Petani ini memilih Bidara Super alias Bekul sebagai tanaman buah prioritas. Buah langka kaya vitamin dan khasiat ini memberi penghasilan besar karena tak banyak yang menanam. Inilah petani buah di Buleleng yang selalu memetik hasil dan bersiasat dengan keragaman jenis tanamannya.
Nyoman Budiasa, 73 tahun, menunjukkan tanaman di kebunnya dengan energik. Dia memperkenalkannya dengan detail, mengajak kami menelusuri masing-masing tanaman miliknya. Ada jambu, belimbing, pisang, dan bidara. Bapak itu termasuk petani yang menginspirasi para pemuda, seperti kami untuk bertani.
Nyoman Budiasa petani buah lokal asal Desa Banjar, Kecamatan Banjar, Buleleng. Profesi awal sebagai guru SMP di Banjar. Karena berbagai kondisi yang dialami keluarga Budiasa, mengharuskannya bekerja sampingan menjadi seorang petani buah. Diawali dengan menanam anggur pada tahun 2000 sebanyak 3 hektar lahan dan membentuk kelompok yang bernama Amertanadi pada tahun 2006 dengan anggota sebanyak 20 orang.
Akhirnya Budiasa fokus ke budidaya Bidara super (Bekul), alasannya karena perawatan anggur makin lama semakin meningkat namun harga jual tidak ada peningkatan. Ketertarikan membudidayakan Bekul dimulai sejak 2009, ketika mendapat ilmu dari pertemuan antar petani.
“Peluang budidaya Bekul masih terbilang besar karena belum ada pesaing,” Kata Budiasa yang kemudian mengubah beberapa hektar kebun anggurnya diganti dengan tanaman Bekul super itu, Bibitnya didapatkan pertama kali dari Desa Sudaji. Untuk mendapatkan bibit Bidara super, Budiasa bersiasat dengan menempelkan batang bekul lokal dengan bekul besar ditambah berbagai perawatan yang baik.
Hingga saat ini Budiasa sudah merasakan hasil panen Bidara super (Bekul) yang memiliki harga cukup tinggi di pasaran. Satu pohon Bidara super (bekul) sudah dapat dipanen saat berumur enam bulan, selanjutnya dapat dipanen terus dalam jangka waktu tiga bulan. Saat ini pohon bekulnya dapat dipanen tiga bulan sekali menghasilkan tujuh kwintal Bidara super (bekul).
Satu kilogram Bidara super dijual dengan harga Rp40 ribu kualitas super. Sedangkan untuk kualitas kedua dan ketiga dijual dengan harga Rp30 ribu dan Rp25 ribu. Awal promosi Bidara super ini dilakukan di pameran buah di Denpasar.
“Pertama kali memasarkan Bidara super ini cukup sulit karena ukuran buahnya lebih besar dari pada Bidara (bekul) biasa, kemudian saya menyiasatinya dengan membagikan bekul ini ke teman yang berkunjung pada saat berlangsunya pameran. Karena buahnya manis dan renyah menjadikan bekul ini mecolok,” tuturnya.
Dari situlah Budiasa makin mudah memasarkan produknya baik online, jual langsung ke lapangan, dan juga dititipkan di warung. Banyaknya pesana Bidara super membuat Budiasa kewalahan dalam memenuhi permintaan pelanggan.
Dari segi perawatan Bidara super merupakan tanaman yang tidak terlalu rewel, namun petani kadang menemukan serangga lalat buah yang menjadi hama, dan membuat membuat buah-buah menjadi busuk. Untuk mengatasi hama, Budiasa menggunakan pestisida dengan kadar di bawah dari yang disarankan obat tersebut agar tidak terlalu mencemari. Selain itu Budiasa menggunakan bahan organik dan merawat pohonnya dengan pupuk organik juga.
Selama Pandemi COVID-19 ini membuat permintaan Bidara super merosot karena untuk mengirim buah cukup susah karena ada pembatasan kegiatan. Misalnya tahun ini saja sampai 3 ton bekulnya tidak dapat dijual karena keterbatasan pengiriman. Bukan karena kurangnya permintaan.
Kini Budiasa mengakalinya dengan menanam berbagai buah lain seperti pepaya calina, sawo, jambu biji, dan jambu air yang mempunyai banyak jenis salah satunya jambu air king rose yang terkenal dengan manisnya. Alasan budiasa menanam berbagai buah di kebun bekulnya itu untuk menutupi penjualan bekul yang merosot karena pandemi ini.
“Jika bekul sudah habis dipanen kita bisa panen yang lain seperti jambu air yang pasarnya cukup tinggi untuk sekarang,” jelasnya tentang keberagaman pohon buahnya. Budiasa mengajak 5 orang karyawan untuk membantunya merawat tanamanya untuk mendapatkan hasil maksimal.