Teks Yahya Anshori, Foto Ilustrasi Anton Muhajir
Epidemi HIV berkembang sangat pesat di seluruh dunia termasuk Indonesia. Kasus ini telah mengakibatkan kematian 25 juta orang dan saat ini telah terdapat lebih dari 33 juta orang yang hidup dengan HIV. Setiap hari terdapat 7.400 kasus baru HIV atau 5 orang per menit dan 96% di antaranya merupakan populasi di negara berkembang.
Di Indonesia hampir tidak ada provinsi yang dinyatakan bebas dari HIV dan AIDS, bahkan diperkirakan saat ini HIV dan AIDS sudah terdapat di lebih dari separuh Kabupaten/Kota di seluruh Indonesia. Berdasarkan data resmi dari Departemen Kesehatan RI, hingga akhir Juni 2009, secara kumulatif tercatat 17.699 kasus AIDS. Jumlah kasus yang sesungguhnya diperkirakan sebanyak 298.000 orang dengan HIV dan AIDS di seluruh Indonesia.
Jika dilihat dari cara penularannya, mayoritas penularan melalui heteroseksual (48,8%), disusul penggunaan narkoba suntik (41,5%), dan homoseksual (3,3%). Sebagian besar kasus AIDS tersebut terdapat pada kelompok usia 20-29 tahun sebesar 50% dan kelompok umur 30-39 tahun sebesar 29,6%. Data tersebut menunjukkan bahwa ada suatu ancaman serius terhadap keberlangsungan generasi muda bangsa Indonesia ke depan.
Jika kasus HIV/AIDS tidak tertangani dengan baik, kemungkinan akan terjadi kepunahan generasi atau lost generation di dunia. Demikian ditegaskan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam pembukaan Kongres AIDS Internasional se-Asia Pasifik ke-9 di Bali, Agustus 2009 lalu. Menurut Presiden, beberapa hal penting yang diperlukan untuk mencapai keberhasilan penanggulangan HIV dan AIDS adalah: kepemimpinan, pentingnya keterlibatan masyarakat, pentingnya kerjasama regional dan internasional, serta investasi yang lebih besar dan berkelanjutan untuk menemukan vaksin dan pengobatan.
Sebagai wujud komitmen serius pemerintah Indonesia dalam menanggulangi HIV dan AIDS, melalui Perpres 75 tahun 2006 Presiden mengaktifkan Komisi Penanggulangan AIDS Nasional yang selanjutnya menyusun Rencana Aksi Nasional 2007 – 2010. Target yang ditetapkan rencana aksi tersebut mengacu kepada target universal (universal access) 2010 yaitu menjangkau 80% populasi yang paling beresiko (pekerja seks, pengguna narkoba suntik, pelanggan pekerja seks, waria, lelaki yang berhubungan seks dengan lelaki) dengan perubahan perilaku sebesar 60%.
Berbagai upaya penanggulangan dan pencegahan penyebaran HIV dan AIDS di Indonesia, termasuk di wilayah Bali telah dilakukan, baik oleh sektor Departemen/Instansi/Lembaga Pemerintah, Swasta, LSM, Lembaga Donor, maupun oleh kelompok masyarakat peduli AIDS, sesuai dengan peran dan tugas pokok masing-masing. Namun demikian upaya-upaya tersebut masih perlu ditingkatkan baik kualitas, kuantitas, keterpaduan, maupun kebersamaannya. Oleh karena itu diharapkan kegiatan-kegiatan HAS tahun 2009 dilakukan oleh berbagai sektor terkait secara komprehensif, terpadu dan berkesinambungan.
Akses Universal dan Hak Asasi Manusia merupakan isu utama yang diangkat pada HAS tahun 2009. Akses universal tersebut mencakup berbagai aspek, baik akses informasi, pencegahan, maupun akses pengobatan. Pemaknaanya adalah bahwa semua warga dari berbagai latar belakang ekonomi, budaya, tempat tinggal harus mendapatkan akses informasi HIV dan AIDS yang sama, akses pencegahan yang sama, serta akses pengobatan yang sama.
Peringatan Hari AIDS Sedunia Tahun 2009 di Bali diwarnai dengan betbagai kegiatan, termasuk pekan kampanye kondom dan lomba kader desa peduli AIDS (KDPA). Menurt Yahya Anshori selaku Pengelola Program KPA Prov Bali, lomba KDPA kali ini disamping lebih memberdayakan pemuda desa dalam penangulangan AIDS juga untuk memperluas partisipasi masyarakat untuk mereduksi stigma yang berkatan dengan HIV dan AIDS.
Selain itu, kampanye untuk meningkatkan kepedulian masyarakat melalui media juga terus digulirkan, KPA Provinsi Bali melalui kegiatan kampanye media bertajuk LENTERA (Lembaran Tentang Realita AIDS) melaksanakan lomba orasi di radio untuk menjaring pernyataan-pernyataan yang kuat guna penyebarluasan Iklan Layanan Masyarakat melalui media radio kepada masyarakat luas. Dibuka kesempatan kepada para anggota KDPA maupun anggota masyarakat yang berminta menjadi kader KDPA untuk mengikuti lomba orasi yang akan diadakan pertengahan Desember 2009.
Di sisi lain berbagai penyuluhan di Tempat Kerja menjadi salah satu bagian aktivitas HAS 2009 diantaranya adalah penyuluhan kepada karyawan di Sheraton Lagoon Nusa Dua, serta diskusi rutin di lingkungan karyawan dan staf Hotel Melia Bali.
Hal mendasar yang perlu perhatian adalah kian meluasnya kasus IMS (infeksi menular seksual) dan HIV ke pedesaan di Bali. Juga korban orang yang meninggal dunia karena AI DS yang terus berjatuhan. Sejumlah suami meninggal, dan istrinya terpaksa mengais rizki sebisanya dengan berjualan nasi atau jajan pasar. Ternyata, istri korban AIDS yang sedang membantingtulang untuk kehidupan keluarganya mendapat perlakuan yang deskriminatif oleh tetangga dan masyarakat sekitarnya. Rupanya cap buruk (stigma) yang terkait dengan masalah AIDS masih kuat yang berdampak pada pengucilan dan tindakan deskriminatif terhadap korban AIDS dan keluarganya.
Tindakan deskriminatif terhadap orang yang terinfeksi HIV perlu dihindari. Masyarakat perlu memperlakukan mereka dengan sewajarnya. Ingat, pengidap HIV adalah manusia juga yang berhak atas kehormatan dan berprestasi serta memperjuangkan kehidupannya.
Melalui peringatan HAS 2009 diharapkan dapat meningkatkan kesadaran masyarakat dalam pencegahan penularan HIV dan penanggulangan AIDS. Kesehatan adalah hak asasi manusia yang pertama. Untuk itu, semua orang berhak memperoleh akses universal terhadap informasi, pencegahan, dukungan dan pengobatan terkait HIV dan AIDS. [b]