Empat tahun lalu, Taman Baca Kesiman (TBK), sebuah perpustakaan di Denpasar, untuk pertama kalinya menggelar Pesta Baca. Selain untuk merayakan ulang tahun TBK yang kelima, kegiatan tiga hari itu juga sebagai ajang literasi dan apresiasi tentang buku bagi warga Denpasar. Namun, karena pandemi COVID-19, Pesta Baca yang semula diniatkan diadakan tiap tahun kemudian terhenti.
Tahun ini, TBK bekerja sama dengan BaleBengong kembali mengadakan Pesta Baca 2023 selama dua hari pada Sabtu-Minggu, 29-30 April 2023 di TBK, Denpasar.
Seperti namanya, Pesta Baca adalah sebuah kegiatan untuk merayakan kesenangan dan gairah kita terhadap buku. Dalam Pesta Baca, mereka yang hadir diharapkan untuk bisa membagi tidak hanya buku-buku yang mereka baca, tetapi juga bagaimana buku-buku itu mewarnai perjalanan hidup dan cerita sehari-hari hingga saat ini.
Ketika roda-roda modernitas membawa kita ke jebakan informasi yang serba riuh ringkas, buku tetap menghadirkan kedalaman dalam kesendirian. Buku membawa kita menjelajah masuk ke dalam dunia penuh makna ketika media sosial mengasingkan kita dalam kilauan citra yang serba fana. Buku menjaga kita tetap ada betapapun manusia modern semakin jauh meninggalkannya.
Inilah yang menjadi tema Pesta Baca tahun ini, Aku Baca, Maka Aku Ada. Melalui tema ini kita akan menghadirkan kembali diri kita melalui buku-buku yang pernah kita baca dan mempengaruhi kita secara pribadi sebagai manusia maupun Bali sebagai sebuah identitas dan lokus yang selalu menarik untuk dibaca.
Agung Alit dan Hani Duarsa, pendiri TBK mengatakan melalui Pesta Baca, kita akan bertemu dengan sesama pecinta buku di Pulau Dewata dan berbincang tentang buku-buku yang mewarnai hidup kita. Selain itu publik bisa berbagi pengalaman dan cerita tentang buku-buku yang kita baca, juga bergembira lewat buku, dongeng, dan musik.
“Buku bisa membuka kebenaran, seperti kekerasan 65 yang dilupakan,” kata Gung Alit.
Pesta Baca juga diisi dengan lapak buku oleh Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Kota Denpasar yang memamerkan buku-buku terkait jurnalisme dan karya-karya tulisan anggotanya. Ada juga Komunitas Mahima dari Buleleng yang terkenal dengan gerakan penerbitan buku sastra dan diskusi. BaleBengong, media jurnalisme warga bersama SAFEnet menunjukkan buku terkait literasi digital dan tulisan pewarta warga melalui bukunya Suara Berbeda dari Pulau Dewata.
Selain itu ada lapak Perpus Jalanan yang mendekatkan buku dengan masyarakat dengan membuat lapak di pinggir jalan dan acara komunitas. Taman Baca Kesiman dengan koleksi buku alternatif dan pemikiran kritis, serta Penerbit Partikular, komunitas baru yang menyediakan perpustakaan dan ruang diskusi buku.
Dalam Pesta Baca 2023, juga ada Bincang Buku, ruang bersama untuk secara interaktif mendiskusikan buku-buku dengan tema khusus. Bincang buku dibuat dalam bentuk diskusi yang dibagi dalam dua topik, yaitu hari pertama bertajuk Buku yang Mengubahku. Topik ini akan membahas apa saja buku yang berdampak terhadap pembacanya bisa tentang perjalanan hidup, intelektualitas, atau hal-hal personal lainnya. Akan dibawakan oleh Sonia Piscayanti, Eve Tedja, dan Juli Sastrawan.
Hari ke-2 tentang Bali dari Buku ke Buku. Topik ini akan membahas bagaimana potret Bali dibahas dari buku dari buku mulai zaman Kolonial hingga saat ini. Dalam tema ini kita bisa merefleksikan situasi dan tantangan yang selalu relevan tentang Bali, baik itu sosial, budaya, dan lingkungan. Dibawakan oleh Diana Darling, Man Angga-Nosstress, dan Made Tom Kris.
Ni Ketut Juniantari, salah satu anak muda mengatakan minat baca makin menurun karena itu ia senang ada ruang-ruang yang mendorong akses membaca di Bali.
Dikutip dari jurnal lib.unj.ac.id menurut data UNESCO, minat baca masyarakat Indonesia sangat memprihatinkan, hanya 0,001%. Artinya, dari 1.000 orang Indonesia, cuma 1 orang yang rajin membaca. Riset berbeda bertajuk World’s Most Literate Nations Ranked yang dilakukan oleh Central Connecticut State Univesity pada Maret 2016 lalu, Indonesia dinyatakan menduduki peringkat ke-60 dari 61 negara soal minat membaca, persis berada di bawah Thailand (59) dan di atas Bostwana (61). Padahal, dari segi penilaian infrastuktur untuk mendukung membaca, peringkat Indonesia berada di atas negara-negara Eropa.
Di sisi lain, data Reportal pada awal 2023 menunjukkan pengguna internet di Indonesia meningkat signifikan hampir 213 juta dengan penetrasi 77 persen. Hampir mencapai jumlah penduduk 276 juta orang.
“Di tengah begitu gegap gempita dunia maya, Pesta Baca menjadi relevan agar warga Bali, khususnya Denpasar tetap menghargai buku dan rajin membaca,” tegas Gung Alit.