• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Sunday, June 15, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Pameran Encounter, Rimba Imaji Jana

AS Kurnia by AS Kurnia
17 June 2019
in Budaya
0 0
0

Jana menatah, menelusuri urat-urat spirit Muja, bapaknya.

Sosok Barong Bangkal menyambut kita saat memasuki ruang Titian Art Space, Ubud. Sosok itu merupakan patung kayu karya maestro I Ketut Muja (1944 – 2014), pematung dari desa Singapadu, Gianyar.

Sembilan patung kecil ditata di atas pustek. Ruangan tidak begitu besar, tapi pameran digarap sangat apik. Semua patung adalah karya I Wayan Jana, putra I Ketut Muja. Pameran bertajuk ‘Encounter’ ini berlangsung pada 11 Mei – 30 Juni 2019.

Jana lahir di Singapadu, sempat mengenyam pendidikan di Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar. Aktif berpameran dan meraih beberapa ‘Award’.

Gagasan-gagasan Jana dieksekusi pada berbagai jenis kayu seperti suar, panggal buaya, waru dan jati. Ada jejak patra yang ia tinggalkan di patung-patungnya, gaya yang dikembangkan pada kurun waktu 10 tahun ini.

Sebelum itu karyanya seperti gaya patung bapaknya. Sejak kecil dia memang belajar mematung kepada I Ketut Muja dan kerap terlibat di dalam proses pembuatan patung karya Muja sebagai asisten. Di ranah seni tradisi, artisan suatu hal yang lazim.

Ikon-ikon tradisi merasuk ke tubuh patung-patung Jana, semisal pepatran Bali. Patra ‘kakul-kakulan’, hasil stilasi dari rumah siput ditengarai sebagai patra dasar yang kemudian berkembang ke berbagai patra seperti ‘kuping guling’, ‘patra punggel’ dan ‘patra sari’.

Pepatran Bali terinspirasi oleh alam, antara lain dari tumbuhan dan binatang di samping terpengaruh oleh motif Mesir, Eropa dan China.

Bawah Sadar

Sumber inspirasi karya Jana juga didapat dari benda pakai yang ditemui di sekitarnya. Bentuk lain yang tersirat adalah citra tumbuhan dan binatang. Bentuk-bentuk itu bermutasi ke dalam benak Jana. Mengalami proses asimilasi dan mewujud serupa mutan, bentuk yang ganjil, muncul dari dunia imaji.

Pengalaman bawah sadar ikut berperan membentuk asosiasi atau interpretasi ketika melihat karya-karya ini. Gejala tersebut dapat dilihat pada karya ‘Harmony’. Batang bagian tengah patung ini – yang memisahkan perut dan leher – lebih kecil volumenya.

Nampak lentur seolah berfungsi menggerakkan tubuh. Mengingatkan pada gerakan ulat saat menggeser tubuhnya. Ada bentuk seperti sayap pada abdomen atau area perut dan di ujung ekor bukannya sengat yang ditatahkan tapi bentuk seperti daun waru atau hati.

Saya menyebutnya ‘seperti’ karena mencurigai bahwa ini mutan.

Pada pustek yang lain nampak sekilas seperti benih. Ada kecambah yang tumbuh pada biji. Berbagai bentuk menempel pada tangkai seperti susunan gigi, daun waru serupa simbol hati, bulatan dan bentuk runjung di ujungnya.

Asosiasi lain pada patung ini ialah citraan kelopak yang tengah membuka, gambaran sesuatu yang sedang berevolusi. Berproses ‘Tumbuh dan Berkembang’ untuk menjadi.

Ada tiga unsur yang mendasari karya Jana, yaitu bentuk bulatan, bentuk gigi atau taring dan hati. Masing-masing unsur memiliki makna. Dua bulatan menyimbolkan laki-laki dan perempuan (purusa-pradana), bentuk hati bermakna cinta atau kasih sayang serta gigi melambangkan kebaikan dan keburukan (rwa-bhineda).

Gigi atau taring bila digunakan untuk kebaikan dapat mengunyah makanan yang bermanfaat bagi tubuh dan pertumbuhannya. Sebaliknya bila digunakan untuk keburukan seperti menyerang dengan gigitan, ia dapat melukai, menciptakan celaka.

Ketiga unsur tersebut dirajut menjadi kesatuan bentuk.

Jana juga menuturkan perkara konsep yang melandasi proses kreatifnya. Menurutnya, semua yang ada di alam semesta berawal dari suatu ‘pertemuan’. Unsur pertemuan melahirkan kehidupan dan generasi, perkembangbiakan pada mahluk dan tumbuhan.

Sepasang Kekasih

Bagi Jana esensi utama pertemuan tersebut adalah ‘hubungan’ sebagai yang tersurat di dalam Tri Hita Karana. Relasi tersebut terjalin antara manusia dengan Tuhan, hubungan manusia dengan sesama dan manusia dengan alam atau lingkungan.

Tunas itu tumbuh pada batang yang menggembung menyerupai kapsul bagai bagasi penuh nutrisi. Terlihat dua figur dengan satu hati melekat pada satu tangkai, meliuk di samping selengkung cabang bermahkotakan kuncup bunga yang menghadirkan harmoni, sedangkan patra kakul-kakulan melingkar di rusuk tangkai memberi tekanan irama. Karya bertitel ‘Irama Hati’ ini mengungkapkan gejolak perasaan sepasang kekasih.

Pada sudut lain ada bentuk lingga berdiri tegak di celah dua payudara yang gembung dan terasa kenyal. Kesan kenyal timbul dari karakter material yang halus dan licin serta didukung efek pencahayaan.

Karya ‘Gairah Dara’ ini terasa sensual. Letak payudara terkesan seperti berada di buritan, sebagai pangkal patung yang membujur seperti perahu. Pada bagian haluan berbentuk gagang dengan posisi mendongak, menempel daun waru yang memiliki anatomi melekung dengan bagian lancip di ujungnya. Di badan gagang menancap deretan gigi.

Haluan ini mengesankan sebagai penghela, membawa seluruh citra visual di dalamnya berlayar di samudra interpretasi. Beragam asosiasi muncul dari patung-patung di ruangan tersebut. Jana menawarkan ruang imajinasi untuk kita masuki dan mengembara di dalamnya.

Karakter Muja memang berbeda dengan Jana. Karya Muja nampak liar. Urat-urat kayu yang menganga merajah sekujur Barong Bangkal, sangat ekspresif. Sensitivitasnya sangat tajam dalam membaca karakter kayu.

Anatomi karyanya sangat dinamis, menyisakan anatomi asal dan meleburnya dengan anatomi yang dibangunnya. Seperti dituturkan Jana, Muja bisa bercakap-cakap dengan kayu. Bisa membaca alur, lekuk dan laku kayu. Memiliki kebebasan dalam membentuk anatomi.

Jana sedang memahat Muja. Dia menatah, menelusuri urat-urat spirit Muja, mendengarkan percakapannya dengan kayu. Barong Bangkal menggerakkan kaki-kakinya, melangkah turun dari ‘singgasana’, meliukkan badan, menari mengikuti rentak suara pahat yang terus menatah, menggurat tubuh Muja, menyayat lebih dalam untuk menemukan rohnya.

Barong Bangkal terus bergerak dinamis dan ritmis. Tatahan-tatahan pahat semakin dalam. [b]

Tags: BudayaGianyar
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
AS Kurnia

AS Kurnia

AS Kurnia adalah pelukis kelahiran Semarang, 1960. Pada tahun 1990 bermukim di Bali. Telah beberapa kali pameran tunggal dan banyak terlibat dalam pameran bersama. Pernah meraih Penghargaan Pertama "Kompetisi Pelukis Muda Indonesia" pada tahun 1989 yang diselenggarakan oleh Institut Teknologi Bandung (ITB) bekerja sama dengan Alliance Francaise. Menulis di Koran Jayakarta, Dharma, Kartika Minggu, Suara Merdeka, Jawa Pos, dan Tribun Bali.

Related Posts

Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Gianyar dan Kekosongan Ruang Kolaborasi Kreatif

Kota Seni Gianyar dan Minimnya Ruang Kolaborasi Kreatif

5 June 2025

Bali Hampir Habis, Semenjana dan Tergantikan

4 January 2025
Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

Lebih dari Sekadar Wastra, Ragam Ekspresi di Roman Muka

22 July 2024
Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

Napak Tilas Konflik Tanah Desa Adat Bugbug

23 October 2023
Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

Klub Menulis Musik bersama Made Adnyana: Sisi Lain Dunia Musik

13 September 2023
Next Post
Terapis Spa Tanpa Sentuhan Massage ‘Bum-Bum’

Terapis Spa Tanpa Sentuhan Massage ‘Bum-Bum’

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

[Matan Ai] Bali dan Pembusukan Pembangunan

Penciptaan Ancaman di Pulau Para Jagoan

14 June 2025
Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

Menimbang Program Ecobrick di Sekolah Jembrana

13 June 2025
Budaya Ngayah Makin Langah

Budaya Ngayah Makin Langah

13 June 2025
Temu Teknologi di Serangan

Temu Teknologi di Serangan

12 June 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia