• Beranda
  • Pemasangan Iklan
  • Kontak
  • Bagi Beritamu!
  • Tentang Kami
Friday, May 23, 2025
  • Login
BaleBengong.id
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip
No Result
View All Result
BaleBengong
No Result
View All Result
Home Kabar Baru

Mencari Kesejukan di Lapangan Puputan

Anton Muhajir by Anton Muhajir
9 February 2010
in Kabar Baru, Lingkungan
0 0
4

Teks Made Nurbawa, Foto Anton Muhajir

Lapangan Puputan Badung Denpasar jadi pilihan keluarga ketika ruang terbuka hijau semakin langka.

Sebagai ruang terbuka hijau atau alun-alun kota yang pernah menjadi lokasi perang heroik rakyat Kerajaan Badung melawan bala tentara Belanda tahun 1906, hingga kini Lapangan Puputan Badung masih menyisakan kenangan dan cerita warga Pulau Dewata. Ada patung tiga orang, satu perempuan, satu laki-laki, dan satu anak di bagian utara lapangan ini sebagai penanda terjadinya perang besar tersebut.

Karena peristiwa itulah alun-alun ini di beri nama lapangan Puputan Badung. Puputan berarti perang habis-habisan. Konon saat perang puputan terjadi, di lokasi inilah ribuan manusia meregang nyawa, karena dentuman meriam Belanda  dan keangkuhan manusia.

Lapangan Puputan Badung berada di jantung kota Denpasar, bersebalahan dengan Museum Bali dan Pura Agung Jaganatha. Di tempat inilah terdapat tapal batas kota yang bertanda 0, nol. Artinya, di sinilah titik nol kota Denpasar, pusat Bali itu berada.

Kini, 102 tahun persitiwa itu sudah berlalu. Lapangan Puputan Badung seperti menjelma menjadi monument hijau kota. Ia abadi dan dicintai, karena masih menyisakan kesejukan dari  rimbun pepohonan dan hamparan rerumputan. Setiap harinya, ribuan orang berkunjung ke lapangan ini. Ada yang bermain atau sakedar duduk santai bersama keluarga, sambil menikmati hidangan khas Pulau Dewata, lumpia.

Bagi sebagian warga, Lapangan Puputan adalah tempat bersantai di tengah hiruknya kota. Denpasar, kota dengan luas 12.398 Ha dengan jumlah penduduk lebih dari 500 jiwa tahun 2008, kondisinya semakin sesak saja. Ruang terbuka hijau semakin langka. Beberapa alun-alun dan ruang terbuka  hijau telah menjelma menjadi pemukiman dan infrastruktur kota. Udara pun semakin panas. Kesejukan semakin mahal saja, karena hanya ada di mall-mall atau ruang ber AC.

Happy Susananingtiyas, 30 tahun, ibu rumah tangga muda yang rutin berkunjung ke lapangan Puputan Badung mengatakan sangat merasakan manfaat ruang terbuka kota. Ia bisa berjalan-jalan bersama keluarga. “Lapangan Puputan Badung sangat sejuk dan menyenangkan,” katanya. Happy datang kelapangan ini sedikitnya 2 kali sebulan.

Ungkapan yang sama juga disampaikan Ni Ketut Ariani, 47 tahun, pedagang asongan asal Karangasem yang dua tahun terakhir masih setia mengais rezeki di areal Lapangan Puputan Badung. Ariani berjualan pukul empat sore hingga malam. Ia mampu meraup untung minimal Rp 25.000 per hari. “Cukup untuk biaya makan keluarga,” katanya.

Di tengah isu pemanasan global saat ini, lapangan Puputan Badung  semestinya menjadi model yang ideal tata ruang kota. Memperbanyak ruang terbuka hijau di Denpasar adalah salah satu model yang relevan terkait isu-isu pemanasan global. Mitigasi pemanasan global adalah tangungjawab semua umat manusia.

Melihat jumlah penduduk  Denpasar yang cendrung bertambah, idealnya perlu ada 7 atau 10 ruang terbuka yang serupa. Terlebih lagi Denpasar adalah kota  pariwisata dan budaya. Ruang terbuka hijau bisa diwujudkan, tentu jika ada kesadaran dan komitmen sungguh-sungguh, dari pemangku kebijakan dan masyarakat kota. Semoga harapan ini tidak cerita belaka. Apalagi harus menunggu perang puputan yang kedua. 🙂 [b]

Tags: DenpasarLingkunganOpini
Liputan Mendalam BaleBengong.ID
Anton Muhajir

Anton Muhajir

Jurnalis lepas, blogger, editor, dan nyambi tukang kompor. Menulis lepas di media arus utama ataupun media komunitas sambil sesekali terlibat dalam literasi media dan gerakan hak-hak digital.

Related Posts

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

Melihat Hukum dari Lubang Toilet

19 May 2025
Kesetaraan Perempuan Bali ala Banjar Kekeran

Menjadi Perempuan Versiku

8 May 2025
Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

Duta Budaya atau Duta Kapitalisme? Mengkritik Beauty Pageant di Bali di Tengah Overtourism

27 April 2025
Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

Apakah Awig-awig Masih Bertaji Mengadang Alih Fungsi Lahan?

28 March 2025
matan AI

Dusta Ajeg Bali

11 February 2025
Kembalikan Sanur yang Dulu

Kembalikan Sanur yang Dulu

24 July 2024
Next Post

Ibarat Perseteruan Abadi Tom dan Jerry

Comments 4

  1. luhde says:
    15 years ago

    luasnya mungkin 12,sekian hektar ya.. bukan 12 ribu. untuk pak calon walikota, yang bisa bikin banyak taman hijau kota, saya pilih deh.

    Reply
  2. .gungws says:
    15 years ago

    spot foto favorit saya 😀

    *kecuali museum bali, suck!!*

    Reply
  3. panduan wisata bali says:
    14 years ago

    nice website…memang ditengah kelangkaan ruang terbuka hijau lapangan puputan ini menjadi dambaan warga sekitar, bahkan para tourist asing maupun domestik untuk bersantai di sana.

    Reply
  4. wisata bali says:
    14 years ago

    Jadi serem kalau mau ke sini pas malam hari. Bekas tempat perang 🙂

    Reply

Leave a Reply Cancel reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Temukan Kami

Kelas Literasi BaleBengong
Melali Melali Melali
Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu? Seberapa Aman Perilaku Digitalmu?

Kabar Terbaru

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

Percepatan Pemanfaatan PLTS Atap

23 May 2025
Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

Mendorong Tata Krama Berwisata di Bali

22 May 2025
Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

Ruang Publik jadi Kanvas Terbuka di Tangi Street Art Festival

21 May 2025
Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

Menghidupkan Jaje Sengait, Melestarikan Pohon Aren Pedawa

21 May 2025
BaleBengong

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia

Informasi Tambahan

  • Iklan
  • Peringatan
  • Kontributor
  • Bagi Beritamu!
  • Tanya Jawab
  • Panduan Logo

Temukan Kami

Welcome Back!

Sign In with Facebook
OR

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Liputan Mendalam
  • Berita Utama
  • Opini
  • Travel
  • Lingkungan
  • Sosok
  • Budaya
  • Sosial
  • Teknologi
  • Gaya Hidup
  • Arsip

© 2024 BaleBengong Media Warga Berbagi Cerita. Web hosted by BOC Indonesia