
Apa yang ada di benakmu terkait Pemilu tahun ini? Banjir informasi didominasi akun-akun buzzer dengan berbagai gimmick Pemilu terutama tim kampanye calon presiden-wakil presidennya.
Gemoy, asam sulfat, samsul, abah, penguin, adalah beberapa kata-kata trending atau sengaja di-up dalam berbagai konten-konten politainment. Ini adalah istilah untuk menunjukkan strategi kampanye yang mengutamakan hiburan ala infotainment tinimbang substansi visi dan misi atau program kerja.
Bagaimana caranya anak muda bisa menunjukkan opininya tentang Pemilu alih-alih terintimidasi tim buzzer? BaleBengong mencoba mengajak anak muda di Bali menyampaikan suaranya dengan meronce pada 16 Januari 2024, diikuti lebih dari 10 orang.
Meronce dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI) dirujuk sebagai mengarang bunga; menguntai. Memanfaatkan kerajinan yang sedang tren di kalangan remaja saat ini, menguntai manik-manik menjadi gelang, kalung, dan lainnya.

Bagaimana suara anak muda ini bisa ditunjukkan dalam ronce? Manik-manik berbentuk huruf pun dirangkai menjadi berbagai kata yang paling menunjukkan keresahan mereka.
Sebelum mulai menentukan kata-kata sesuai hati nurani mereka, ada brainstorming membuat teka teki silang (TTS) permainan kata-kata yang tak pernah lekang zaman ini.
Tiap peserta membuat TTS-nya sendiri kemudian diberikan ke rekan lainnya untuk saling menjawab. Salah satunya berikut. Yuk ikut main. Tinggal ketik huruf-hurufnya lalu enter setiap pertanyaan yang sudah dijawab. Jika huruf warna hijau berarti benar, jika merah berarti salah. Jika sudah selesai, enter, dan dapatkan bintang sebagai tanda berhasil.
Teja, salah satu peserta membuat untaian manik dengan kata-kata “bakso intel” dan “dinasti politik” dua hal yang menarik perhatiannya. Ia sedang menelusuri sejumlah pejabat yang memanfaatkan trah keluarga dalam berbagai lecel pencalonan di Pemilu 2024 ini di Bali.
“Gelang bakso intel ini akan saya kasi ke dagang baksonya,” serunya tertawa. Ia menunjukkan gerobak bakso dengan tulisan demikian yang diptretnya.
Sementara itu Yuko memilih teks “revisi UU ITE” karena pasal-pasal karetnya masih dijadikan senjata mengkriminalisasi pengkritik pejabat. Misalnya kasus Fatia-Haris yang baru saja divonis tidak bersalah setelah dikriminalisasi oleh menteri LBP.
Mereka mengakui tak mudah berkomentar kritis karena mudah dibully buzzer dalam berbagai postingan yang mengusik. Karena itu perlu ruang-ruang aman dan pendekatan baru untuk mendorong hadirnya suara-suara alternatif agar wacana Pemilu tak hanya dikomando tim kampanye.
Kamu punya cara lain?
situs mahjong