Tiap 5 dan 8 Juni, kita merayakan Hari Lingkungan Hidup se-Dunia dan World Oceans Day.
Hari berdekatan ini seolah mengabarkan kualitas lingkungan hidup yang makin memprihatinkan, termasuk di Lombok dan Bali.
Kehidupan di darat terus menerus dikeruk. Pohon-pohon di hutan yang rindang ditebang. Sementara di hulu-hulu, mata air semakin sedikit jumlahnya.
Di sungai-sungai yang semakin hari semakin berkurang debet airnya ditemui masalah pendangkalan sungai serta penyempitan badan sungai. Belum lagi masalah sampah yang berujung pada laut dan kehidupan laut yang mengenaskan.
Karena itu, kami ingin mengabarkan bahwa kualitas hidup yang semakin memprihatinkan bisa diperlambat laju kerusakannya jika kita dengan bijak memanfaatkan semua.
Pada 5 Juni sore lalu, para nelayan berkumpul untuk membicarakan sesuatu mengenai pelesatarian laut. Nelayan Ampenan, Lombok adalah nelayan tangkap yang sudah cukup lama menggunakan jarring ramah lingkungan.
Para nelayan bekerja sama melakukan pengayaan kapasitas. Belasan nelayan saling mengajari dan belajar menulis dan memperlancar bacaannya. Pada tanggal yang sama di tiga kelompok lain juga ada kegiatan menulis tentang aktivitas nelayan.
Kelompok yang terlibat adalah Kelompok Bintaro Jaya, Pondok Prasi dan Kampung Bugis yang kesemuanya ada di pesisir Ampenan, Lombok. Satu sama lain menulis. Kegiatan ini dibimbing Ferry, Yadi serta Novi dari Penyuluh Perikanan Tenaga Kontrak Dinas Perikanan.
Selang satu hari sebelum World Ocean Day juga dilakukan pertemuan dengan para nelayan di Bangko Bangko. Kegiatan yang serupa juga dilakukan di Ampenan dan Seraya, Karangasem, Bali. Kegiatan tersebut dilakukan pada 5 dan 6 Juni.
Bangko Bangko sendiri merupakan Taman Wisata Alam yang terletak di sebelah barat Lombok. Di dalam kawasan ini para nelayan beraktivitas mencari ikan tongkol musiman. Pak Bahar beserta kelompoknya mengucapkan terima kasih atas kerja sama kegiatan. Pengalaman ini akan sangat berharga untuk kelompok ke depan.
Adapun di Bali, pada pagi hari Kelompok Nelayan Mina Lestari yang dikepalai Made Partiana telah bersiap siap di pantai Desa Les. Mereka semua ingin menurunkan 15 fish dome, 65 roti buaya dan 600 shrimp pot.
Selain penurunan terumbu karang buatan, kegiatan juga dengan melakukan peluncuran buku.
Menurut Putu Pariata belasan anak-anak Kelas Kreatif senang mendapatkan buku baru. Pada hari itu Yayasan Alam Indonesia Lestari meluncurkan buku perpustakaan keliling yang rencananya untuk dua desa, Les dan Penuktukan di Kecamatan Tejakula, Buleleng.
Beberapa relawan juga memeriahkan acara seperti Monik dan Eveline. Meskipun keadaan ombak sedikit tak ramah namun 17 anggota kelompok Mina Lestari terus menurunkan terumbu karang buatan ke laut. Menurut Made Partiana 49 unit roti buaya disusun membentuk kata Mina Lestari.
Di tengah permasalahan lingkungan yang menerpa Bali seperti pengerukan pantai, para telayan tetap tak putus asa melakukan upaya penyelamatan. Semoga lingkungan Bali tetap terjaga kelestariannya.
“Happy World Environment Day, Happy World Oceans Day and do not forget to continue to save coral reefs of Bali,” ungkap salah satu partisipan dalam penurunan terumbu karang buatan. [b]