• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Saturday, November 1, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Berita Utama

Sejarah dan Filosofi Patung Catur Muka Denpasar

Sugi Lanus by Sugi Lanus
17 April 2017
in Berita Utama, Sejarah
0 0
1
Patung Catur Muka Denpasar. Foto Flickr Made Darma.

Inilah sejarah pembuatan patung maskot Kota Denpasar. 

Ide pembuatan patung Catur Muka lahir setelah disahkannya Lambang Daerah Kabupaten Badung oleh DPRD dengan SKP tanggal 18 Juni 1971. Sebagai realisasinya, diterbitkan SKP tanggal 28 Desember 1971. Isinya berupa penugasan membuat gambar Pra Rencana Monumen di Perempatan Agung Denpasar.

Dalam brosur atau buku kecil yang berjudul: Patung Empat Muka, Bupati I Wayan Dhana, tertanggal 30 Mei 1973, menegaskan: “Untuk menghindari adanya salah tafsir maka sehari-hari agar dipergunakan nama Patung Empat Muka, (karena tidak dibuatkan upacara keagamaan Widhi Widhana) yang dasar ceritanya dan filosofinya diambil dari lontar-lontar yang berhubungan denga hal tersebut.”

Artinya, patung ini dibuat untuk penyebaran nilai-nilai filosofis dan konsepsi kepemimpinan, bukan untuk disembahyangi. Semula ditegaskan bahwa patung ini bernama Patung Empat Muka, sekarang lebih popular disebut Patung Catur Muka.

Disebutkan lontar-lontar panduan dalam perancangan dan dasar filosofisnya adalah: Lontar Widdhi Sastra, Gedong Wesi, Siwa Gama, Ramayana, Garuda Carita, Babad Bali, Usana Bali, Brahma Tatwa, Siwa Sesana, Niti Sastra, dan Kertha Tatwa.

Panitia perumus konsepsi filosofis diketuai oleh Drs. I Wayan Mertha Sutedja, BA, anggotanya: I Nyoman Swetja Atmanadi, BA., Drs. I Gusti Agung Mayun Eman, I Gusti Agung Kepakisan, SH.

Dalam rumusnya dipaparkan: “Patung Empat Muka yang berdiri di atas bunga Teratai/Tunjung/Lotus/Padma adalah reinkarnasiNya GURU, dalam bentuk perwujudan CATUR GOPHALA. Dengan mengambil perwujudan Empat Muka adalah simbolis pemegang Kekuasaan Pemerintahan yang dilukiskan dalam keempat buah tangannya”.

Catur Gophala memegang Aksmala/genitri, bermakna bahwa pusat segalanya adalah kesucian dan ilmu pengetahuan. Cemeti dan Sabet mengandung arti ketegasan dan keadilan harus ditegakkan oleh pemerintah. Cakra artinya barangsiapa yang melanggar hukum dan peraturan harus dihukum. Sungu artinya pemerintahan berpegang pada penerangan atau undang-undang. Tali pada badan simbol reinkarnasi, artinya mengetahui keadaan sebelum dan sesudah.

Catur Muka berwajah empat menghadap ke empat penjuru mata angin: Menghadap ke Timur (purwa) wajah Sanghyang Iswara, bermakna keputusan kamoksan atau Kebijaksanaan.

Sanghyang Brahma, menghadap ke arah Selatan (daksina) menjaga ketentraman (menghilangkan segala kejahatan, penyamun, menegakkan keamananan dan ketertiban). Sanghyang Mahadewa, menghadap ke Barat (pascima), dikenal juga sebagai Dewa Asung yang mengkaruniakan kasih sayang.

Sanghyang Wisnu, menghadap ke arah Utara (uttara), mempunyai kekuatan untuk menyucikan jiwa manusia “sahanning ras lara roga musna” (segala cacat yang menggangu di dunia termusnahkan), rakyat menjadi bersukaria, negeri aman, manusia gemar menjaga kesucian dan keindahan, negeri sejahtera sentosa.

Generasi muda dan warga kota yang tiap hari melewatinya, umumnya tidak lagi paham dan menangkap makna serta nilai-nilai tersebut. Demikian juga para pejabat pemerintahan yang berkantor di areal patung ini, kebanyakan awam terhadap makna filosofi dan konsepsi Catur Muka.

Mengingat semakin kaburnya ingatan terhadap makna filosofis dan konsepsi Catur Muka, tidakkah dirasa penting untuk disebarluaskan kembali? Mungkinkah filosifi dan konsepsi di balik Patung Catur Muka direvitalisasi untuk dijadikan pilar filosofis kewargaan dan pengembangan Kota Denpasar? [b]

Catatan: tulisan ini pernah dimuat Bali Post.

Tags: DenpasarSejarah
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Sugi Lanus

Sugi Lanus

Pembelajar. Pembaca lontar.

Related Posts

Ruang Baca di Tengah Menjamurnya Konsep Book Cafe

Menyelami Masa Lalu Melalui Fiksi Sejarah

25 October 2025
Ketimpangan Ruang dan Kelas di Pasar Badung

Ketimpangan Ruang dan Kelas di Pasar Badung

21 October 2025

Ancaman Kesehatan Pasca Banjir di Bali

8 October 2025
Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

Mengelola Dana Darurat Banjir Bali: Antara Potensi dan Transparansi

20 September 2025
Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

Mendata Bencana Banjir dengan Crowdsourcing

17 September 2025
Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

Pasar Badung Berwajah Mewah, Tukang Suun Kian Lelah, Perlindungan Susah

4 June 2025
Next Post
Menjelajahi Kuta Bali dengan Hotel Bujet Berikut Ini

Menjelajahi Kuta Bali dengan Hotel Bujet Berikut Ini

Comments 1

  1. Gusti Putu Gotama says:
    7 years ago

    Patung ini dibuat oleh Kakek (alm) I Gusti Karang Rangkus, Ayah I Gusti Made Rena (anggota Tim PPKD Dinas Kebudayaan Prof. Bali), dkk

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Pernyataan Sikap Forum Alumni Unud terhadap Kasus Meninggalnya TAS

Pernyataan Sikap Forum Alumni Unud terhadap Kasus Meninggalnya TAS

31 October 2025
Sekolah Inklusi, Bukan Sekadar Menerima, Tapi Siap untuk Semua Anak

Sekolah Inklusi, Bukan Sekadar Menerima, Tapi Siap untuk Semua Anak

31 October 2025
Festival Kekeruyuuuk: Wujud Perayaan Kesejahteraan Hewan dan Ekosistem Pangan

Festival Kekeruyuuuk: Wujud Perayaan Kesejahteraan Hewan dan Ekosistem Pangan

30 October 2025
Negoisasi Global untuk Pengurangan Produksi Plastik terus Berlangsung

Pengolahan Sampah Menjadi Energi Listrik Berpotensi Mengancam Lingkungan dan Keuangan Negara

30 October 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia