Menikmati matahari terbit di pesisir pantai mungkin menjadi salah satu agenda wajib bagi para wisatawan jika berkunjung ke Bali. Lalu, bagaimana dengan sunrise dari perbukitan di pelosok desa? Pemandangan ini bisa dinikmati salah satunya dari desa paling timur Kabupaten Buleleng. Sesuai namanya, Desa Tembok, desa ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Karangasem dan menyimpan banyak hal menarik sebagai daya tarik.
Perjalanan dimulai dengan sarapan dengan makanan ringan berupa ubi atau singkong yang direbus dengan air nira dari pohon ental. Bukan tanpa alasan, Desa Tembok memiliki topografi perbukitan dan iklim yang cenderung panas sehingga menjadi tempat tumbuh yang cocok untuk pohon ental. Pagi-pagi sekali, petani akan memanjat satu per satu pohon ental untuk menyadap nira.
Proses kemudian dilanjutkan dengan merebus air nira dalam kuali besar dengan api yang masih berasal dari kayu bakar. Saat nira sudah mulai mengental, ubi atau singkong yang juga hasil panen di kebun warga kemudian dimasukkan sampai berubah tekstur menjadi empuk. Kalau sedang beruntung, kopi dan singkong rebus akan ditemani dengan buah lontar yang baru dipanen. Nikmat dan gurih sebagai pemantik semangat untuk memulai hari. Nira yang digunakan untuk merebus singkong kemudian dipanaskan hingga mengental dan menjadi gula lontar.
Sebelum matahari mulai meninggi, perjalanan berlanjut ke pengerajin atap beluhu. Beluhu adalah sejenis tanaman rumput yang memiliki struktur daun yang keras. Beluhu tumbuh cukup banyak di bukit Desa Tembok. Pengerajin beluhu memanen daun yang sudah cukup tua dan cukup keras untuk dijadikan atap yang kuat bertahan hingga 10 tahun. Atap beluhu ini sudah dipasarkan ke beberapa daerah di Kabupaten Buleleng dan Kabupaten Karangasem.
Tidak jauh dari pengerajin atap beluhu, kebun-kebun mangga milik warga sangat menarik perhatian. Musim mangga di Desa Tembok ada pada sekitar bulan September – November. Tidak hanya satu jenis saja, Mangga di Desa Tembok terdiri dari berbagai varietas seperti manalagi, harum manis, poh gedong, dan masih banyak lagi. Pengalaman memetik dan memakan mangga langsung di kebunnya sudah pasti akan sangat berbeda dengan membeli di pasar. Mendengar cerita petani mangga dari mulai menanam, merawat, hingga memanen buah mangga kesayangan mereka membuat mangga menjadi semakin manis.
Berbeda dengan buah mangga yang sudah mendapat tempat di hati konsumen, buah mete justru dianaktirikan. Pengolahan jambu mete berhenti pada pengambilan bijinya untuk dijual ke pengepul dan buahnya dibuang begitu saja. Namun, warga Desa Tembok megolah buah mete menjadi arak, minuman beralkohol tradisional khas Bali. Buah yang dipilih adalah buah yang sudah matang pohon, biasanya berwarna merah atau oranye. Buah yang masih muda atau hijau tidak bisa diolah menjadi arak karena masih memiliki kandungan getah yang membuat arak memiliki rasa sepat.
Pengolahan dimulai dari mengumpulkan buah mete dan dibiarkan dalam wadah tertutup kurang lebih selama 1 minggu. Buah mete kemudian diperas untuk diambil airnya dan diproses dalam panci besar yang sudah terhubung dengan pipa yang siap mengalirkan uap air mete. Pipa tersebut melewati bak air pendingin untuk mengubah uap air mete menjadi cairan dan meneteslah arak di ujung pipa. Arak mete memiliki aroma mete yang khas dan rasa arak yang halus.
Setelah setengah hari berkeliling, tiba waktunya untuk makan siang dengan kuliner khas Desa Tembok yaitu Sate Lodok. Makanan ini adalah sate daging, bisa ayam atau ikan, yang dinikmati dengan bumbu kuning kental berbahan dasar kunyit dan tepung beras. Disajikan bersama dengan lontong, tipat, atau blayag, Sate Lodok lebih nikmat bila dicocol dengan sambal merah yang pedas. Untuk oleh-oleh, ada kripik singkong bumbu sune cekuh hasil olahan warga Desa Tembok yang bisa dibungkus dan dinikmati selama perjalanan pulang ke asal masing-masing.
Rasanya tulisan ini masih sangat kurang untuk menggambarkan banyak hal menarik di Desa Tembok. Warga desa yang sangat jauh dari hiruk-pikuk keramaian kota. Pengolahan hasil alam untuk sekadar bertahan hidup. Pemandangan bukit dan bentang alam yang beragam. Tidak ada cara yang lebih baik dari pada menikmati langsung kehidupan sehari-hari warga dan hasil alam di Desa Tembok.
Yuk ikuti tur Melali ke Desa Tembok di https://melali.id/