• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, November 8, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Permainan Sama oleh Pemain Berbeda

Putu Semiada by Putu Semiada
25 September 2016
in Kabar Baru
0 0
0
Salah satu aksi tolak reklamasi pada awal Agustus lalu. Foto Anton Muhajir.
Salah satu aksi tolak reklamasi pada awal Agustus 2016 lalu. Foto Anton Muhajir.

Efek Rumah Kaca salah satu band indie favorit saya. 

Mendengar salah satu lagunya, “HILANG”, ingatan saya melayang ke masa 1997 – 1998, saat banyak aktivis dihilangkan (?). Tahun-tahun itu, saya hanyalah seorang karyawan seperti orang lain pada umumnya.

Saya hanya bisa mengikuti perkembangan dari televisi dan cukup hanya bisa merenung dalam hati tanpa bisa berbuat apa-apa untuk sekadar bersimpati pada mereka yang hilang karena diculik.

Saya berasumsi bahwa mereka yang hilang pastinya sudah dibunuh. Sebab hingga sekarang belum jelas jejak keberadaan mereka dan dari pihak yang berwenang pun belum pernah menyampaikan sesuatu tentang keberadaan mereka.

Hal ini cukup aneh. Indonesia memiliki badan intelejen yang sudah diakui sangat mumpuni dalam melacak kasus-kasus yang berkaitan dengan kejahatan terhadap negara. Namum, mencari aktifis yang hilang sepertinya mereka tidak sanggup.

Maka tidaklah mengherankan kalau banyak orang beranggapan bahwa para aktivis itu diculik dan dibunuh untuk kemudian dihilangkan jejaknya.

Meskipun situasinya tidak segawat 1998, sejumlah kriminalisasi, intimidasi, dan fitnah terhadap para aktivis Bali Tolak Reklamasi belakangan ini membawa ingatan saya kembali ke tahun itu. Memang pola-pola penculikan maupun penghilangan nyawa seperti era 1998 an itu terlalu riskan jika hendak diterapkan saat ini, tapi dalam hal ini saya melihat pola yang sama pada perlakuan negara terhadap rakyatnya.

Ketika negara merasa terdesak dan tidak punya jawaban terhadap tuntutan rakyatnya maka mereka akan cenderung reaktif serta selalu melihat akibatnya bukan mencoba mencari penyebab akar sebuah persoalan. Bodohkan atau kurang kritis kah mereka?

Hal ini tidak terlepas dari perselingkuhan yang mesra antara kekuatan modal (pengusaha) dengan kekuatan birokrasi (penguasa) yang didukung kekuatan senjata (aparat). Kekuatan kapitalah yang membuat mereka bodoh dan mengabaikan amanat yang seharusnya mereka laksanakan.

Aksi Tolak Reklamasi Kedonganan 01

Sejarah Kelam

Yang menjadi pertanyaan, mengapa cara-cara Orde Baru tetap dipakai padahal waktu dan zaman sudah berubah? Ya, zaman boleh berubah, ‘pemain’ boleh berganti, tapi pola permainannya tetap sama.

Polanya tidak jauh-jauh dari intimidasi dan pembungkaman.

Berkaca dari sejarah, cikal bakal dari pola seperti ini tentu tidak lepas dari sejarah kelam ketika pemerintahan Orde Baru di bawah kepemimpinan Soeharto harus diawali dengan tindak kekerasan dengan isu kudeta oleh PKI yang merupakan justifikasi bagi militer di bawah kepemimpinan Pak Harto untuk menumpas pihak-pihak lawan.

Intinya pondasi negara dilandasi oleh kekerasan dan sejak itu terjadi indoktrinasi bahwa setiap tindakan yang menentang (kebijakan) penguasa adalah subersif dan harus ditumpas. Dan, seperti kita ketahui, peristiwa G30S PKI sampai kini masih tetap misteri dan tidak jelas bagaimana kronologisnya dalam penjelasan sejarah.

Pemerintahan yang didasari kekekerasan dan kebohongan akan selalu mengulangi pola yang sama untuk melawan rakyatnya sendiri. Dalam banyak hal mereka memang berhasil. Tapi dalam kasus pembungkaman terhadap gerakan BTR, mereka sepertinya salah tingkah dan secara tidak langsung membuka aib mereka sendiri baik lewat pernyataan maupun lewat tindakan.

Lucunya bukan berupa tindakan kekerasan dari rakyat yang membuat mereka kikuk, melainkan kreativitas. Ini tentu di luar perhitungan mereka. Namun mereka selalu berusaha memancing agar pihak rakyat membalas dengan kekerasan namun mereka tidak berhasil. Rakyat Bali punya cara sendiri untuk melawan.

Permainan boleh sama oleh para pemain berbeda, namun sepertinya pola apa saja yang dipakai tidak bisa meredam gerakan BTR yang justru malah semakin membesar. Panjang umur perlawanan! [b]

Tags: Bali Tolak ReklamasiCitizen Journalism Award
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Putu Semiada

Putu Semiada

Alumni Universitas Gajah Mada Yogyakarta (1990), sempat lama bekerja sebagai penerjemah di sebuah kantor perencanaan lanskap dan 'nyambi' sebagai pramuwisata paruh waktu. Saat ini mengelola sebuah sekolah bahasa Inggris. Baru saja menerbitkan buku berjudul 'Lagasan Bayune'. Penulis juga aktif di gerakan BTR.

Related Posts

Memanen Air Hujan dan Biogas, Teknologi Tepat Guna bagi Petani Bali yang Terabaikan

Memanen Air Hujan dan Biogas, Teknologi Tepat Guna bagi Petani Bali yang Terabaikan

16 June 2024
Gagalnya Reklamasi adalah Kemenangan Rakyat Bali

Gagalnya Reklamasi adalah Kemenangan Rakyat Bali

27 August 2018
Cara Unik Melawan Perobek Spanduk Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Cara Unik Melawan Perobek Spanduk Tolak Reklamasi Teluk Benoa

6 August 2018
Pemuda Lembongan dan Geriana Kauh Terus Gelorakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa

Pemuda Lembongan dan Geriana Kauh Terus Gelorakan Tolak Reklamasi Teluk Benoa

14 November 2017
Rakyat Bali Desak Pastika Tidak Terbitkan Rekomendasi

Rakyat Bali Desak Pastika Tidak Terbitkan Rekomendasi

24 October 2017
Upacara Bendera Tak Biasa di Nusa Penida

Merayakan Kebhinekaan dalam Bencana

19 September 2017
Next Post

Penghargaan Jurnalisme Warga Pertama di Bali

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

Warisan Pasca Kolonialisme dalam Film Roots

7 November 2025
Ini Cerita Arsa, Remaja Rasa Anak-anak

Pengalaman Orang Tua dengan Anak Neurodiversitas

6 November 2025
BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

BaleBio, Prototipe Arsitektur Regeneratif

6 November 2025
Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

Pelatihan Olah Limbah Bambu di Bamboo Academy

5 November 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia