“Anak muda mesti berani keluar desa! Miliki pengalaman yang luas dan jangan jadi katak dalam tempurung!” Seperti itulah pesan para tetua terdahulu yang mencoba memotivasi anak muda agar berani berproses di luar desa.
Tinggal dan bekerja di desa dianggap zona terlalu aman, nyaman. dan sudah dianggap ketinggalan zaman. Sehingga tidak bisa dipungkiri, banyak anak muda dari desa yang memutuskan untuk kuliah maupun bekerja di luar desa. Di satu sisi, dinamika ini sesungguhnya positif dalam hal mengembangkan kompetensi anak muda desa di tengah tantangan ke depannya. Namun di sisi lain, dinamika ini juga tak luput membuat anak muda menjadi jarang berdaya dan ogah mengabdi kembali untuk desanya.
Sehingga dari dinamika ini, pernyataan menyentil pun muncul kepada generasi muda hari ini, yakni: “Anak Desa kok ogah balik lagi ke Desa?” Salah satu desa yang mengalami fenomena tersebut adalah sebuah desa di Kabupaten Klungkung, Bali, bernama Desa Akah.
Terlebih dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, membuat anak muda di Desa Akah juga tidak bisa lepas dari eksistensi gawai atau gadget. Tak ayal ketika melihat suasana banjar atau balai desa hari ini, pemandangan anak muda yang lebih asik bercengkrama dengan gawainya, akan lebih banyak terlihat dibandingkan anak muda saling bergaul dengan sesamanya. Secara tidak langsung, hal ini juga membawa sifat ketergantungan anak muda terhadap gadgetnya dan apatis terhadap kegiatan yang berlangsung di banjar atau desanya.
I Putu Harrystya Sukmadiarsa selaku pemuda di Desa Akah membenarkan fenomena ini terjadi secara gamblang. Sudah hal yang wajar, apabila gawai atau HP menjadi benda wajib yang selalu dibawa kapanpun dan di manapun ia berada. Terlebih dengan kegiatan pemuda yang mulai redup diadakan di banjar atau desa beberapa tahun terakhir pasca pandemi, membawa HP untuk mencari Wifi menjadi motivasinya ketika sesekali datang ke banjar. Mahasiswa Jurusan Hukum dari kampus Universitas Ngurah Rai ini menuturkan, padatnya aktivitas kampus serta kurang aktifnya kegiatan pelatihan yang melibatkan unsur pemuda di lingkup desa, menjadi alasan dirinya jarang pergi ke banjar. Pria yang lebih akrab disapa Harrys ini juga menambahkan, kegiatan terakhirnya bersama para pemuda adalah saat upacara pengerupukan di tahun 2023 lalu.
“Kegiatan banjar terakhir yang saya ikuti bersama teman-teman adalah saat pengerupukan di Maret tahun 2023 lalu.” ungkapnya. Perkembangan zaman yang diiringi dengan pesatnya kemajuan teknologi dan informasi, membuat anak muda di desa dituntut untuk dapat mengimbangi kondisi yang ada. Budaya kumpul-kumpul dan berdaya untuk desa pada akhirnya secara perlahan mulai ditinggalkan. Demi memenuhi kebutuhan ekonomi dan sosial yang semakin menekan. Anak muda desa yang sudah dapat merasakan keluar desa seperti Harrys, pada akhirnya lebih memilih untuk memprioritaskan urusan di luar desa. Biasanya karena urusan perkuliahan atau pekerjaan. Bahkan ketika ada wacana acara untuk kumpul di desa, sebagian besar dari mereka akan menjawab, “nanti saja, saat menjelang masa pengerupukan.”
Meskipun demikian, ternyata masih ada anak muda Desa Akah yang rajin turut serta di kegiatan pemuda. Beberapa di antaranya juga peka terhadap kondisi hari ini dan memiliki keinginan kuat untuk mengaktifkan kembali ruang pemuda desa seperti pada tahun-tahun sebelumnya. Ni Luh Komang Sri Noviani menjadi salah satunya. Sebagai seorang pemuda yang aktif sebagai Wakil Ketua 2 Sekaa Truna Dharma Laksana, Banjar Gingsir, Desa Akah, mengungkapkan situasi kegiatan pemuda di banjar pada masa sekarang. Dibandingkan pada masa dahulu yang memang sangat jauh berbeda. Jika boleh kembali ke masa lalu, Novi yang kelahiran tahun 1996 merindukan meriahnya aktivitas anak muda di Desa Akah, baik pada kegiatan banjar atau balai desa.
Ketika ia masih kecil, Novi juga menceritakan bagaimana situasi banjarnya yang kerap diisi kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang kesenian, kebudayaan serta olahraga. Tidak jarang juga, desa mengadakan lomba-lomba antar sesama banjar yang dikemas dalam bentuk Pekan Olahraga dan Seni Tingkat Desa (Porsenides).
Namun di era saat ini, jangankan mengadakan dan mengikuti lomba-lomba, pemuda untuk datang ke banjar saja biasanya masih semangat 45. “Maksudnya jika tidak ber-4 orang pasti yang datang hanya 5 orang saja,” ungkap Novi. Untuk itu, Novi berharap kedepan pemerintah desa bisa menyediakan wadah pelatihan dan pendidikan yang lebih intens lagi guna mampu menarik minat dan memberdayakan kompetensi anak muda di Desa Akah seperti dulu kala.
Kondisi Banjar Pekandelan, Desa Akah Klungkung dulu (Kiri) yang ramai dengan aktivitas pemuda. Foto Dewa Permana
Menanggapi fenomena anak desa yang ogah balik ke desa, Pemerintahan Desa Akah melalui I Ketut Nayanarta, S.Pd. selaku Kepala Desa mengungkapkan, bahwa desa sesungguhnya beberapa kali telah mengadakan kegiatan yang melibatkan pemuda. Hal ini tercermin dari kegiatan Bulan Bahasa Bali, Bulan Bung Karno, HUT RI, dan kegiatan pembinaan lainnya.
Namun memang tidak bisa dipungkiri, antusiasme pemuda di Desa Akah untuk mengikuti kegiatan tersebut terbilang masih minim. Nayanarta menerangkan, hal ini memang tidak lepas dari perkembangan zaman yang membuat anak-anak muda sekarang lebih memilih berkuliah atau bekerja di luar desa. Lebih lanjut, ia juga menjelaskan pengaruh teknologi dan informasi turut serta menjadi alasan kuatnya. Anak-anak muda cenderung lebih suka menghabiskan waktu di rumah dibandingkan mengikuti acara yang diselenggarakan oleh desa. Sehingga, acara desa cenderung lebih banyak dihadiri oleh orang-orang tua dan ibu-ibu PKK dibandingkan anak-anak muda.
Kegiatan Pembinaan dan Evaluasi dalam Penanganan Sampah dari Tim Osaki Jepang yang lebih banyak dihadiri oleh Orang Tua dan Ibu PKK (19/12/23). Foto Pemerintahan Desa Akah
Dalam menghadapi tantangan tersebut, I Ketut Nayanarta berinisiatif akan menyiapkan lebih intens menyediakan ruang dan memberdayakan anak muda di desa. Kegiatan-kegiatan pemuda yang dulu pernah ada seperti Porsenides juga akan siap dilaksanakan kembali. Terlebih lagi, desa kedepannya akan menyiapkan ruangan khusus untuk pemuda berserikat dan berkumpul di tataran balai desa. Ia berharap dengan langkah-langkah sederhana tersebut dapat dukungan dari kepala dusun dan ketua STT di banjar masing-masing. Sehingga bisa terbentuk ruang pemuda desa yang aktif dan antusias kembali dalam melaksanakan kegiatan di Desa Akah.
Berbicara lebih lanjut, tentang kegiatan Sekaa Truna di Desa Akah, I Ketut Pande Arnata, Ketua ST Eka Yowana Dharma dan Ni Putu Happy Kartika Putri sebagai Pembina ST Banjar Sangging lebih menyoroti tentang alasan penurunan tingkat partisipasi kegiatan di desa. Mereka kompak menambahkan bahwa, Sekaa Truna di Desa Akah sesungguhnya telah menyusun beberapa kegiatan seperti Hari Ulang Tahun, Persiapan Pengerupukan, dan Ngayah sebagai wadah untuk pengembangan kreativitas anak muda. Namun memang tidak bisa dibantah, banyaknya anggota ST yang sudah bekerja di luar desa, kesusahan dalam mencari hari libur, serta kegiatan perkuliahan di era sekarang yang semakin padat menjadi faktor utama penurunan respon anak muda datang ke banjar.
Guna menjawab tantangan tersebut, dalam waktu dekat baik Pande atau Kartika menuturkan akan melakukan regenerasi sebagai jalan membuat kegiatan banjar ramai kembali. Mereka menuturkan Sekaa Truna di era sekarang alangkah baiknya memang diisi oleh wajah-wajah baru yang masih menempuh sekolah di jenjang Sekolah Menengah. Dengan demikian, anak-anak muda ini tentunya memiliki lebih banyak waktu luang dibandingkan kakak-kakaknya yang sudah kuliah atau bekerja di luar desa.
Berkaitan dengan ruang pemuda desa, Pande dan Kartika juga menyoroti peran pemerintah desa selama ini. Mereka menuturkan bahwa, desa memang beberapa kali sempat mengadakan kegiatan yang melibatkan anak muda di dalamnya. Namun dari sisi penilaian, kegiatan desa yang melibatkan unsur pemuda masih terbilang masih minim dan momentum. Terlebih kebanyakan, kegiatan hanya melibatkan pemuda sebagai unsur pendukung saja, bukan sebagai inisiator yang mampu memberdayakan minat dan keahlian anak muda di Desa.
Pada waktu lalu tepatnya tahun 2021, mereka juga menceritakan sesungguhnya sempat ada kegiatan pendidikan dan pelatihan tentang bisnis serta kewirausahaan yang melibatkan unsur pemuda di Desa Akah sebagai konseptor dan pesertanya. Kegiatan tersebut bernama Banjar Creative Space (BCS) yang di awal diharapkan menjadi wadah pemberdayaan anak muda di Desa Akah. Namun sekali lagi, sedikitnya dukungan dan tidak adanya wadah lanjutan yang pasti sebagai ruang pengawalan, menjadikan kegiatan ini bak tebu yang hanya manis di awal, namun setelah itu sepahnya di buang entah kemana.Kegiatan Banjar Creative Space (BCS) yang sempat ramai diminati dan diikuti oleh Pemuda di Desa Akah pada Tahun 2021. Foto I Ketut Pande Arnata, Amd.Par
Untuk itu, baik Pande dan Kartika sepakat jika kedepannya bisa diadakan wadah atau ruang pemuda yang pasti. Mereka akan sangat mendukung jika ada komunitas anak muda di Desa Akah yang bisa menampung dan memberdayakan kreativitas anak muda secara intens dan berkelanjutan. Terlebih ruang tersebut bisa menjembatani anak muda dalam menentukan langkah karir ke depan, serta mampu menarik kembali anak muda Desa Akah yang telah sukses untuk berkenan membagikan ilmu dan pengalamannya kepada adik-adik di desa.
“BALA USADA”: Balai Pemberdayaan Anak Muda untuk Kesejahteraan Desa adalah sebuah ide yang ditawarkan sebagai jawaban dari anak muda desa yang ogah balik lagi ke desa. BALA USADA dicanangkan sebagai wadah atau komunitas yang mampu menampung dan menarik anak-anak muda yang berkenan berdaya untuk desa. Pemberdayaan yang dihadirkan melalui kegiatan pendidikan dan pelatihan, sehingga kedepan anak muda memiliki bekal untuk terjun ke dunia kerja, serta anak muda yang sudah menempuh perkuliahan atau sukses di pekerjaan bisa dipanggil kembali untuk berkenan berbagi ilmu dan pengalamannya di desa melalui BALA USADA.
Dari sisi rencana dan planning pembentukan, ada empat langkah tahapan untuk mewujudkan BALA USADA ini. Keempat langkah tersebut antara lain:
1) Langkah pertama, desa mendata dan memetakan jumlah anak di desa yang berkuliah atau bekerja sesuai passion yang ditekuninya. Dalam hal ini, perlu juga kerja sama anak muda yang dilibatkan dalam proses pendataan.
2) Langkah kedua, desa menyediakan wadah pelatihan dan pendidikan yang mampu mengembangkan kompetensi anak-anak di desa secara masif dan rutin. Kegiatan pemberdayaan ini bekerjasama dengan pihak eksternal untuk membuat wadah tersebut terlaksana secara berkelanjutan, seperti kegiatan pelatihan jurnalistik, pelatihan kewirausahaan, pelatihan bisnis, pelatihan komunikasi, pelatihan pariwisata, dan lain sebagainya.
3) Langkah ketiga, desa memanggil dan memberdayakan kembali anak desa yang telah berkuliah atau sudah bekerja di luar desa, untuk berkenan berbagi ilmu dan pengalaman kepada sesama pemuda di Desa. Seperti membuka kelas Pasraman untuk anak yang berkuliah di bidang keagaman, kelas jurnalistik untuk anak yang berkuliah di ilmu komunikasi, dan lain sebagainya. Anak muda yang berkenan turut terlibat aktif di dalamnya bisa dijadikan duta kemajuan desa atau diberikan apresiasi sesuai kemampuan desa.
4) Langkah keempat, anak muda yang berkenan untuk turut terlibat aktif dan berkontribusi besar terhadap pemeberdayaan Desa dapat dijadikan duta kemajuan desa sebagai bentuk apresiasi agar digetok tularkan.
Empat langkah atau kiat sakti tersebut diberi nama “BALA USADA”: Balai Pemberdayaan Anak Muda untuk Kesejahteraan Desa. Melalui empat langkah ini, anak desa diharapkan berkenan untuk kembali ke desa.
Berkenaan dengan hadirnya ide BALA USADA sebagai jawaban dari fenomena anak desa ogah balik ke desa, respon positif ternyata mengiringi dari berbagai macam penjuru. Pertama dari sisi pemuda yang sedang menempuh perkuliahan, yaitu I Putu Harrystya Sukmadiarsa. Dirinya merespon positif kehadiran BALA USADA sebagai wadah pendidikan dan pelatihan anak muda di Desa Akah.
Hal ini berkaca dari belum ada wadah pasti dan intens di Desa Akah yang mampu menjembatani minat, bakat, dan kompetensi pemuda untuk berdaya di Desa. Kedepannya, Harrys memiliki harapan besar bahwa BALA USADA mampu direalisasikan dengan optimal, serta mampu memberdayakan anak kuliahan seperti dirinya untuk berbagi ilmu dengan sesama. “Saya akan siap dan sangat terhormat jika dipanggil untuk menjadi pemateri atau sekedar berbagi pengetahuan Ilmu Hukum kepada adik-adik saya di BALA USADA.” ujar Harrys.
Respon kedua, datang dari Ni Luh Komang Sri Noviani. Dirinya yang merindukan antusiasme kegiatan di balai banjar dan desa, mengungkapkan sangat mendukung apabila program dari BALA USADA benar-benar bisa hadir di Desa Akah. Menurutnya, perlu ada sinergitas antara desa dan pemuda di Desa Akah agar ide BALA USADA dapat terealisasikan sesuai dengan yang diharapkan. Dari sisi kegiatan pendidikan dan pelatihan, Novi juga memberikan ide agar kedepan BALA USADA bisa juga memanggil tokoh-tokoh anak muda yang inspiratif dan berprestasi. Sehingga kedepannya, BALA USADA mampu memotivasi dan menarik anak-anak desa agar lebih berdaya sesuai kemampuannya. “Kita di Desa Akah banyak memiliki anak-anak muda yang potensial. BALA USADA bisa menjadi wadah untuk memberdayakan mereka untuk dapat saling menginspirasi sesama anak muda.”
Respon Ketiga datang secara berbarengan dari I Ketut Pande Arnata, Amd.Par dan Ni Putu Happy Kartika Putri sebagai Pengurus Sekaa Truna di Desa Akah. Mereka kompak menyepakati dan siap untuk ambil bagian di perancangan dan pengawalan BALA USADA ini kelak. Namun meskipun demikian, Kartika mengungkapkan segala kekurangan di kegiatan pemberdayaan anak muda yang dulu bisa dijadikan pembelajaran.
Perlu adanya peran serta desa untuk menjaga dan mensosialisasikan wadah ini kelak dari rumah ke rumah. Kartika menambahkan, agar BALA USADA ini bisa dikonsepkan dan dipersiapkan secara matang terlebih dahulu. Sehingga wadah ini tidak hanya aktif di awal saja, namun dapat bertahan secara berkelanjutan. Dari sisi Pande, ia berharap kedepannya desa bisa mendukung ide BALA USADA ini secara optimal dan berkelanjutan untuk memberdayakan anak muda. Dengan adanya BALA USADA, ia berharap anak muda di Desa Akah bisa diberdayakan secara intens, tidak seperti sebelumnya yang hanya dilibatkan ketika pada acara tertentu dan momentum saja.
Terakhir dari Pemerintahan Desa Akah, I Ketut Nayanarta, S.Pd. selaku Kepala Desa juga merespon positif terkait ide dan program hadirnya BALA USADA di Desa Akah. Beliau berharap BALA USADA menjadi wadah pendukung Desa dalam mendata, memetakan, dan mengembangkan prestasi, bakat, dan minat anak muda desa di era kekinian. Lebih lanjut, beliau juga menambahkan bahwa pihaknya telah menyiapkan ruangan khusus untuk pemuda dalam merumuskan dan mengembangkan BALA USADA kedepannya.
Rancangan Ide BALA USADA yang telah diterima baik oleh I Ketut Nayanarta, S.Pd. (Kanan) selaku Kepala Desa Akah. Foto I Ketut Pande Arnata, Amd.Par
Terkait ide, masukan, dan saran dari pandangan anak muda di Desa Akah terhadap fenomena anak desa ogah balik lagi ke desa, I Ketut Nayanarta mengatakan menerima dan siap membersamai wadah BALA USADA ini bersama para pemuda. Terlebih lagi, pihak desa akan selalu siap menyediakan pendidik, pelatih, atau pihak eksternal yang berkenan untuk mengembangkan keahlian dan kompetensi anak muda di Desa Akah. Namun selaku Kepala Desa, dirinya juga meminta komitmen dari pemuda untuk turut serta membentuk dan mengembangkan BALA USADA ini ke depannya. Jadi pilihan sekarang berada di tangan pemuda dan pemerintah Desa. Apakah siap bersama-sama merealisasikan BALA USADA? Kita nantikan saja dan semoga benar-benar tercipta.
situs mahjong