari konfirmasi-konfirmasi selanjutnya.

Keadaan Hong Kong yang begitu bergejolak tidak jauh dari workshop kesenian yang saya ikuti selama sembilan hari selanjutnya. Institusi besar seperti museum, bahkan di universitas, dan di komunitas – perbincangan, karya visual, poster-poster, grafiti terhadap keadaannya semua dapat ditemukan.

Melankolia yang berkepanjangan itu bahkan terasa untuk saya yang hanya berkunjung beberapa hari saja. Akankah ada akhir dari melankolia itu? [b]

Share this:

  • Twitter
  • Facebook
Tags: BudayaHong Kong
ShareTweetSendSend
Savitri Sastrawan

Savitri Sastrawan

Seorang Bali nomaden, Savitri Sastrawan adalah pekerja lepas di seni dan bahasa. Savitri tertarik dalam mengeksplor kemungkinan-kemungkinan antar disiplin di kesenian dan bahasa dalam kebudayaan dan masyarakat kita saat ini. Tidak terkecuali rekoleksi narasi-narasi yang ada dalam sejarah, geografi dan budaya visual yang ada di atau tentang Bali dan Indonesia.

Related Posts

Kecanduan “Permainan Mendalam” Bersama Gawai

Kecanduan “Permainan Mendalam” Bersama Gawai

26 February 2021
rambut sedana

Batu Rambut Sedana, Batu Mulia untuk Para Pengusaha

21 February 2021
Menikmati Tradisi Unik Nusantara di Plataran Canggu

Menikmati Tradisi Unik Nusantara di Plataran Canggu

4 December 2020
Menggunakan Kesenian untuk Mengatasi Krisis Lingkungan

Menggunakan Kesenian untuk Mengatasi Krisis Lingkungan

1 December 2020
Lelakut itu Hantu Sawah, Bukan Menghantui Sawah

Lelakut itu Hantu Sawah, Bukan Menghantui Sawah

21 October 2020
Merayau Diri dalam Desktop: Sebuah Ulasan

Merayau Diri dalam Desktop: Sebuah Ulasan

11 July 2020
Next Post
Objek Komersial di Illegal Trade

Objek Komersial di Illegal Trade

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

AJW 2020
  • Terpopuler
  • Komentar
  • Terbaru
Kakao Lestari yang Mengubah Hidup Petani

Bali, Berhenti Mendewakan Bule, Kembalilah Bertani

6 February 2021
Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

Berhitung Angka Dalam Bahasa Bali

5 June 2013
Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

13 February 2021
Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

Pelajaran Agung dari Desa di Pegunungan Bali

18 February 2021
Menggali Makna Tumpek Landep Sebenarnya

Menggali Makna Tumpek Landep Sebenarnya

2 April 2018
Sesungguhnya, Tak Semua Pasien WNA sesuai Citranya

Sesungguhnya, Tak Semua Pasien WNA sesuai Citranya

3
Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

Mengaku Sulinggih, Kini Tersangka Kasus Pencabulan

2
pameran virtual sumba photo stories

Kawan Baik gelar Pameran Virtual Sumba Photo Stories dari Bali

1
Maaf, Aku Gagal Menggoda Patung Siwa

Maaf, Aku Gagal Menggoda Patung Siwa

1
AJW 2020, Urun Daya Warga Menghadapi Corona

AJW 2020, Urun Daya Warga Menghadapi Corona

4
Kecanduan “Permainan Mendalam” Bersama Gawai

Kecanduan “Permainan Mendalam” Bersama Gawai

26 February 2021
Pengacara JRX ketika mengacukan Kontra Memori Kasasi di Denpasar Februari 2021

Pengacara JRX Ajukan Kontra Memori Kasasi

24 February 2021
Dokumentasi Walhi Bali dalam pembahasan Rancangan Rencana Kerja DKLH Bali 2022 22 Februari 2021. Foto WALHI Bali.

Walhi Bali Minta Dilibatkan dalam Rencana Kerja DLHK

23 February 2021
rambut sedana

Batu Rambut Sedana, Batu Mulia untuk Para Pengusaha

21 February 2021
Perayaan Hari Peduli Sampah Nasional bertujuan untuk mengingatkan pentingnya pengelolaan sampah. Foto: Get Plastic Indonesia.

Menjaga Alam di Hari Peduli Sampah Nasional

20 February 2021

Kabar Terbaru

Kecanduan “Permainan Mendalam” Bersama Gawai

Kecanduan “Permainan Mendalam” Bersama Gawai

26 February 2021
Pengacara JRX ketika mengacukan Kontra Memori Kasasi di Denpasar Februari 2021

Pengacara JRX Ajukan Kontra Memori Kasasi

24 February 2021
Dokumentasi Walhi Bali dalam pembahasan Rancangan Rencana Kerja DKLH Bali 2022 22 Februari 2021. Foto WALHI Bali.

Walhi Bali Minta Dilibatkan dalam Rencana Kerja DLHK

23 February 2021
rambut sedana

Batu Rambut Sedana, Batu Mulia untuk Para Pengusaha

21 February 2021
BaleBengong

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

Informasi Tambahan

  • Pedoman Pemberitaan Media Siber
  • Peringatan
  • Panduan Logo
  • Bagi Beritamu!

Temukan Kami

No Result
View All Result

© 2020 BaleBengong: Media Warga Berbagi Cerita

WP2Social Auto Publish Powered By : XYZScripts.com