Liputan ini menggambarkan tentang resiliensi perempuan pengungsi pasca bencana erupsi Gunung Rokatenda 2013. Para pengungsi kehilangan mata pencaharian. Tak ada lagi sampan untuk mencari ikan atau lahan untuk berkebun sementara kebutuhan hidup tidak bisa ditunda. Banyak kepala keluarga yang terpaksa menjadi tenaga kerja ilegal ke Malaysia. Namun tak sedikit pula yang kembali karena tidak mampu bertahan di negeri Jiran ini. Akhirnya para ibu pengungsi ini menjual hasil tenunan agar mereka bisa bertahan hidup.
Menenun yang merupakan aktivitas adat pada mulanya, berubah menjadi aktivitas ekonomi. Namun masalah muncul saat mereka harus melakukan transaksi jual beli di pasar, karena mereka belum pernah melakukan transaksi jual beli di pasar. Hal ini dikarenakan tidak ada pasar di tempat mereka sebelumnya. Kebutuhan dasar yg tak bisa ditunda dan ketidakmampuan berkomunikasi membuat mereka harus melepaskan kain tenun pewarna alam mereka dengan harga Rp. 300.000,- per lembar, padahal harga wajar kain tenun pewarna alam adalah Rp. 800.000,- per lembarnya. Mereka menyadari bahwa utk mampu bertahan, mereka harus membentuk kelompok. Akhirnya mereka membentuk kelompok tenun yang mereka namai Mbola So.
Kelompok tenun mbola So ini terdiri dari ibu-ibu yang pada umumnya gagap teknologi, namun ada satu anggota yang mempunyai android dan memiliki media sosial, Facebook dan WhatsApp, Natalia namanya. Natalia mulai menawarkan kain tenun pewarna alam yang dibuatnya di sosial medianya dengan foto dan caption seadanya. Dari strategi ini, Natalia mendapatkan harga Rp. 700.00,- per lembarnya. Harga yang jauh lebih layak dari menjual langsung di pasar. Strategi ini kemudian diikuti oleh anggota kelompok lainnya. Dan pada akhirnya, meskipun belum semua anggota mampu mengoperasikan android, namun para suami dan anak turun tangan untuk bahu membahu menjual hasil tenunan melalui sosial media. Buah manis teknologi ini tak hanya dinikmati oleh Natalia, tapi juga semua anggota kelompok Mbola So.
Kemampuan masyarakat dalam mengakses digital, meski dengan cara yang sangat sederhana, nyatanya mampu membuat masyarakat bertahan dalam keadaan yang tak mudah.