Bentara Budaya kembali mengadakan diskusi dan pemutaran film Bali Tempo Doeloe.
Kali ini kegiatan bulanan yang keduabelas tersebut mengambil tajuk Mistik dan Turistik Bersisian di Nusa Penida.
Diskusi rutin ini akan diselenggarakan pada Kamis (24/7) di Bentara Budaya Bali (BBB) Jln. Prof. Dr. Ida Bagus Mantra No.88A, Ketewel, Gianyar.
“Bali Tempo Doeloe seri ini akan mengulas perihal sejarah Nusa Penida berikut perkembangannya di masa kini, baik dalam lingkup kebudayaan, sosial, ekologi dan ekonomi, melalui putar film dan diskusi bersama narasumber,” ungkap Juwitta Lasut, staf BBB.
Sebagai narasumber, hadir Ida Bagus Sidemen, sejarawan dan budayawan yang telah menulis berbagai buku, dan I Dewa Wicaksana, dosen Fakultas Seni Pertunjukan Institut Seni Indonesia (ISI) Denpasar.
Sebelum menjadi kawasan wisata dengan eloknya pemandangan alam beserta kekayaan biota bawah lautnya, tentu tidak banyak kalangan yang mengenal Nusa Penida. Pulau di sisi tenggara Bali ini bahkan mulanya merupakan wilayah asing. Pada abad ke-18 difungsikan sebagai penjara bagi para tahanan dari Kerajaan Gelgel.
Lain dari itu, pulau yang kini menjadi bagian dari Kabupaten Klungkung ini sebenarnya diyakini sebagai lokasi bersemayam para Dewata dengan daya magis luar biasa. Maka, penduduk Bali menyeberang selat Klungkung setiap waktu guna memohon keselamatan, kesehatan, dan bahkan kesejahteraan, baik di Pura Penataran Dalem Ped, Pura Ratu Gde Mecaling, Goa Giri Putri, ataupun situs-situs religi penting lainnya.
Ada cerita menarik dari pendirian pura-pura tersebut yang membuktikan betapa Nusa Penida dipercaya menyimpan tuah magis yang kuat. Di antaranya kisah seputar Pura Ratu Gde Mecaling yang lokasinya berdekatan dengan Pura Penataran Dalem Ped.
Menurut lontar Babad Dalem, pura ini (Penataran Dalem Ped) dibangun pada abad ke-14 tatkala rakyat Nusa Penida menentang kekuasaan Dalem Waturenggong, seorang raja Gelgel tersohor. “Di bawah pimpinan Dalem Bungkut, mereka mengadakan perlawanan, meskipun dengan mudah dapat dipatahkan oleh pasukan Gelgel, yang selanjutnya mendirikan perwakilan kekuasaan Gelgel di Nusa Penida,” ungkap Putu Aryastawa, staf BBB.
Lebih lanjut Putu menjelaskan bahwa guna menjaga agar Nusa Penida tidak diganggu oleh pihak Gelgel, rakyat setempat pun membangun Pura Ratu Sakti Ped sebagai medium memohon kekuatan roh Ratu Gde Mecaling dari Dewi Durga.
Konon, roh Ratu Sakti tersebut dapat menyeberang ke pulau Bali untuk membinasakan siapa saja yang berniat mengganggu Nusa Penida. Inilah hal yang membuat rakyat Bali di sepanjang pantai selatan (Klungkung, Gianyar dan Badung) merasa amat takut pada kekuatan mistik ini.
“Kekuatan mistik tersebut kini bersisian dengan kekuatan turistik yang menyerbu pulau Nusa Penida, tecermin dari perkembangan pariwisata di wilayah Nusa Penida, Nusa Ceningan dan Nusa Lembongan,” tutup Putu.
Selain pada umat yang berdoa memohon berkah di pura-pura, Nusa Penida kerap didatangi para wisatawan yang hendak berlibur serta menikmati keindahan alamnya. Satu sisi pura-pura mengumandangkan puja mantra, di bagian lainnya terdengar alunan musik modern dan riuh riang wisatawan berbagai negara. [b]