Oleh Anton Muhajir
Ada dua di antara banyak kelemahan saya. Pertama mudah dipengaruhi. Kedua senang makan enak. Kombinasi dari dua kelemahan ini adalah: gampang dipengaruhi untuk makan enak. Hehe..
Makanya ketika baca tulisan Saylow soal Bale Timbang, saya segera ngiler. Apalagi nama tempat makan ini memang sudah saya dengar sebelumnya dari beberapa teman. Pertama dari Wasti sekitar November lalu. Kedua dari Kang Ayip, minggu lalu lewat email.
Wasti bilang temannya enak. Damai. Kang Ayip bilang yang punya restoran udah oke kalau tempat itu akan dipakai untuk launching Bali Blogger Community Januari nanti.
Jadi, walhasil, setelah baca tulisan dan liat foto di blognya Saylow Sabtu lalu, esoknya saya segera ke sana. Kebetulan pas hari Minggu dan siang itu saya dan anak istri lagi pengen keluar. Dan, ide itu muncul begitu saja.
”Makan siang di Bale Timbang, yuk,” kata saya pada istri.
”Ayooooo,” teriak istri saya. Bani, anak kami, sih senang-senang saja diajak keluar.
Bale Timbang tidak jauh dari rumah saya di Jl Subak Dalem, Denpasar Utara. Jadi kami tidak lama untuk ke sana. Cuma karena ini pertama kali jadi ya harus muter-muter cari dulu. Kami sempat bolak-balik nyari sebelum akhirnya telepon Wasti dan memastikan tempat tersebut.
Menuju tempat ini dari Jl Trengguli di daerah Gatsu Timur luruuuuus saja ke arah utara. Ada beberapa pertigaan. Cuekin saja. Atau kalau bingung arah ya ikuti terus Jl Trengguli ini sampai ketemu pom bensin di kanan jalan. Restoran Bale Timbang ada di kiri jalan, persis di depan pom bensin ini.
Tidak ada papan petunjuk. Hanya ada spanduk nama restoran. Tempat ini tersembunyi di antara pohon waru, jarak, dan lainnya. Kami sempat ragu-ragu. Lalu kami masuk saja. Dan, benarlah. Inilah Bale Timbang yang kami cari.
Restoran ini bener-bener alami. Dia mirip kebun yang disambi menjadi restoran. Pohon-pohon di sini terlihat dibiarkan begitu saja. Hanya dirapiin dikit-dikit. Namanya kebun jadi ya banyak pohon.
Di antara rimbun pohon-pohon itu ada sekitar tujuh gubuk kecil untuk maksimal empat orang. Ada juga sekitar tiga tempat berukuran besar untuk sekitar 10 orang. Gubuk-gubuk ini menyebar di beberapa tempat. Bentuknya sederhana. Beralas bambu, beratap daun kelapa, dan terbuka tanpa dinding.
Kata pelayan yang melayani kami, andalan menu di sini adalah paket ikan laut goreng. Paket seharga Rp 15.000 ini sudah termasuk sepotong ikan goreng, satu mangkuk sup tulang ikan, nasi putih, plecing, dan sambal. Tanpa berpikir panjang, tentu saja pilih menu ini. Makanan apa lagi sih yang lebih enak dibanding sea food? Apalagi kalo murah. Hehe.
Menu paket lainnya beragam. Ada ikan laut bakar, ayam bakar maupun goreng, gurami goreng, dan seterusnya. Harganya variatif. Paling murah ayam goreng, Rp 14.000. Paling mahal udang bakar, Rp 35.000.
Di luar menu paket, ada pula menu non-paket. Paling murah sambal, Rp 1000. Jadi kalau misalnya kurang kerjaan terus mau duduk-duduk di sana. Bisa saja hanya datang ke Bale Timbang dan pesan sambal. Murah. Meriah. Lalah. Hehe..
Bagaimana dengan rasanya? Enak, meski tidak spesial-spesial amat. Soup ikannya saja yang agak hambar. Tapi ikan gorengnya bolehlah bersaing dengan restoran lain. Paling enak sih sambalnya, enak banget. Lengkap lagi. Ada yang tersembunyi di antara plecing isi kangkung dan taoge. Ada sambal beruk dan sambal goreng biasa. Saya suka pedasnya. Mantap.
Pedasnya ini yang mungkin layak untuk dicari lagi kapan-kapan.
Yup tepat sekali..Bale Timbang adalah tempat makan favorit saya and pujaan hati. Maklum anak kuliahan khan harus irit and kebetulan ada tempat makan yang bagus and makanannya enak kenapa enggak….
wah2 asik juga nih kayaknya dijadiin tempat untuk hang out… kira2 kalo bikin acara gathering disini oke gak ya???
suasana tenang, makanan enak, harga murah…siapa yang gak tergiur… pokoke mantap
Bale timbang memang sebuah tempat , nan asri cocok banget buat nyari inspirasi, kemaren baru ada Seminar dengan topic blue ocean strategy , cock dengan tempatnya yang memang hampir ngikuti konsep samudra biru