Pernah dengar lagu Bali Tolak Reklamasi?
Bisa jadi inilah lagu paling populer di Bali saat ini. Dari anak-anak sampai orang tua fasih menyanyikan refrain lagu ini, “Sayang Bali… Tolak Reklamasi… Bangun Bali kita dibohongi. Rusak Bumi dan anak negeri..”
Selain karena isu menolak reklamasi sedang menjadi debat panas di Bali juga karena lagu ini diputar berulang-ulang oleh salah satu stasiun televisi lokal.
Nosstress, setahu saya, adalah band yang mula-mula mengenalkan lagu ini pada masa awal muncul gerakan menolak rencana reklamasi di Teluk Benoa, Kuta Selatan. Rencana reklamasi seluas 838 hektar itu kawasan konservasi. Saat itu, kami menggalang aksi tanda tangan warga di Lapangan Renon, Denpasar diiringi gitar Tjok, Angga dan Gunawarma alias Kupit, para personel Nosstress.
Setelah direkam oleh musisi yang tergabung dalam Forum Rakyat Bali Tolak Reklamasi (forBali), lagu itu makin populer. Tak hanya di televisi dan media sosial YouTube tapi juga kehidupan sehari-hari. Anak-anak kecil, mungkin termasuk anak, adik, atau tetangga Anda, hafal lirik sederhana tersebut.
Lagu tersebut memang bukan ciptaan Nosstress tapi karya Agung Alit, aktivis bangkotan di Bali. Namun, kesederhanaan lirik lagu memang bagian dari perjalanan Nosstress. Dalam album Perspektif Bodoh mereka menawarkan kesederhanaan musik dan lirik tersebut. Ada Mengawali Hari, Hiruk Pikuk Denpasar, Tak Pernah Terlambat, dan semacamnya yang lirik dan musiknya sederhana tapi penuh makna.
Ini hanya sekadar contoh lirik dalam Mengawali Hari diiringi suara dan gitar Angga, gitar dan suara Kupit, plus pukulan kahone dan tiupan harmonika Tjok, “Apa yang kita rasa, apa yang kita lihat, apa yang kita alami, semua karena kita sendiri.. Karena kita sendiri..”
Kesederhanaan juga terlihat ketika mereka tampil langsung. Trio ini cuma berkaos oblong, bercelana pendek, dan bersandal. Biasa banget meskipun pelan-pelan mereka kini musisi utama dalam acara-acara musik di Bali.
Baiklah, daripada panjang lebar ngomongin orang lain, mending kita tanya saja langsung mereka dalam wawancara yang kadang pertanyaannya basi banget dan sebagian dijawab dengan ngaco ini.
Tentang Band dan Personelnya
Jadi, bagaimana dulu kalian mulai bikin band ini? Jelaskan secara kronologis dengan prinsip 5W + 1H. :p
Kapan? Nosstress terbentuk sekitar tahun 2008. Tapi dari tahun 2007 sudah mulai main musik dengan nama yang berbeda, dan jumlah personel berbeda juga. Sebanyak 7 orang, dengan nama Croccourt Acoustic.
Mengapa? Ini seperti ditanya ‘mengapa makan?’
Siapa? I Komang Gunawarma, diploma kampus komputer; Nyoman Angga Yudistha, Diploma sekolah pariwisata; dan Tjokorda Bagus Pemayun, Sarjana Hukum.
Di mana? Pemuda Karangasem, Denpasar dan Gianyar, bertemu di Denpasar.
Apa? Ga apa-apa deh.
Bagaimana? Kami sekolah di SMA yang sama, namun beda angkatan. Memutuskan main musik bersama karena memang kepingin. Jawaban ini standar sekali? Biarin. Yang penting jawabnya jujur.
Kenapa namanya Nosstress?
Ketika orang hanya mendengar kata nosstress tanpa melihat penulisannya, pasti langsung menyimpulkan bahwa yang mereka dengar adalah no stress. Tujuan awal memang ingin membuat nama sesuai dengan arti no stress, yaitu tanpa tekanan.
Kalo anak muda sekarang bilang ‘relax’ atau ‘chillin’ ahhh itulah pokoknya. Tapi tulisan ‘no stress’ menurut kami ga keren. Keren didenger, tapi biasa aja kalo ditulis. Jadi kami tambahin ‘s’ dan disambung. Jadinya nosstress. Setelah dicek katanya sih artinya malah ‘our stress’ dalam bahasa Spanyol.
Ya cocok juga sih karena lagu kami kebanyakan adalah tumpahan stress dari masing-masing pribadi personel. Pokoknya dicocok-cocokin aja dah.
Bagaimana kalian bertiga bisa bertemu dan bikin band ini?
Udah dibilangin kami temen satu SMA kan? Pertanyaannya diulang-ulang kayak wartawan TV oon nih.
Tapi demi menjawab rasa penasaran khalayak. Kami akan tetap jawab.
Kami teman satu SMA. Cuman beda angkatan. Gunawarma dengan Tjok adalah teman sekelas. Sedangkan Angga adik kelas mereka. Kebetulan Angga dan Gunawarma adalah sepupu. Jadi bapaknya Gunawarma punya adik, kemudian adiknya itu punya keponakan, yaitu Gunawarma. Kemudian Gunawarma punya paman, nah pamannya ini punya adik perempuan, adik laki-laki dan juga kakak laki-laki. Adik perempuan dari pamannya Gunawarma inilah ibunya si Angga. Simpel.
Apa sih kegiatan kalian sehari-hari selain bermusik?
Gunawarma: pengangguran, tapi lebih sibuk daripada orang dengan pekerjaan tetap yang doyan lembur.
Angga: pengangguran, enggak sibuk. Tapi selalu bilang sibuk, biar keren.
Tjokorda Bagus: pengusaha fashion. Pemborong interior. Pelukis foto wajah. Penggiat komunitas motor tua. Terlihat banyak kegiatan. Namun tidak pernah melewatkan tidur siang.
Bagaimana kalian berbagi peran dalam band?
Untuk pembagian peran dalam band, kami tidak terlalu susah. Karena masing-masing sudah pas kesukaannya dari awal. Gunawarma suka bernyanyi dan bermain gitar, jadi dia ditempatkan pada rhythm. Angga suka bernyanyi juga gemar bermain melodi, jadi mengambil posisi lead guitar. Tjok selain bernyanyi memang gemar bermain perkusi. Jadi dia percussionist.
Apa saja album yang sudah pernah kalian buat?
Album perdana kami bertajuk ‘Perspektif Bodoh’ yang dirilis pada tahun 2011. Dan kini sedang memproses album kedua.
Hasil penjualannya sudah bisa dipakai biaya nganten belum?
BISA!!!!
Seandainya saja menikah tidak melibatkan banten yang selalu diperdebatkan para tetua tentang porsinya. Seandainya banten bukan ajang pembuktian kemampuan finansial. Seandainya banten tidak selalu dimodifikasi keindahannya demi menunjang ‘mata pariwisata’, tentunya dengan hasil penjualan album kami sudah mempunyai biaya untuk nganten.
Tentang Karya
Lagu-lagu kalian enak didengar. Liriknya juga asyik. Apakah memang sengaja dari awal begitu?
Terima kasih pujiannya. Dari awal kami bertemu sepertinya tidak ada kata sengaja. Semua dibiarkan berproses dengan sendirinya.
Kenapa bisa memilih tema-tema seperti itu?
Berbicara berdasarkan apa yang kami alami, lihat, dengar dan kami rasakan. Tidak ada pemilihan tema. Semua karya yang keluar adalah wujud dari proses hidup masing-masing personel.
Dan sepertinya memang kita harus betul-betul memahami hal yang sederhana baru kemudian berbicara yang rumit dan berkelit-kelit, bukan?
Bagaimana proses bisa nemu ide dan melahirkan lagu dengan liri-lirik sederhana tapi penuh cinta, eh, makna tersebut?
Kami harus mencari 838 mata air dari seluruh telaga di Indonesia. Kemudian meramunya dengan sisik naga yang berwarna emas. Semua harus melewati proses distilasi yang berulang, hingga memperoleh tingkat kemurnian 100%. Hasil distilasi kemudian diteteskan pada segelas minuman marimas rasa mangga. Diminum sekali setahun.
Siapa yang berperan banyak dalam membuat lirik lagu? Dari mana idenya?
Gunawarma penyumbang lagu terbanyak hingga saat ini. Idenya dari ‘pawisik’.
Apa yang ingin kalian sampaikan lewat lagu-lagu kalian?
Apa yang kalian dengar? [Ini ditanya kok malah tanya balik. :p]
Lagu Bali Tolak Reklamasi itu keren sekali. Bagaimana ceritanya bisa bikin lagu keren begitu?
Bermula dari penolakan masyarakat Bali terhadap reklamasi Teluk Benoa yang akan mengurug hampir 850 hektar lautan Teluk Benoa. Seorang kawan, yaitu Agung Alit menulis naskah awal lagu Bali Tolak Reklamasi kemudian dipermulus liriknya dan ditambah nadanya oleh Gunawarma. Kemudian dikeroyok eksekusi lagunya oleh beberapa kawan musisi di Bali dan juga luar Bali.
Lagunya menjadi keren karena menyuarakan kebenaran. :p
Kenapa kalian juga bisa aktif di gerakan menolak reklamasi Teluk Benoa?
Berangkat dari keresahan masing-masing. Siapa yang tidak resah jika tanah di mana tempatnya hidup terancam bahaya? Tanah di mana kita dan orang-orang yang kita cintai hidup. Dan tanah yang akan kita wariskan kepada generasi berikutnya.
Reklamasi Teluk Benoa tidak hanya akan menimbulkan bencana ekologi namun akan merusak tatanan kehidupan masyarakat. Memperkaya yang sudah luar biasa kaya, menyingkirkan yang miskin maupun setengah miskin, bahkan yang setengah kaya.
Dan kami tak perlu menjadi siapa-siapa untuk mempertahankan lingkungan kami. Tidak perlu menjadi nosstress atau apapun. Kami hanya perlu menjadi individu yang sadar tentang apa itu kekayaan yang sesungguhnya. Ialah alam raya.
Tentang Ide
Bagaimana pendapat kalian tentang musik indie di Bali?
Masing-masing memiliki ciri khasnya. Dan kami percaya proses pembentukan idenya pasti dipengaruhi oleh gejolak keadaan di masing-masing daerah. Yang bicara jujur akan lebih mengena, dan yang mengcopy gaya dan lain-lainnya akan kentara kemudian tenggelam.
Bagaimana pendapat kalian tentang pembajakan?
Pembajakan tentu saja sangat merugikan. Pembajakan ini wujud tidak menghargai usaha keras musisi. Apalagi musisi yang berjuang sepanjang hidupnya untuk membayar dan memproduksi sendiri karya mereka. Namun di era di mana pembajakan sangat mudah dilakukan, musisi memang tidak mampu membendung laju pembajakan, melainkan harus terpaksa mensyukurinya dengan analogi mungkin orang yang tidak mampu membeli karya mereka terpaksa membajak untuk dapat mendengar karyanya.
Btw, musik kalian jadi korban pembajakan juga apa tidak?
Sejauh ini kami belum menemukan lagu kami beredar di pedagang kaki lima. Namun sudah banyak menemukan link download gelap dan juga CD yang dicopy oleh pendengar melalui mp3 lagu kami yang telah dicopy ke computer, kemudian beredar kembali ke temannya, kemudian teman yang lainnya lagi. Bukan untuk dijual, tapi dinikmati sendiri. Syukur dan tidak syukur dari kami.
Bagaimana kalian menilai kondisi Bali saat ini dari sisi lingkungan, sosial dan budaya?
Promosi pemerintah yang tetap menyanjung alam Bali ini kami lihat adalah sebuah kebohongan yang berbahaya. Pemerintah tidak mau mengakui bahwa alam bali ini sudah bopeng. Dikeruk di sana sini demi materi. Ini sangat berbahaya, karena orang yang termakan wacana keindahan ini akan tetap tenang dan melihat kegiatan pengrusakan alam sebagai hal yang biasa dan kegiatan kecil, karena dalam pikirannya terukir bahwa Bali tetap indah.
Kehidupan sosial budaya masyarakat Bali sangat dipengaruhi oleh agama. Namun seperti yang kita lihat saat ini, agama pun dimanfaatkan sebagai barang dagangan, atau pendukung barang dagangan oleh banyak pihak. Kehidupan sosial terkadang menjadi rancu oleh adat istiadat. Kemudian budaya menjadi berkembang berlebihan hingga salah kaprah kemudian memberatkan hidup umatnya. Dan semua demi menunjang pariwisata yang mendatangkan uang bagi para penguasa dan pengusaha.
Seandainya hubungan vertikal dengan hubungan horizontal mampu diberi batasan dengan jelas, mungkin harmoni akan tercapai.
Bagi kalian, pariwisata itu berkah atau musibah?
Musibah, apabila manusia berpikir bahwa wujud dari berkah selalu adalah uang atau materi.
Terakhir, siapa yang berencana nganten dalam waktu dekat? :p
Doakan saja, Mas. Hahaha.. [b]