Para wisatawan datang ke Bali untuk melihat keindahan budaya dan alamnya.
Tapi, bagaimana jika yang mereka lihat adalah sampah berserakan, bau busuk menyengat hidung dan perilaku para pedagang kaki lima-nya yang seperti preman?
Hal itu saya lihat berulangkali di tempat ini. Penelokan, salah satu destinasi wisata yang terletak di Kecamatan Kintamani, Kabupaten bangli. Miris, kalau dilihat dari potensi alam yang ada, dan kesalahan dalam mengelolanya. Pemandangan Gunung Batur dipadu dengan adanya Danau Batur serta kaldera yang membentang mengitarinya merupakan keajaiban.
Contoh kebesaran ciptaan Tuhan.
Tapi beberapa tahun belakangan semuanya berubah. Area penelokan yang dulunya menyumbang sebagian besar kunjungan wisata di daerah Bangli, kini bergeser sudah. Tak ada lagi antrean bis yang parkir di daerah itu. Jika adapun itu hanyalah sisa dari gaung masa lalu.
Para wisatawan yang datang ke sana seperti tersesat. Mendapati cerita para kakek buyut mereka tentang keindahan yang ternyata hanya masa lalu.
Beberapa kali saya dapati penyesalan di wajah mereka. Ketika melihat sampah yang memenuhi area parkiran. Bau busuk ditimbulkan oleh sisa makanan yang dibuang beberapa hari yang lalu. Sebab di tempat ini, setiap pagi dijadikan pasar tradisional.
Jadi di siang hari para wisatawan mendapati sisa-sisa dari pasar di pagi hari. Belum lagi serbuan para pedagang kaki lima yang berhamburan merebut setiap wisatawan yang baru saja mau turun dari bus, persis seperti acara pembagian sembako.
Belum lagi kemacetan yang ada. Sebab para pengendara mobil dibiarkan berhenti di sembarang tempat. Bahkan di tempat di mana ada tanda di larang parkir.
Di seberang jalan, ada satu lagi potensi yang perlahan tenggelam. Beberapa gua peninggalan penjajahan Jepang yang seharusnya menjadi salah satu daya tarik wisata, malahan kini berubah fungsi menjadi gudang. Tempat penyimpanan meja dan kursi dari para pedagang.
Karena keadaan ini, perusahaan travel tempat saya bekerja, dan juga beberapa agen lainnya, kini meniadakan Penelokan sebagai salah satu paket wisatanya. Hal ini merupakan peringatan bagi kita.
Saya sebagai bagian dari masyarakat Bangli, Kintamani khususnya merasa prihatin. Bahwa pemerintah harusnya lebih peka terhadap keberlangsungan setiap objek yang ada. Bila perlu menciptakan objek-objek wisata baru. Bukan malah membunuhnya!!! [Putu Ardana]