Sosok perempuan tak kunjung surut jadi sumber ilham penciptaan.
Helen Creese, peneliti Jawa Kuna dan Sastra Bali asal Australia coba mengulas tentang sosok perempuan dalam bukunya ‘Perempuan Dalam Dunia Kakawin” (Pustaka Larasan, 2012). Karya terkini Helen Creese ini akan dibincangkan lebih mendalam pada program Pustaka Bentara Minggu besok di Bentara Budaya Bali.
Hadir sebagai pembahas adalah Prof. Helen Creese (penulis), Prof. Dr. I Nyoman Darma Putra M.Litt. (penyunting buku), dan Drs. I Dewa Gede Windu Sancaya, M. Hum (sastrawan).
Selama lebih dari satu milenium para pujangga Jawa dan Bali menurunkan kembali ikhtiar lingkungan kerajaan dalam bentuk puisi-puisi epik kakawin. Karya-karya itu menjadi cerminan kehidupan istana yang ditempati oleh mereka dan para pelindungnya.
“Sayangnya, usaha untuk menghidupkan kembali dunia kakawin kurang mendapat perhatian,“ tutur Slamat Trisila dari Penerbit Pustaka Lasaran yang kerap kali menerbitkan buku-buku seputar kajian dan sejarah.
Kajian humaniora pada masa kolonial, sejak Perang Dunia II, masih menitikberatkan pada naskah-naskah cerita daerah. Namun, tradisi kakawin jarang sekali diintegrasikankan ke dalam fokus kajian yang lebih luas mengenai budaya dan sejarah kepulauan Indonesia. Kendati demikian, kakawin yang masih diproduksi pada abad ke-21 di Bali tetap mempunyai daya tarik dan relevan dengan identitas agama dan budaya orang Bali. Topik ini pun masih menjadi daya tarik kuat bagi sarjana kontemporer.
Dalam kajian seminal tentang sastra Jawa Kuna, Kalangwan: A Survey of Old Javanese Literature, P.J. Zoetmulde, mendasarkan dirinya pada puisi kakawin sebagai sumber utama bagi karyanya. Dalam karya yang diterbitkan pada tahun 1974 itu, sarjana Jawa Kuna yang sangat terkenal tersebut mencatat bahwa kakawin memberikan khasanah materi menarik yang berlimpah bagi sejarah budaya Jawa kuna.
“Kehadiran buku ini diharapkan dapat memberi pengetahuan baru tentang dunia kakawin, setidaknya menjadi perspektif bandingan atas buku-buku atau informasi yang berkembang selama ini,“ tutur Juwitta Lasut, penata acara BBB.
Pembicara
Prof. Helen Creese adalah Guru besar di School of Languages and Comparative Cultural Studies, University of Queensland, Australia. Minat penelitiannya meliputi sastra Jawa Kuna, sastra Bali, sastra Indonesia, sejarah Bali dan gender. Helen sudah menulis banyak artikel tentang Bali di berbagai jurnal internasional.
Bukunya yang utama adalah Parthayana—The Journeying of Partha: An Eighteenth Century Balinese Kakawin (Leiden: KITLV Press, 1998) dan Women of the Kakawin World, Marriage and Sexuality in the Indic Courts of Java and Bali (Armonk/New York: M.E. Sharpe, 2004).
Bersama Darma Putra dan Henk Schulte Nordholt, Helen menyunting buku Seabad Puputan Badung: Perspektif Belanda dan Bali (Denpasar: Pustaka Larasan/KITLV/ Fakultas Sastra, Udayana, 2009), bersama Andrea Acri dan Arlo Griffiths, Helen menyunting buku From Langka Eastwards: The Ramayana in the Literature and Visual Arts of Indonesia (Leiden: KITLV Press, 2011).
I Nyoman Darma Putra adalah Guru besar sastra Indonesia, Fakultas Sastra Universitas Udayana. Dia menyelesaikan pendidikan doktor di School of Languages and Comparative Cultural Studies, The University of Queensland, Australia, 2003. Bukunya yang baru terbit adalah A literary mirror, Balinese reflections on modernity and identity in the twentieth century (Leiden, KITLV Press, 2011).
Karyanya yang lain adalah Wanita Bali Tempo Doeloe Perspektif Masa Kini (2007), Bali dalam Kuasa Politik (2008), dan Tonggak Baru Sastra Bali Modern (2010). Bersama Michael Hitchcock, dia menulis buku Tourism, Development and Terrorism in Bali (UK, Ashgate, 2007), bersama I Gde Pitana menulis buku Pariwisata Pro-Rakyat; Meretas Jalan Mengentaskan Kemiskinan di Indonesia (2010) dan Bali Dalam Pembentukan Karakter Bangsa (2011).
Tulisannya “Getting organized; Culture and nationalism in Bali, 1959-1965” terbit dalam Jennifer Lindsay dan Maya H.T. Liem (eds) Heirs to world culture; Being Indonesian 1950-1965, pp.315-42 (KITLV Press: 2012) dan versi bahasa Indonesia berjudul Ahli Waris Budaya Dunia: Menjadi Indonesia 1950-1965(Denpasar: Pustaka Larasan dan KITLV Jakarta, 2011).
Drs. I Dewa Gede Windu Sancaya, M.Hum. dosen Sastra Bali Fakultas Sastra dan Budaya Universitas Udayana ini juga adalah sastrawan peraih Penghargaan Sastra Rancage, melalui buku kumpulan puisi berbahasa Bali “Coffe Shop”.
Dosen yang tengah menyelesaikan program doktornya ini dikenal sebagai sastrawan bahasa Bali dengan tema-tema karya yang mencoba mengangkat peralihan antara masyarakat Bali yang agraris-komunal menuju era industri yang lebih individual. Ia juga aktif di berbagai organisasi sosial budaya di Bali serta sering bertindak sebagai editor buku. [b]