Kecambah merupakan fase alami tumbuhan dari biji-bijian.
Biji yang tumbuh menjadi tunas sebagai cikal bakal pohon disebut kecambah. Sayuran ini dikenal dengan nama lain seperti utik-utik dan touge.
Kecambah yang digunakan sebagai sayuran umumnya berasal dari biji kacang hijau, kedelai, dan kacang merah. Selain sebagai bahan baku sayuran, kecambah juga menjadi bahan pelengkap makanan lain seperti lumpia, gado-gado, rawon dan soto.
Pembuatan kecambah tidak rumit namun memerlukan ketelatenan. Hal ini diceritakan Ni Nyoman Lemon, seorang petani dan pedagang kecambah. Manmon, begitu dia biasa dipanggil dikalangan pedagang di Pasar Kereneng, Denpasar.
Manmon sudah menggeluti usaha kecambah sejak akhir tahun 1970-an. Generasi kedua penerus usaha ini belajar pengetahuan dan teknik budidaya kecambah dari ibunya. Manmon membuat dua jenis kecambah yaitu kecambah kacang hijau dan kedelai.
Dalam kurun waktu lebih dari tigapuluh tahun, teknik budidaya kecambah tidak banyak berubah. Hanya cara pembersihan, penyiraman, dan pengemasan ketika dijual.
Dahulu, budidaya kecambah dilakukan dipinggir sungai agar dekat dengan sumber air untuk membersihakan dan menyiram kecambah. Manmon bercerita, kualias air sungai dulu masih layak untuk menyiram kecambah, sekarang sudah tidak layak lagi karena banyaknya polusi dan sampah.
Dahulu, sebelum ada kantong plastik, kecambah dijual dengan dibungkus daun jati dan tidak ditimbang. Namun sekarang sudah menggunakan kanting plastik dan ditimbang per kilogram. Manmon tidak ingat pasti kapan mulai menggunakan kantong plastik, kalau tidak salah pertengan tahun delapan puluhan.
Pembuatan
Untuk membuat kecambah, diawali dari proses pembersihan biji. Saat ini bibit kacang hijau bahan baku kecambah kebanyakan merupakan impor dari Tiongkok dan Thailand.
Kacang hijau impor ini memiliki kualitas yang sangat baik untuk kecambah, meskipun harganya lebih mahal dibandingkan hasil panen petani lokal. Manmon tidak terlalu paham mengapa hal ini bisa terjadi.
Biji kacang hijau dicuci dan dipisahkan dari kotoran dan biji yang tidak mau tumbuh. Biji yang tidak mau tumbuh akan mengambang ketika dicuci dengan air.
Setelah biji bersih, kemudian biji tersebut akan direndam selam kurang lebih enam sampai delapan jam sampai biji kembang. Hal ini tergantung kualitas dan jenis bibit yang digunakan. “Ada biji yang kuat menyerap air dan lama kembang, ada juga yang tidak,” papar Manmon.
Setelah biji kacang hijau mengembang, kemudian ditiriskan menggunakan anyaman bambu yang di Bali dikenal dengan nama “sok“. Sisi sok dilapisi dengan lembaran plastik pvc untuk menampung pertumbumban kecambah.
Setelah ditiriskan, proses selanjutnya adalah menyiram biji tersebut setiap tiga jam. Kecambah akan siap dipasarkan bila telah tumbuh kurang lebih 5 cm dan berumur 3 hari sejak perendaman.
Setelah berumur 3 hari, kecambah siap dijual dipasar.
Untuk dijual eceran, kecambah biasanya dibersihkan dari selaput biji yang masih melekat pada kepala kecambah. Proses pembersihan menggunakan teknik penapisan seperti pembersihan beras menggunakan nampan bambu.
Setiap hari Manmon dibantu suami dan anak perempuannya berjualan kecambah di Pasar Kereneng. Tidak kurang 120 kilogram kecambah yang dia jual setiap harinya. Harga jual eceran kecambah kacang hijau saat ini Rp 7.000 per kilogram dan Rp 8.000 untuk kecambah kedelai.
Belum banyak sentuhan teknologi dalam proses budidaya kecambah di Bali. Penyiraman masih manual menggunakan tenaga manusia dan gaya gravitasi karena air ditampung dalam bak yang ditempatkan lebih tinggi. Padahal jika, melihat budidaya kecambah dinegara lain seperti Malaysia, Hongkong, dan Hawai penggunakan alat bantu teknologi modern sudah sangat banyak.
Petani kecambah di Malaysia sudah menggunakan pengatur waktu otomatis untuk penyiraman sehingga petani kecambah di sana tidak harus menyiram manual tiap tiga jam. Di Hawai, proses pemberishan dan pengemasan sudah menggunakan mesin standar industri seperti pada video berikut:
Banyak peluang pengembangan dan penerapan teknologi yang bisa petani kecambah terapkan. Mulai dari proses pembersihan, penyiraman hingga pengolahan air sisa siram kecambah agar proses budidaya kecambah bisa berkelanjutan.
Manmon sangat antusias ketika menyaksikan dan ‘studi banding’ dengan petani kecambah negara lain melalui internet. “Semoga anak saya mau mengembangankan usaha ini seperti yang ada di internet itu,” tuturnya. [b]
terima kasih atas infonya, saya baru memulai hal ini dalam 1 minggu terakhir. ini sangat membantu saya dalam proses pembelajaran otodidak. saya akan terus mencoba hingga mendapatkan hasil yang maksimal.
ikut menambahkan videonya untuk skala rumahan..
https://www.youtube.com/watch?v=luH2k7AW06g
cara memilih bahan dasar untuk toge
DISTRIBUTOR KEDELAI IMPORT Khusus Kedelai USA
Kepada Yth. Bp/Ibu.
Dengan Hormat,
Bersama ini Kami dari CV. GIHON SUKSES MAKMUR yang bergerak dibidang Distributor Trading Palawija Kedelai Import Khusus Kedelai USA bermaksud menawarkan Produk-Produk Kami.
Diantaranya adalah :
1. Kedelai Cap “BINTANG MERAH”.
2. Kedelai Cap “BOLA EMAS”.
3. Kedelai Cap “BOLA HIJAU”.
4. Kedelai Cap “DAHLIA”.
5. Kedelai Cap “GS”.
6. Kedelai Cap “IGF”.
7. Ragi Tempe Cap “RAPRIMA”.
8. Ciok O atau Batu Tahu.
Kami selalu menjaga Kualitas Produk kami, ketersediaan Stock dan Harga Kompetitif yang selalu Ter-Update.
Demikian Info penawaran dari kami, Atas segala perhatiaanya, Kami Ucapkan TERIMAKASIH.
Info lebih lanjut, silakan Kunjungi website kami di http://www.gihonsuksesmakmur.com
Atau,
Kantor Kami:
Jl. Brigjend. Sudiarto 446-A
Semarang – Jawa Tengah – Indonesia.
Telpon: 62 (024) 6719445
Atau Hotline:
Bp. Budi Hartono Sutjipto
HP: 082.13567.5729.
Email:
– [email protected]
– [email protected]
– [email protected]
– [email protected]
Hormat Kami,
CV.GIHON SUKSES MAKMUR.