• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Tuesday, May 13, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Budaya

Nak Jawa Belajar Bahasa Bali

Anton Muhajir by Anton Muhajir
4 February 2008
in Budaya, Opini
0 0
3

Oleh Anton Muhajir

Jawa dan Bali itu memiliki karakter yang tidak jauh beda. Misalnya soal feodalisme. Menurut saya keduanya memiliki budaya yang bertingkat-tingkat dalam interaksi, termasuk soal bahasa. Kalau di Jawa, terutama Mataraman alias Jawa Timur bagian barat daya dan Jawa Tengah bagian selatan serta Yogyakarta, masyarakatnya mengenal tingkatan dalam bahasa, maka begitu pula Bali. Berbicara dengan orang yang lebih tua harus menggunakan tingkat bahasa lebih halus dibanding dengan bahasa untuk orang yang sepantaran.

Setahu saya ini berbeda dengan bahasa Melayu atau bahasa Indonesia yang tidak ada tingkatan bahasanya. Jadi kita bisa menggunakan bahasa yang sama untuk siapa saja dengan bahasa Melayu.

Selain soal tingkatan, bahasa Jawa dan Bali juga memiliki banyak kata yang sama. Lucunya kadang-kadang tingkatan bahasa ini bisa bertolak belakang. Di Jawa adalah bahasa halus, di Bali justru bahasa kasar. Atau di Bali bahasa halus, padahal di Jawa itu bahasa kasar. Ada beberapa contoh. Tapi kok saya lupa ya sekarang. Hehehe..

Lalu balik ke topik awal. Kesamaan bahasa Bali dan Jawa itu yang memudahkan saya, sebagai nak (orang) Jawa, untuk belajar bahasa Bali. Kata-kata yang sama artinya itu seperti mulih (pulang), sugih (kaya), dan lain-lain. Ada pula kata yang mirip di pengucapan dan bermakna sama meski beda tingkatan. Misalnya medahar (kasar di Bali) yang sama dengan dahar (halus di Jawa). Arti kata ini sama yaitu makan, namun beda di tingkatan bahasanya.

Nglantur dari topik sedikit. Soal tingkat bahasa itu, menurut saya, memang hal paling lucu dari feodalisme Jawa dan Bali. Kadang-kadang ada orang yang merasa direndahkan hanya gara-gara penggunaan bahasa untuk tingkat lebih rendah, padahal artinya sama.

Ada contoh lucu yang pernah ditulis almarhum Made Kembar Karepun, salah satu intelektual di Bali soal bahasa ini. Kalau tidak salah begini. Seorang dari kasta lebih tinggi (Ksatria) pernah menuntut seorang yang berkasta lebih rendah (Sudra) gara-gara orang Sudra itu menggunakan kata ngamah (artinya makan) untuk orang Ksatria. Kasus ini benar-benar terjadi pada tahun 1940an.

Oleh hakim, yang kebetulan orang Batak, si Ksatria itu ditanya kenapa kok keberatan. Dijawab olehnya bahwa kata ngamah itu sangat kasar. Menurut si Ksatria, seharusnya si Sudra menggunakan kata ngajeng, bukan ngamah, untuknya.

“Apa artinya ngajeng?” tanya hakim.

“Makan,” jawab si Ksatria.

“Lalu artinya ngamah?”

“Makan juga.”

“Lha kalau artinya sama-sama makan, kenapa Anda mesti marah,” kata si hakim. Lalu Sudra itu pun divonis bebas.

Ilustrasi ini hanya menggambarkan bahwa tingkat bahasa Bali, seperti halnya bahasa Jawa, seringkali memang jadi masalah. Begitu pula bagi saya yang belajar bahasa Bali.

Dari pertama tinggal di Bali, sejak Juni 1997, saya tinggal di Denpasar. Bahasa gaul di Denpasar cenderung singkat, tidak lengkap. Mungkin ini erat kaitannya dengan budaya kota yang serba cepat. Maka pengucapan bahasa pun demikian. Contohnya pengucapan kata pipis yang artinya uang. Oleh orang Denpasar hanya jadi pis, hilang pi-nya. Jadi yang semula mirip orang kencing (pipis) jadi orang yang cinta damai (pis). Hehe..

Contoh lain adalah lakar (akan). Orang Denpasar cuek bebek menyebut kal. Artinya sama saja yaitu akan atau mau. Contoh kalimatnya begini, “Lakar kija?” atau “Mau ke mana?” bisa jadi hanya, “Kal kija?”. Dan masih banyak lagi contoh lain. Intinya bahasa di Denpasar cenderung singkat dari kata asli dan lebih kasar dibanding, misalnya, Gianyar dan Bangli.

Bagi saya, ini kadang jadi masalah. Kalau bicara dengan orang Bali yang kira-kira sepantaran sih tidak jadi soal. Saya bisa dengan cuek pakai bahasa Bali ala Denpasar ini. Tapi saya tidak cukup PD kalau ngomong Bali ala Denpasar ini dengan orang yang lebih tua. Misalnya dengan mertua atau kaken nenek saya, yang orang Bali. Dengan mereka, saya lebih sering pakai bahasa Indonesia. Takut saja sih dipikir, “Dasar mantu kurang ajar. Sudah dikasih anak, masak masih saja pakai bahasa kasar?” Hehehe..

Cara paling mudah untuk belajar bahasa Bali, menurut saya, adalah dengan praktik langsung. Kalau ketemu sama teman yang asli Bali, saya pakai bahasa Bali. Bahasa adalah soal kebiasaan.

Masalahnya, tidak sedikit juga teman orang Bali yang malas pakai bahasa Bali. Entah kenapa orang Bali sendiri, terutama sesama cewek muda, lebih suka berbicara dengan temannya dalam bahasa Indonesia meski sama-sama orang Bali, apalagi sama nak Jawa.

Ada yang lebih lucu lagi. Beberapa teman saya yang orang Bali dan pernah tinggal di Jawa, justru lebih suka ngomong pakai bahasa Jawa dengan saya. Mereka sih rata-rata kuliah di Yogyakarta, Malang, atau Surabaya. Meski saya sudah ajak ngomong pakai bahasa Bali, tetap saja mereka pakai bahasa Jawa. Alhasil, bahasa Bali saya pun makin tidak berkembang.

Jadinya ya, sori gen nah. Hahaha..

Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

matan AI

Intelektual Blangko

11 May 2025
Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

10 May 2025
Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

9 May 2025
KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

9 May 2025
Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
José: Realita Suram Kaum Marginal di Amerika Latin

José: Realita Suram Kaum Marginal di Amerika Latin

7 May 2025
Next Post

Mengolah Sampah Secara Sederhana

Comments 3

  1. lode says:
    17 years ago

    cakcak cang ci di kasur. hehe…

    Reply
  2. celepuk says:
    17 years ago

    sante gen ton, mani cang ngomong basa bali ajak ci….

    Reply
  3. meonx says:
    17 years ago

    Dahar dalam bahasa Jawa dan Medaar dalam bahasa Bali memiliki kadar nilai sopan-santun yang sama. Medaar bukan bahasa kasar, tapi bahasa umum seperti halnya makan dalam bahasa Indonesia.
    Dereng dan durung dalam bahasa Bali memiliki tingkat kesopanan yang terbalik dengan dhereng dan dhurung dalam bahasa Jawa. Dalam bahasa Jawa, dhurung lebih kasar dibanding dhereng.
    Bahasa Bali banyak berakar dari bahasa Jawa, baik kromo maupun inggil. Namun dalam perjalanannya banyak tercampur dengan bahasa lokal penduduk “asli”. Dalam beberapa hal, bahasa Kawi dan sansekerta juga turut memperkaya kosakatanya.
    Saya sendiri pernah ditertawai oleh teman-teman kuliah saya ketika menyatakan hendak belajar bahasa Jawa alus karena malu dengan bahasa Jawa kasar ala Suroboyo-an.
    Seandainya kita sadar fakta bahwa Belanda bisa menaklukkan Aceh dengan cara mengirim Snouk Hugronje untuk belajar budaya dan bahasa Aceh.

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

matan AI

Intelektual Blangko

11 May 2025
Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

Merawat Kreativitas dan Kebebasan Berpikir Anak Muda Melalui Muruk dan Nutur

10 May 2025
Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

Jangan Panik, Lakukan Ini Ketika Terjadi Pemadaman Listrik

9 May 2025
KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

KB Krama Bali Bebankan Perempuan Secara Fisik dan Mental

9 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia